EPM 1-7 - WordPress.com

Download Report

Transcript EPM 1-7 - WordPress.com

Epidemiologi
Penyakit Menular
Semester Genap
Kontrak pembelajaran
 EPM diampu oleh 4 dosen 
 Dwi Sarwani SR, SKM, MKes (Epid)
 Dyah Retnani Basuki (7 x tatap muka)
 Sri Nurlaela, SKM, MEpid
 Jumlah tatap muka: 16 x
 2 x tatap muka digunakan untuk ujian
 14 x tatap muka untuk diskusi
Lanjutan
 Tatap muka I
Tatap muka II
 Tatap muka III
 Tatap muka IV
 Tatap muka V
 kontrak pembelajaran
EPM, Herpes zoster,
Smallpox.
 Sipilis, Gonore,
 HIV/AIDS, Herpes
simpleks
 Gastroenteritis, Mumps
 Chikungunya
Lanjutan









Tatap muka VI
Tatap muka VII
Tatap muka VIII
Tatap muka IX
Tatap muka X
Tatap muka XI
Tatap muka XII
Tatap muka XIII
Tatap muka XIV
 Flu burung dan babi
 Polio dan Campak
 DBD
 Filariasis
 Leptospirosis
 Kusta
 TB
 Hepatitis A, B, C
 Malaria
lanjutan
 Jumlah paparan 18 x  jumlah kelompok
 Jumlah mahasiswa/18
 Naskah yang akan dipaparkan
diserahkan pada dosen 2 hari sebelum
mahasiswa paparan
 Paparan dilaksanakan pada awal kuliah
dan didiskusikan secara pleno
Penyusunan makalah
 Cari 3 pustaka dalam bahasa Inggris
(minimal 1 dari textbook)
 Terjemahkan dan susun makalah dalam
bahasa Indonesia
 Huruf ditulis dengan font 12
 Batas tepi kertas 4-3-3-3
 Jumlah halaman 5-10
 Ukuran kertas kuarto/A4
Sistematika penulisan
 Bab I
 Bab II
 Pendahuluan
 Permasalahan
 Angka kesakitan
 Angka kematian
 Bab III







 Tinjauan pustaka
Keluhan dan gejala penyakit
Pemeriksaan penunjang diagnostik
Etiologi
Cara pencegahan
Cara pengobatan
Rehabilitasi
Prognosis
Lanjutan sistematika
penulisan




Bab IV
 Penutup
Bab V
 Daftar pustaka
Lampiran
 fotokopi pustaka
Makalah dijilid
Penilaian
 Persyaratan ikut ujian bila 75% hadir
mengikuti kuliah
 % nilai
 37,5% dari nilai ujian tengah semester
 37,5% dari nilai ujian akhir semester
 25% dari nilai tugas terstruktur
EPM
 Definisi: penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang
lainnya, baik langsung maupun tidak langsung
 Penyakit Menular Langsung:
 TBC
 Kusta
 Gastroenteritis dll
 Penyakit Menular Tidak Langsung/ perlu vektor (bersumber
binatang) :
 Malaria
 Chikungunya
 DBD, dll
Segitiga epidemiologi
penyakit menular
 Agent
 Environment (termasuk vektor)
 Host
Herpes zoster
 Sinonim : Shingles, Dampa
 Manifestasinya localized, dasar vesikel
kemerahan, terjadi disepanjang kulit
yang disarafi oleh saraf sensorik tertentu,
 Pada umumnya unilateral, dalam dan
mengelompok
 Nyeri sekali dan dapat terjadi parestesi
 Merupakan reaktifasi dari infeksi Varisela
pada Dorsal Root Ganglion
Lanjutan Herpes zoster
 Etiologi : Human (alpha) herpesvirus 3
 Insiden meningkat pada orang tua,
penderita dengan HIV/AIDS, penderita
Kanker, penderita yang diterapi dengan
imunosupresan
 Masa penularan : 1 minggu setelah lesi
keluar
Smallpox
 Sinonim: Cacar
 Pada tahun 1977 dari Somalia dilaporkan
Kasus terakhir
 Pada tahun1979 WHO mengeluarkan
sertifikat Global Eradication
 Etiologi : Virus
Lanjutan Smallpox
 Manifestasi klinis bersifat akut dengan gejala
dan keluhan sebagai berikut: suhu tubuh naik,
malaise, nyeri kepala, muntah, dan gejala lain
yang mirip dengan influenza disertai dengan
skin eruption
 Saat ini virus disimpan di laboratorium tertentu
dibawah pengawasan CDC
 Pencegahan : imunisasi yang berasal dari virus
Vaccinia
Sipilis
 Etiologi: Treponema pallidum
 Penyakit bersifat akut dan kronik
 Gejala dan keluhan, tergantung pada perjalanan
penyakitnya :
 Lesi primer/chancre manifes setelah 3 minggu terpapar,
ditandai dengan luka yang tidak nyeri
 Erupsi sekonder beberapa minggu sampai 12 bulan yang
ditandai dengan bercak kemerahan pada kedua telapak
tangan dan kaki serta pembesaran kelenjar getah bening
 Masa laten yang panjang  tidak dapat diramalkan, kadang
sampai 5-20 tahun
 Lesi akhir yang terjadi pada kulit, tulang, organ rongga perut,
saraf pusat, jantung dan pembuluh darah
Lanjutan Sipilis
 Pencegahan :
 Penyuluhan
 Kontrol terhadap PSK
 Early diagnosis and prompt treatment
 Predisposisi : terjadinya HIV
 Pengobatan:
 Benzathine penicillin 2,4 million units, IM single
dose
 Doxycycline PO 100 mg, 2x1 selama 14 hari
 Tetracycline PO 500 mg, 4x1 selama 14 hari
Gonore
 Etiologi: Neisseria gonorrhoeae
 Sifat-sifat:
 Bakteri, tahan asam, gram negatif, cepat mati dalam keadaan
kering, tidak tahan pada suhu diatas 39°C, peka terhadap zat
desinfektan.
 Tumbuh dg mudah di daerah hangat, lembab
 Pada saluran reproduksi:




