Kasus Kampung Naga
Download
Report
Transcript Kasus Kampung Naga
Morfologi dan Tata Desa
STUDI KASUS PENATAAN RUANG
DESA ADAT
(Kasus Kampung Naga-Tasikmalaya)
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Kerangka Berpikir
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Pola
Kampung
Naga
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Adat di Kampung Naga
Gambar disamping adalah Kaum lelaki
melakukan mandi basah di tepi Sungai
Ciwulan.
Kegiatan ini dilakukan oleh kaun laki-laki di Kampung Naga. Tahapan mandi ini sifatnya
wajib karena untuk melakukan suatu upacara sakral diperlukan kesucian jasmanai maupun
rohani. Upacara ini dipandu oleh seorang ”Kuncen”.
Kegiatan ini dimulai ketika ”kuncen” selesai unjuk-unjuk kemudian ia mempersilahkan paea
peserta untuk mandi bersama-sama. Pada waktu mandi, badan tidak boleh digosok dengan
sabun atau alat pembersih lainnya, kecuali menggunakan leuleueur. Maksud mandi ini
adalah untuk membersihkan badan dari segala kotoran dan najis yang menmpel di tubuh.
Setelah selesai mandi kemudian para peserta megambil wudlu dan kemudian langsung
mengenakan pakaina khsuus upacara, tanpa mengeringkan badan terlebih dahulu. Mereka
beranggapan bahwa dengan mengeringkan badan terlebih dahulu maka makna dari bebersih
atau sesuci tersebut akan hilang.
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Potensi Adat di Kampung Naga
1. Terbangan
• Deskripsi :
Terbangan disajikan dalam bentuk nyanyian biasanya penabuh terbang sekaligus jadi
penyanyi. Terbang yang digunakan ada 4 buah yang berurutan besarnya dan ditabuh oleh
keempat orang yang membentuk suatu irama sesuai dengan nyanyian yang dibawakan. Ke-4
nyanyian biasanya diambil dari bahsa Arab yang berupa puji-pujian, yaitu mengagungkan
kebesaran Tuhan dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang diambil dari Kitab
Suci Al-Quran.
Nyanyian dibawakan bersama-sama diiringi pukulan terbang. Lagu-lagu yang biasanya
dibawakan dala mkesenian terbangan ini adalah ”Allahu”-an, Syarobana, Qoyum dan
sebagainya.
Kesenian terbangan di Kampung Naga biasanya dimainkan oelh laki-laki walaupun tidak ada
larangan dimainkan oleh perempuan. Pertunjukan ini dilakukan di dalam ruangan (mesjid)
maupun di lapangan terbuka tengah-tengah kampung. Kadang-kadang juga seseorang yang
membawakan lagu dan yang lainnya memberikan alok pada setiap akhir dari setiap bait lagu
dengan menyanyikan bersama-sama penyanyi semula.
• Demikianlah setelah selesai membawakan sebuah lagu, kemudian dilanjutkan dengan lagulagu lainnya sampai selesainya pertunjukan secara keseluruhan. Pertunjukkan biasanya
dimulai ”sabada” shalat Isya dan berakhir kira-kira pukul 24.00 tengah malam.
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Terbangan
Fungsi/Dilakukan :
Pesta perkawinan
Khitanan
Mengiringi pada waktu akan dimasukan dala leuit (lumbung padi)
Sebagai tanda syukur atas keberhasilan panen
Upcara hajat Sasih
Ziarah ke makan leluhur
Hari besar Islam
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
2. Angklung
• Deskripsi :
Angkulung disajikan dalam bentuk instrumen dalam iring-iringan pawai 17
Agustus juga pada wkatu membawa padi dari sawah menuju lumbung padi.
Akan tetapi sering pula angklung dipertunjukkan sebagai hiburan seperti
terbangan dan kadang-kadang pula diiringi dengan nyanyian canda yang
berbentuk ”sisindiran”. Angklung ini pun terdiri dari beberapa ukuran.
Pemain angklung seklaigus menjadi penyanyi dalam arak-arakan, pemain juga
berjalan sesuai dengan irama dari lagu atau nyanyian yang dimainkan dengan
diiringi ”alok” atau ”engklok”, sehingga suasana menjadi bertambah ramai.
Angklung ini dimainkan 4 orang laki-laki. Walaupun tidak ada larangan bagi
wanita namun karena beratnya angklung tersebut, maka hanya laki-laki yang
mampu memainkannya.
