Keperawatan Sistem Reproduksi 1 Pertemuan 12

Download Report

Transcript Keperawatan Sistem Reproduksi 1 Pertemuan 12

LESI JINAK VULVA & VAGINA Lesi Kistik Vulva dan Vagina Vulva :

Kista sebasea, kista inklusi, kista kelenjar Bartholini

Vagina :

Kista inklusi, kista duktus Gartner, endometriosis, adenosis Lichen sclerosis et atrophicus : penyebab tidak diketahui, usia dekade Kelima, afek primer di vulva dan perineum. Terdapat lesi halus keputihan, gatal, rasa terbakar. Biopsi menunjukkan lapisan kolagen subepidermis dan kelompok limfosit.

Lesi vagina akibat pertumbuhan abnormal

Hymen imperforatus : dapat menimbulkan hematokolpos, hematometrium, hematosalpings.

Septa vagina : dapat imkomplit/parsial atau komplit dari introitus vagina sampai serviks.

Septum vagina transversa : membagi vagina atas dan bawah menjadi 2 kompartmen. Terdapat lubang pada septum itu, dan darah haid tetap dapat mengalir.

Divertikulum urethra Abses sub urethra Karunkulai urethra

Lesi vagina akibat trauma

Hematoma vulva

Lesi yang berasal dari penyakit menulat seksual

TUMOR PADAT

Nevus : lesi berpigmentasi terdiri dari sel-sel nevus.

Leiomioma : berasal dari otot polos jaringan erektil vulva Fibroma/lipoma : bersal dari mesoderm, jaringan ikat/jaringan lemak subkutis Tumor glomus : berasal dari lapisan dermis, disertai gejala nyeri daerah vulva Hidradenoma : tumor berasal dari kelenjar keringat labium majus/ labium minus Pengobatan pada berbagai lesi tumor jinak padat tersebut adalah Bedah (eksisi lokal)

TUMOR KISTIK

Bartholinitis : dapat menjadi massa kista Bartholin atau menjadi abses (terapi insisi dan drainase)

Porsio serviks normal :

Permukaan dilapisi epitel skuamosa berbatasan dengan epitel kolumnar (skuamokolumnar junction) Daerah perbatasan ini pada wanita yang makin tua usianya, semakin masuk ke dalam/daerah kanalis servikalis, disebabkan adanya proses metaplasia dari epitel kolumnar menjadi skuamosa yang dipengaruhi keseimbangan hormonal Keganasan serviks paling sering pada serviks uteri adalah pada daerah tersebut Benjolan/fibrosis pada daerah porsio di sekitar ostium, dapat disebabkan laserasi akibat komplikasi persalinan Robekan porsio pada saat persalinan sering terjadi pada daerah jam 3 Dan jam 9, karena daerah tersebut merupakan lokus minoris

Leiomioma uteri

Tumor jinak uterus yang terdiri dari otot polos dan jaringan ikat dari uterus. Sering disebut sebagai Mioma, Fibroid, Fibromioma. insidens 20-25% pada wanita berusia diatas 35 tahun.

Estrogen berpengaruh atas timbulnya mioma uteri. Pada jaringan mioma, terdapat jumlah reseptor estrogen yang lebih tinggi dibandingkan jaringan miometrium sekitarnya.

Hubungan antara moima dengan hormon estrogen maka : 1. Mioma uteri membesar pada usia reproduksi dan regresi pada pascamenopause 2. Mioma uteri sangat responsif terhadap terapi obat GnRH analog

Gejala klinik mioma :

1. Perdarahan/menorhagia, karena permukaan kavum uteri yang lebih luas dan adanya gangguan kontraksi uterus akibat massa tumor 2. Penekanan pada kandung kemih, ureter, rektum atau organ rongga panggul lainnya 3. Nyeri : akibat degenerasi mioma atau kontraksi uterus berlebihan pada mioma submukosum 4. Infertilitas : dapat disebabkan distorsi tuba, gangguan implantasi pada endometrium, oklusi kanalis endoserviks, dan sebagainya

Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi menjadi :

1. Mioma intramural, tumbuh di dalam dinding uterus (lapis miometrium) 2. Mioma subserosum, dibawah lapisan serosa uterus/peritoneum, tumbuh ke arah rongga peritoneum 3. Mioma submukosum, dibawah lapisan mukosa uterus/endometrium, tumbuh ke arah kavum uteri (dapat bertangkai dan keluar ke vagina melalui kanalis servikalis, disebut myoma geburt/polip fibroid) 4. Mioma parasitik, mioma yang terlepas dari jaringan induknya, kemudian melekat pada jaringan lain (misalnya omentum/ligamentum/ usus) kemudian mendapat vaskularisasi dan tumbuh parasitik 5. Mioma peduncularis, mioma yang tumbuh menjadi massa sendiri di dalam rongga perut