Serviks
Uterus
Tuba falopii
Uretra
 Pada saluran cerna:
 Mulut
 Tenggorokan
 Anus
 Mata
Keluhan dan gejala Gonore
 Manifestasi klinik (pada laki-laki muncul
setelah 2-7 hari terpapar, sedang pada
perempuan dapat sampai 3 minggu)
 Asimtomatik pada perempuan (50%) dan lakilaki (10%)
 Kencing nanah
 Dysuri/nyeri waktu kencing (sering terjadi pada
laki-laki), rasa panas pada bagian distal uretra
 Perdarahan pasca berhubungan (perempuan),
fluor albus dengan warna kuning atau hijau
 Pruritus
 Tenesmus (bila hubungannya anorektal)
Komplikasi Gonore
 Disebut dengan Gonococcal ophthalmitis
neonatorum.
 Pada bayi baru lahir, gonore dapat
menyerang mata yang ditularkan pada
saat persalinan.
 Dapat menyebabkan kebutaan
komplikasi Gonore
 Artritis
 Pada kulit, disebut dengan Disseminated
gonorrhea infection (DGI).
 Dll manifestasi sesuai dengan lokasi
infeksi, misal di jantung, selaput otak
Pencegahan Gonore
 Profilaksis pada mata bayi baru lahir
 Hubungan seksual yang aman

Pengobatan Gonore





Cefixime 400 mg orally in single dose
Ceftriaxone 125 mg IM a single dose
Ciprofloxacin 500 mg orally a single dose
Ofloxacin 400 mg orally in a single dose
Perhatian: adanya resistensi terhadap
Penicillin dan Tetracycline
Prognosis Gonore
Bila pengobatan segera diberikan maka
dapat mencegah cicatrix, infertilitas,
endocarditis, meningitis, artritis
HIV/AIDS
 Pada tahun 1981 teridentifikasi agent HIV
(Retrovirus)
 AIDS merupakan Late Clinical stage of HIV
infections
 Merupakan suatu immune system dysfunction,
meningkatkan infeksi oportunistik dan
meningkatkan angka kejadian kanker
 Antibodi dapat dijumpai setelah 1-3 bulan
terinfeksi
Lanjutan HIV/AIDS
 Pada tahun 2009 (UNAIDS)
  65 juta ODHA
  2 juta meninggal karena AIDS
 >7.400 orang/hari terinfeksiHIV
 Pada tahun 2008 (DepKes RI)
  16.110 (estimasi 217.000 orang di Indonesia
mengidap HIV, 46% adalah pecandu narkoba
suntik/Penasun dan 14% adalah laki-laki pelanggan
PS bisa perempuan/laki-laki)
Lanjutan HIV/AIDS
 Bila tidak diterapi maka CFR di negara
berkembang menjadi 80-90% setelah 3-5
tahun diagnosis ditegakkan
 Reservoir
: human
 Masa penularan : tidak diketahui
 Masa inkubasi
: 1-5 tahun pasca HIV
inf
Perjalanan HIV/AIDS




