sarana cerita2 - Pendidikan dan Pengetahuan Sastra Indonesia

Download Report

Transcript sarana cerita2 - Pendidikan dan Pengetahuan Sastra Indonesia

MAULFI SYAIFUL RIZAL
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FIB UB
• Ironi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani
eiron yang berarti menyembunyikan.
• Ironi = sesuatu yang berlawanan dengan apa yang
dimaksud dan diharapkan (Stanton, 1965:34).
• Makna fungsi ironi adalah menyembunyikan atau
perbedaan antara yang diekspresikan dengan yang
telah terjadi dalam arti yang sebenarnya.
• Ironi dapat menimbulkan daya pikat dan humor,
memperkuat alur, menjelaskan sikap penulis, bahkan
secara tidak langsung juga menyatakan suatu tema.
Macam-macam ironi:
 Ironi verbal merupakan kata kiasan yang bertentangan
dengan apa yang diucapkan berdasarkan kejadian
yang terjadi.
 Ironi Dramatis merupakan suatu kejadian yang
bertentangan antara apa yang si tokoh katakan dengan
apa yang diketahui oleh pembaca tentang hal tersebut
menjadi sebuah kenyataan.
 Ironi Situasional merupakan ironi yang terjadi berupa
pertentangan dengan kenyataan yang sesungguhnya.
 Humor merupakan cara melahirkan suatu pikiran,
baik dengan kata-kata maupun dengan jalan lain yang
melukiskan suatu ajakan untuk menimbulkan simpati
dan hiburan (Ensiklopedi Umum, 1973:529).
 Dalam sastra, Humor adalah sarana cerita yang dapat
berwujud kata maupun frasa dalam bentuk lahir dan
sikap tokoh atau suasana cerita yang lucu dan
menimbulkan tawa.
Fungsi humor antara lain:
 Mengendurkan ketegangan pikiran pembaca ketika
cerita sarat dengan konflik-konflik yang mencekam.
 Sebagai media penyalur konflik sosial
 Sebagai penyegar cerita.
Teknik penyampaian humor dalam cerita antara lain:
 Mengemukakan dan meragakan adegan yang lucu
 Melalui situasi tertentu, gerak-gerik dan kondisi
tokoh.
 Stile adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa atau
bagaimana seorang pengarang mengungkapkan
sesuatu yang dikemukakan (Abrams, 1981:190-191).
 Stile pada hakikatnya merupakan teknik pemilihan
ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili
sesuatu yang akan diungkapkan (Nurgiyantoro,
2002:277).
 Nada dalam pengertian yang luas dapat diartikan
sebagai pendirian atau sikap yang diambil pengarang
terhadap pembaca dan terhadap sebagian masalah
yang dikemukakan (Leech dan Short, 1981:280).
 Nada merupakan ekspresi sikap pengarang terhadap
masalah yang dikemukakan dan terhadap pembaca
(Kenny, 1966:69).
ADAKAH HUBUNGAN STILE DENGAN NADA?
 Secara
umum moral menyaran pada pengertian
(ajaran tentang) baik buruk yang diterima untuk
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebagainya; ahklak, budi pekerti, susila (KBBI: 1994).
 Pesan Religius dan Kritik Sosial
Pesan moral yang berwujud moral religius, termasuk
didalamnya yang bersifat keagamaan, dan kritk sosial
banyak ditemukan dalam karya fiksi atau dalam genre
sastra yang lain. Kehadiran unsur religius dan
keagamaan dalam sastra adalah setua keberadaan
sastra itu sendiri.
Bentuk Penyampaian Pesan Moral
 Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk
penyampaian moral dalam karya fiksi mungkin
bersifat langsung, atau sebaliknya tak langsung.
 Bentuk penyampaian moral yang bersifat langsung
identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang
bersifat uraian, atau penjelasan, expositoy.
 Bentuk penyampaian pesan moral yang bersifat tidak
langsung, pesan itu hanya tersirat dalam cerita,
berpadu secara koherensif dengan unsur-unsur cerita
yang lain.