Diagnosis banding

- Adenomiosis, neoplasma ovarium, kehamilan

Pertimbangan terapi mioma uteri bila :

1. Tumor besar mengisi rongga pelvis, diameter melebihi 8 cm 2. Perdarahan abnormal yang tidak terkendali dengan medikamentosa 3. Pertumbuhan tumor cepat (curiga degenerasi ganas miosarkoma) 4. Tumor membesar dan tidak mengecil pada postmenopause

Pilihan terapi :

1. Pembedahan, histerektomi (jika tidak ada rencana hamil lagi), atau miomektomi (pada usia reproduksi/masih rencana hamil). Namun jika massa tumor terlalu besar tau luas, kadang tidak memungkinkan hanya dilakukan pengangkatan massa tumor, sehingga tetap dilakukan histerektomi 2. Pengecilan tumor sementara dengan obat-obatan GnRH analog, medroxyprogesteron, danazol (testoteron) Maskroskopik pascaoperasi : mioma memiliki lapisan kapsul yang tegas, dapat dipisahkan/dikupas dari massa tumornya

Dalam menentukan massa adneksa, penting diperhatikan gejala/tanda Spesifik : 1. Konsistensi, kistik/padat/campur 2. Ukuran (cm) 3. Morfologi dan permukaan tumor (licin/noduler/kasar/batas jelas atau tidak 4. Rasa nyeri spontan/nyeri tekan/nyeri goyang 5. Lokasi dan hubungan dengan uterus 6. Unilateral atau bilateral, jika bilateral simetris atau tidak. Jika memungkinkan, pemeriksaan konfirmasi USG

Indikasi pembedahan eksplorasi pada massa adneksa :

1. Kista ovarium lebih dari 5 cm, menetap setelah observasi sampai 8 minggu 2. Massa adneksa pada usia premenarche 3. Massa adneksa pada usia pasca menopause 4. Massa padat pada segala usia 5. Massa kistik lebih dari 8 cm

Massa adneksa : neoplastik atau non-neoplastik?

Massa adneksa non neoplastik I. Kista fungsional(fisiologis) :

a. Kista korpus luteum b. Kista folikel c. Kista theka lutein

II. Non fungsional :

a. Kehamilan ektopik b. Kista endometriosis c. Kista inklusi germinal d. Kista radang e. Luteoma dalam kehamilan f. Kista paraovarium g. Ovarium polikistik (Stein-Levental)

III.Non ovarium :

a. Abses apendika b. Abses divertikulitis c. Kista/abses tubo-ovarium d. Ginjal di perlvis e. Hidrosalping f. Mioma uteri subserosum

Kista fungsional

Terjadi pada usia reproduksi (siklus ovulasi) dan tidak dijumpai pada usia premenarche, postmenopause, pemakai obat hormonal atau pasca oophorektomi bilateral.

Yang termasuk kista fungsional adalah kista korpus luteum, kista Folikuler dan theca lutein :

1. Kista korpus luteum,

diagnosa bila terjadi perdarahan (korpus rubrum hemorhagikum) dengan gejala serupa dengan kehamilan ektopik terganggu.

2. Kista folikuler,

terbentuk akibat hiperstimulasi dari gonadotropin atau pengobatan dengan klomifen sitrat, atau pada siklus yang anovulatorik.

3. Kista theca lutein,

timbul akibat stimulasi hormon gonadotropin endogen atau eksogen. Dijumpai pada mola hidatidosa, penyakit trofoblastik ganas, kehamilan muda.

Pengobatan kista fungsional dilakukan secara konservatif, observasi selama 4-8 minggu. Ultrasonografi merupakan alat bantu diagnostik dalam observasi pasien.

Klasifikasi neoplasma ovarium menurut WHO :

- Common epitelial tumors - Soft tissue tumor (non specific) - Sex cords stromal tumors - Lipid cell tumors - Unclassified tumors - Secondary (metastatic) tumors - Germ cell tumors - gonadoblastoma

Neoplasma kistik epitel jinak :

- Cystadenoma serosum - Cystadenoma mucinosum - Kista endometriosis

Neoplasma padat jinak :

- Tumors like (not true neoplasm) - Kista dermoid (teratoma kistik) - Kista dermoid (teratoma padat jinak) - Tumor Brenner - Tumor fibroma dan thecoma (Syndroma Meig : tumor padat jinak, asites, hidrothoraks kanan)