Fase I :
Disebut Window period
Tubuh terinfeksi HIV
Keluhan dan gejala belum terlihat jelas
(Free of clinical signs)
 Dapat menular kepada orang lain
Fase II
 Berlangsung sampai 2-10 tahun setelah
terinfeksi
 Hasil tes darah sudah positif
 Gejala belum tampak
 Sudah dapat menularkan pada orang lain
Fase III (fase AIDS)







Mulai muncul gejala-gejala seperti:
Keringat dingin berlebihan pada malam hari
Diare terus menerus
Pembengkakan kelenjar getah bening
Flu tidak sembuh –sembuh
Nafsu makan kurang
Berat badan terus menurun, yaitu 10% dari
berat badan awal dalam waktu 1 bulan
Fase IV (fase AIDS)
 Kekebalan tubuh berkurang timbul penyakit
tertentu yang disebut dengan infeksi
oportunistik seperti:




Kanker kulit yang disebut dengan Sarkoma kaposi
Infeksi paru-paru (TBC)
Infeksi usus shg diare terus menerus
Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental,
sakit kepala dan sariawan
 Penurunan BB > 10%
Lanjutan HIV/AIDS
 Transmisi : kontak seksual, jarum suntik,
transfusi, transplantasi, ASI,
transplasenter, persalinan
 Faktor risiko
: tidak diket secara pasti,
ulserasi (STD), tidak
sirkumsisi, penderita TBC
 Pencegahan
: full political and community
commitment
 Terapi
: anti retrovirus
 Zidovudine (ZDV)
 Azidothymidine (AZT)
Pencegahan
HIV/ AIDS
 Full political and community commitment
 Hindari seks bebas
 Sterilisasi alat-alat yang digunakan untuk
perawatan dan pengobatan penderita
Terapi

Anti retrovirus





HIV/ AIDS
 Zidovudine (ZDV)
 Azidothymidine (AZT)
Obat untuk infeksi oportunistik
Obat untuk supotif
Makanan dan minuman bergizi tinggi
Herpes simpleks
 Sinonim: Anogenital herpesviral
infections, Herpesvirus hominis
 Terdapat 2 tipe, yaitu:
 Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan 2
 Reservoir: human
 Masa inkubasi: 2-12 hari
HSV 1
 Pada umumnya penderita adalah anak-anak dengan
gejala ringan
 Suhu tubuh meningkat
 Penderita merasa lelah sampai beberapa minggu
 Terdapat ginggivostomatitis
 Oropharynx infections
 Keratoconjungtivitis
 Chronics eczema
 Gangguan CNS (meningoencephalitis)
 Merupakan reaktifasi dari Herpes labialis
 MOT: saliva, infeksi pada tangan
HSV 2
 Pada umumnya terjadi pada orang dewasa
muda
 Gejala berupa genital herpes (akibat hubungan
seksual)
 Dapat asimptomatis
 Pada penderita anak-anak, manifestasi dapat
sampai lever, encephalitis, kulit, mata, mulut
 Prevalensi dapat meningkat sampai 60% pada
Gakin dan mutiple sexual partners
 MOT: sexual contact,oral genital, oral anal,
anal genital, jalan persalinan
Lanjutan HSV
 Kasus pada bayi tergantung pada
trimester berapa Bumil tersebut terinfeksi
dan kasus tersebut merupakan kasus
primer atau sekonder
 Pada Bumil dengan kasus primer dapat
terjadi peningkatan kasus bayi dari 3
menjadi 30 %
Pencegahan dan
Pengobatan HSV
 Pencegahan:
 Bila perlu sectio caesaria
 H-S
 Isolasi kontak
 Pengobatan:
 Trifluridine
 Adenine arabinoside
Gastroenteritis
 Suatu keadaan yang ditandai dengan
iritasi dan inflamasi pada saluran cerna
 Penyebab GE:
 Bakteri:
 Vibrio cholerae
 Escherichia coli,
 Salmonella,
 Campilobacter,
 Shigella dll
Penyebab GE
 Virus:
 Adeno,
 Rota,
 Calici,
 Astro,
 Noro dll
Penyebab GE
 Parasit dan Protozoa:
 Giardia,
 Cryptosporidium
 Penyebab lain:
 Obat-obatan (Aspirin, Nonsteroid Anti Inflammatory
Medicines, Antibiotik, caffeine, steroids, laxatives dll)
 Intoleransi (susu, keju dll)
 Malabsorbsi terahadap karbohidrat, lemak, protein.
 Logam (Merkuri, Arsenik dll)
 Chemical toxins
 Psikologis, adanya rasa takut, cemas.
Gastroenteritis acute viral
 Sinonim