• Fungsi/Dilakukan :
–
–
–
Acara 17 Agustus
Mengiringi padi waktu dimasukkan ke dalam lumbung padi
Sebagai tanda syukur atas keberhasilan panen
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
3. Beluk
Deskripsi :
Beluk disajikan apabila ada yang melahirkan dengan maksud menunggui bayi dan
ibu yang baru saja melahirkan sebelum mereka tidur. Kesenian Beluk ini biasanya
disajikan pada waktu malam hari dengan membawa cerita yang diambil dari Kitab
”Wawacan” yang ditulis memakai huruf Arab. Pemain beluk tidak terbatas, semua
yang hadir bisa saja bersama-sama atau bergiliran menyajikan bait demi bait cerita
wawacan yang disajikan. Akan tetapi sebagai pemain pkok dalam kesenian beluk
terdiri dari dua orang, seorang membacakan satu bait dari cerita itu dan yang
seorang lagi menyajikan bait yang dibacakan tadi, sedangkan pada bait-bait tertentu
semua yang hadir ikut bersama-sama menyanyikan (pada kahir bait).
Demikianlah bait demi bait dinyanyikan dan biasanya acara ini berlanjut hingga jauh
malam atau kadang-kadang sampai subuh. Kemudian hari esoknya pun kesenian ini
masih terus dilakukan tergantung keluarga yang bersangkutan yang meminta
(biasanya >2 malam).
Dalam proses penyajian beluk baim penyaji maupun hadirin berlaku bebas, ada yang
duduk, versila, tidur-tiduran, bahakan ada yang terus tertidur. Demikian juga di
sipembaca cerita biasanya sambil ”ngadepong” membacakan cerita tersebut.
Fungsi/Dilakukan :
- Saat kelahiran anak
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
4. Puasa Bicara
Deskripsi :
Dilarang membicarakan mengenai leluhur atau
nenek moyang, adat istiadat dan kepercayaan
karena hal tersebut sangat tabu untuk dibicarakan.
Karena sangat tabu sehingga tidak ada alasan
yan jeals mengapa mereka harus melakukan
puasa bicara.
Fungsi/Dilakukan :
Dilakukan pada hari Selas, Rabu dan Sabtu
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
5. Upacaran Panen
Deskripsi :
Upacara ini dilakukan sebagai ungkapa rasa
syukur kepada Tuhan dan sekaligus
penghormatan terhadap Dewi Sri atas kesuburan
dan panenan padi yan gtelah mereka hasilkan.
Upacara ini dimulai ketika memanen tangkai padi
pertama sampai seluruh padi diantar ke lumbung
(leuit) yang biasanya diiringi musik Angklung.
Fungsi/Dilakukan :
Saat panen padi
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
6. Upacara Hajat Sasih
Deskripsi :
Upacara ini meripakan perayaan yang dilaksanakan selama dua
bulan sekali berdasarkan perhitungan waktu kalender Islam, yaitu
meliputi Bulan Muharam, Maulud, Jumadil Akhir, Rewah, Syawal,
dan Rayagung. Upacara ini dilakukan dalam bentuk ziarah kubur ke
makam nenek moyang atau leluhur masyarakat Kampung Naga.
Upacara ini dilakukan dengan menggunakan pakaian adat, berdoa
di mesjid dan membawa sapu lidi untuk membersihkan makam
sampai diakhiri dengan makan bersama di mesjid.
Fungsi/Dilakukan :
Muharam, tanggal 26, 27 dan 28
Maulud, tanggal 12, 13 dan 14
Jumadil Akhir, tanggal 16,17 dan 18
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
7. Upacara Perkawinan
Deskripsi :
Terdapat upacara perkawinan :
–
–
–
–
–
–
Upacara saweran
Upacara ”Nincak endog”
Upacara ”buka pintu”
Upacara ”riungan”
Upacara ”Ngampar”
Upacara munjungan
Fungsi/Dilakukan :
Saat ada perkawinan
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
8. Gotong Royong
Deskripsi :
Sikap gotong royong masyarakat
Kampung Naga yang mencerminkan
sikap paguyuban
Fungsi/Dilakukan :
Misalnya dalam pembuatan rumah
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Budaya Kampung Naga yang Kontradiksi dengan
Ajaran Islam (Doni Pribadi, Skripsi)
1.
2.
3.
4.
5.