: Sporadic viral GE,
Severe viral GE of Infant
and Children
Etiologi
: Rotavirus
Reservoir
: mungkin human
Manifestasi klinis : muntah, panas, berak
encer
Komplikasi
: dehidrasi, kematian
GE Acute viral
 Tanda-tanda dehidrasi:














ubun-ubun cekung,
mata cekung,
mulut kering,
turgor menurun,
berat badan turun,
nadi lemah dan cepat,
tekanan darah turun,
air kencing sedikit,
penurunan keringat,
sangat lemah,
letargi, bingung,
sakit kepala,
akral dingin,
kesadaran menurun
Kelompok risiko tinggi
terjadinya dehidrasi:
 bayi,anak-anak,
 lansia,
 orang dg gangguan sistem kekebalan tubuh
GE acute viral
 30% penderita RI dengan diare pada bayi dan balita
disebabkan oleh Rotavirus
 CFR di Negara berkembang 600.000-870.000/tahun
 MOT
: fecal-oral, saluran napas
 Masa inkubasi : 24-72 jam
 Masa penularan : selama fase akut (pada umumnya
Rotavirus jarang ditemukan setelah
8 hari terjadinya infeksi)
 Pencegahan
: H-S
 Pengobatan
: Spesifik tidak ada
Rehidrasi
Mumps
 Sinonim




: Infections parotitis,
Parotitis epidemica,
Gondongen
Etiologi
: Paramyxovirus (RNA virus),
Sifat-sifat virus
: mudah rusak oleh panas,
formalin 0,2 %,bahan kimia lainnya dan
sinar ultraviolet
Reservoir
: human
Distribusi frekuensi :




85% manusia dapat terinfeksi
1/3 kasus inapparent infections,
Penderita Bawah 2 tahun pada umumnya subclinical infections
Reinfections dapat terjadi walaupun angka kejadiannya kurang dari
5%
Lanjutan Mumps
 Manifestasi klinis :
 Masa inkubasi antara 14-18 hari, viraemia terjadi
antara hari ke 12-25
 Penyakit bersifat akut,
 Suhu tubuh naik, nyeri kepala, mialgia, malaise
 1 atau 2 Kelenjar ludah (Parotis, Sublingual,
Submaxillaris) bengkak, nyeri
 50% dengan Gangguan saluran napas (terutama
pada Balita)
Komplikasi Mumps
 Orchitis ( pada umumnya unilateral, 20-30% pada laki-laki
postpubertas)
 Mastitis (30% terjadi pada wanita yang berumur diatas 15
tahun)
 Tuli ( 5/100.000 kasus)
 Pancreatitis
 Myocarditis
 Meningoensefalitis (1-2/10.000 kasus)
 Gejala sisa: paralisis, kejang, hidrosefalus (jarang)
 Oophoritis.
 Keguguran (bila infeksi terjadi pada trimester I kehamilan)
 Catatan : belum ada laporan terjadinya congenital malformation
Lanjutan Mumps
 Cara penularan:
 Airborne
 Droplets
 Direct contact dengan saliva
 Virus dapat diisolasi dari saliva
pada 1 minggu sebelum
termanifes, sampai 9 hari
setelah onset
Pencegahan :
 Imunisasi
 Monovalent atau
 MMR: Measles, Mumps, Rubella
(MMR I diberikan pada saat anak
berumur 1 tahun dan booster pada
saat 4-6 tahun), atau
 MMRV: Measles, Mumps, Rubella,
Varicella (MMRV diberikan pada
anak umur 1-12 tahun)
Kontraindikasi dilakukannya
imunisasi:
 Alergi (terhadap salah satu komponen
vaksin
 Sasaran imunisasi sedang
mendapatkan immunosuppressant
 Sasaran dalam keadaan sakit tidak
ringan
 Sasaran sedang mendapatkan produkproduk darah
Pengendalian Mumps
 Isolasi terhadap kasus dan
kontak
 Disinfeksi terhadap peralatan
yang digunakan penderita
(handuk, sendok garpu dll)
 Investigasi sumber infeksi
Chikungunya fever/
Chik fever
 Identifikasi:
 Self limiting diseases, pada banyak kasus,
keluhan menghilang dalam waktu 5-7 hari tanpa
pengobatan
 Trias klinik meliputi:
 Panas tinggi (>40ºC) dan dapat turun dalam waktu 1-2
hari yang disebut sebagai Saddle back fever
 Arthralgia
 Beberapa pada penderita ditandai dengan rash yang
makulopapular, yang timbul 1-10 hari, tidak gatal,
diikuti dengan desquamasi
Keluhan dan gejala
Chikungunya
 Arthitis yang dimulai dari pergelangan tangan
dan kaki, lutut, sendi-sendi kecil dari
ekstrimitas
 Rongga mulut lebih merah
 Pembesaran kelenjar lymphe daerah servikal
 Parestesis
 Perdarahan
 Leukopeni
 Masa penyembuhan nya lama
Keluhan dan gejala
Chikungunya
 Nyeri kepala
 Menggigil
 Mual, muntah
Lanjutan Chikungunya
 Etiologi
 Transmisi
: Alphavirus
: Aedes aegypti,
Aedes albopictus
 Inkubasi
: 3-8 hari
 Pengobatan : spesifik tidak ada
 Pencegahan :
 Pengendalian nyamuk
 Isolasi penderita (agar tidak digigit nyamuk)
 Imunisasi belum ada
Flu burung
 2003  KLB pada unggas
 2005  1 orang meninggal di Tangerang
 19 September 2005  Menkes
menetapkan status KLB Nasional Flu
Burung.
 2007  133 kasus (91 diantaranya
meninggal) yang menyebar di 12 provinsi
dan 44 kabupaten
Identifikasi Flu burung
 Etiologi Flu burung: RNA virus, AH5N1
 Transmisi sebagian besar melalui
saluran napas, juga bisa melalui
konjungtiva
 Masa inkubasi: 2-8 hari namun ada yang
lebih lama (17 hari)

Keluhan dan gejala Flu burung







Demam tinggi (>38ºC)
Diare
Mual, muntah
Nyeri perut
Nyeri dada
Perdarahan dari hidung dan gusi
Respiratory distress
Keluhan dan gejala Flu burung




Berdahak, kadang-kadang berdarah
Leukopenia
Thrombocytopenia
Multiorgan dysfunction  gagal ginjal
dan gagal jantung
Pencegahan
 Hindari penjualan unggas hidup secara
langsung kepada konsumen
 Hindari kontak langsung dengan unggas
 Hindari konsumsi daging dan telur yang
diperkirakan mengandung virus
 Gunakan Alat Pelindung Diri seperti
sarung tangan, masker, kaca mata,
apron, rubber boots
Pencegahan Flu burung
 Cuci tangan dengan sabun dan air yang
mengalir
 Masak daging dan telur dengan suhu
diatas 70ºC
 Imunisasi
Pengobatan Flu burung
 Oseltamivir (Tamiflu)
 Zanamavir
Flu babi
 Flu A H1N1
 Ditemukan kasus perdana April 2009
 WHO mencatat lbh dari 700 orang
meninggal
 Penyakit saluran napas yang disebabkan
oleh virus influenza tipe A
 Masa inkubasi: 2- 7 hari
Gejalanya mirip flu biasa
(Influenza Like Illness/ ILI)








Demam (> 38º C)
Menggigil
Batuk
Nyeri tenggorokan
Nyeri otot dan tulang
Sakit kepala
Lemas, letih
Depresi
Lanjutan gejala flu babi







Anoreksia
Mata merah
Hidung tersumbat
Mual, muntah
Diare
Sulit napas
Komplikasi: adanya infeksi bakteri
Pemeriksaan penunjang
 Reserve Transcriptase Polymerase
Chain Reaction (RT PCR)  tes yang
cepat, dengan sensitifitas dan spesifisitas
yang tinggi namun mahal
 Rapid test antigen  tes yang cepat,
mudah, sensitifitas sedang, spesifisitas
tinggi,
Pencegahan
 Peningkatan perilaku higiene, sanitasi: cuci
tangan dengan sabun pada air mengalir
sesering mungkin (CTPS)
 Menutup hidung dan mulut ketika batuk dan
bersin dengan saputangan atau tisu
 Gunakan masker
 Minum obat penurun panas
 Tidak kekantor, sekolah, tempat keramaian,
istirahat selama 5 hari
 Belum ditemukan vaksin untuk A H1N1
Pengobatan Flu burung
 Oseltamivir (Tamiflu)
 Zanamavir