Anggapan tidak melakukan ibadah Haji ke Mekkah,
melainkan dengan cukup menjalankan atau melaksanakan
upacara ”Hajat Sasih” yang bertepatan dengan Hari Raya
Idul Adha tanggal 10 Rayagung.
Percaya adanya makhluk halus yang menenpati tempattempat tertentu
Puasa bicara pada hari Selasa, Rabu dan Sabtu
Percaya pada Dewi Sri sebagai penentu berhasil tidaknya
panenan
ziarah ke makam leluhur sebagai upacara dan memohon
kepada leluhur mereka dengan menyampikan maksud
tertentu
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Fenomena Ketabuan dalam Masyarakat Kampung Naga
(Doni Pribadi, Skripsi)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pertunjukan kesenian Terbangan dan Angklung pada hari
Selasa, Rabu, dan Sabtu.
Dilarang mempertunjukkan kesenian selain seni Terbangan
dan Angklung di lingkungan wilayah Kampung Naga.
Merusak alam lingkungan hutan yang berada di Kampung
Naga.
Hari Selasa, Rabu dan Sabtu tabu untuk membicarakann
hal-hal yan berkaitan dengan asal-usul dan sejarah
Kmpung Naga dan leluhur mereka.
Tabu mewarnai rumah dnegan cat.
Penggunaan atap pada arsitektur rumah adat masyarakat
Kampung Naga selain dari daun rumbia dan jeami serta
ukuran dan bentuk rumah pantang untuk dirubah.
Tabu menambah rumah baru di areal Kampung Naga yang
luasnya sangat terbatas yaitu 1,5 Ha.
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Upaya Pengembangan Wisata dengan Pertimbangan Aspek Sosial
Budaya (Doni Pribadi, Skripsi)
1. Melakukan zoning dalam rangka memisahkan
kegiatan kepariwisataan dengan kegiatan
lainnya.
2. Pola pengembangannya dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kesiapan masyarakat
Kampung Naga dan sekitanya.
3. Menampung dan mengembangkan nilai
hubungan sosial yang berakar dari tradisi
masyarakat lokal Kampung Naga dan
sekitarnya.
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Dampak Terhadap Lingkungan Geofisik-Kimia
1. Perubahan tata guna lahan
2. Perubahan ekosistem alami menjadi ekosistem buatan.
Hal ini akan mengakibatkan perubahan pada iklim
mikro yang mencakup pada suhu udara, kelembaban
udara, curah hujan dan angin.
3. Perubahan mutu dan jumlah air yang disertai dengan
meningkatknya pencemaran baik pada tahap konstruksi
maupun tahap operasinya.
4. Perubahan pada pola drainase alam yang dapat
mengakibatkan bahaya banjir atau bahaya pengikisan
permukaan tanah (erosi)
5. Adanya gangguan lalu lintas berupa kemacetan dan
kebisingan
6. Meningkatnya niali atau harga lahan di sekitar kawasan
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Dampak Terhadap Lingkungan Sosial-Ekonomi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Meningkatnya lapangan pekerjaan baik langsungmaupun tidak langsung
Meningkatnya pendapatan pemerintah daerah dari retibusi parkir dan SIUP
Meningkatnya pendapatan masyarakat
Menurunnya estetika lingkungan pada kawasan di luar kawasan penyangga
Meningkatnya pendidikan masyarakat setempat akibat adanya peningkatan
pendapatan dan komunikasi
Keinginan warga untuk lebih maju dan berkembang lagi, akibat interaksi
dengan wisatawan dan mulai besarnya kesempatan berkomunikasi
Berubahnya pola budaya pola hidup ke arah yan lebih konsumtif
Terjadinya keresahan apabila ada peningkatan kerawanan karena faktor
keamanan dan ketertiban masyarakat yang negatif
Meningkatnya jumlah penduduk terutama oleh faktor in-imigrasi
Keuntungan ekonomi lokal yang dinikmati sebagai penunjuk cerita (guide),
penjualan kerajinan, penampilan atraksi, menyediakan tikar, menjual
makanan- minuman, menjual hasil bumi/oleh-oleh, bagi hasil parkir
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Matriks Analisis SWOT Kawasan Wisata Budaya
Kampung Naga
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Sketsa
Lokasi
Kampung
Naga
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Sketsa Pembagian
Zona Kawasan
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT
Morfologi dan Tata Desa
Peta
Kampung
Naga
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, 1429 H / 2008 M
BACK
MENU
NEXT