7 langkah strategi Nasional
 Strategi pengendalian wabah pada
hewan/ unggas dan pencegahan infeksi
baru pada hewan/ unggas
 Strategi perlindungan kelompok berisiko
tinggi dengan biosecurity
 Strategi pemantauan
 Strategi komunikasi, informasi dan
edukasi
Lanjutan 7 langkah strategi
Nasional
 Strategi manajemen kasus dan
pengendalian infeksi di sarana kesehatan
 Peningkatan studi kesehatan
 Penetapan status flu sebagai KLB
Nasional
Acute flaccid paralysis/
AFP




Poliomyelitis acuta
Guillan- Barré syndrome (GBS)
China paralytic syndrome (CPS)
etc
Poliomyelitis acuta/
Polioviral fever/
Infantile paralysis
 Akut
 Infeksi virus terjadi di saluran cerna dan
sebagian kecil menyebar ke sistem
syaraf
 < 1% dari infeksi virusLumpuh layuh
 >90% tidak lumpuh atau menyebabkan
panas yang tidak spesifik
 1% menyebabkan aseptic meningitis
Etiologi  Poliomyelitis acuta/
Polioviral fever/
Infantile paralysis
 Poliovirus (genus Enterovirus) tipe 1,2,3
dan semua tipe yang menyebankan
paralisis. Paling banyak ditemukan
adalah tipe 1,3 baru 2
 Virus diisolasi dari faeces, CSF, sekret
orofaring,
Gejala  Poliomyelitis acuta/
Polioviral fever/
Infantile paralysis








Panas
Malaise
Headache
Nausea
Vomiting
Nyeri otot
Kaku kuduk
Kelumpuhan
Sifat lumpuh
Poliomyelitis acuta/
Polioviral fever/
Infantile paralysis
 Pada umumnya asimetris, tergantung pada
kerusakan brain stem atau spinal cord
 Kelumpuhan tungkai lebih banyak ditemukan
daripada lengan
 Dapat menyerang otot pernapasan
 Berlangsung dalam waktu singkat, yaitu 3-4
hari
 Dimungkinkan lumpuh bisa sembuh selama
masa penyembuhan, namun bisa tetap lumpuh
setelah 60 hari dan ini mungkin menjadi
permanen
Guillain-Barré Syndrome/
GBS
 Gejala:
 Lumpuh simetri dan berlangsung selama 10
hari
 Tidak ada keluhan panas, sakit kepala, mual,
muntah, pleocytosis
 Dijumpai adanya high protein, low cell counts
dalam CSF
 Gangguan syaraf sensoris banyak dijumpai
pada GBS
China paralytic syndrome/
CPS
 China paralytic syndrome (Acute motor
axonal neuropathy)
 Gejala:
 Tidak dijumpai panas badan, pleocytosis
 Lumpuh dapat berlangsung sampai
beberapa bulan
AFP yang lain:











Transverse myelitis
Traumatic neuritis
Infectious and toxic neuropathies
Tick paralysis
Myastenia gravis
Porphyria
Botulism
Insecticide poisoning
Polymyositis
Trichinosis
Periodic paralysis
Campak
 Sinonim 




Rubeola
Hard measles
Red measles
Morbilli
Identifikasi Campak




Akut
Sangat menular
Panas
3C1K




Conjungtivitis
Coryza
Cough
Koplik spot
Lanjutan campak
 Rash 
 Pada hari ke 3 sampai 7,
 Mulai dari muka, menyebar seluruh
tubuh,
 Kadang diakhiri desquamasi,
 Pada bayi dan dewasa lebih parah
daripada anak-anak
Komplikasi campak
 Terjadinya superinfeksi dari bakteri atau
virus:





OMP
Pneumonia
Laryngotracheobronchitis (Croup)
Diare
Encephalitis
CFR pada campak
 Pada Balita di USA 2-3/ 1.000
 Di Negara berkembang 10-30%
 CFR akan bertambah pada anak dengan
Kwashiorkor dan defisiensi vitamin A
 90% manusia terinfeksi virus sebelum
usia 20 tahun
Lanjutan Campak:
 Etiologi
: Measles virus
 Pada daerah tropis, campak terjadi pada awal musim
kemarau
 Reservoir
: human
 MOT
: airborne dengan droplet spread dan
direct contact dengan sekresi
 Inkubasi
: 10 hari
 Penularan
: 1 hari sebelum masa prodromal atau
4 hari sebelum rash keluar sampai
2-4 hari pasca rash keluar