ORANG MUDA KATOLIK

Download Report

Transcript ORANG MUDA KATOLIK

ORANG MUDA KATOLIK
Manakah gaya Liturgi yang
cocok untuk mereka?
Analisis socio-kultural penghayatan agama
orang muda:
• Liturgi sesudah konsili Vatikan II - nilainilai dasariah a.l.
– Kristus dan Misteri Paskah-Nya harus
menjiwai seluruh doa, perayaan liturgi, tahun
liturgi, hari Minggu, sakramen-sakramen,
Ibadah Harian, yang menguduskan seluruh
hidup manusia dari hari ke hari.
– Liturgi yang baru harus berstruktur dialogis
dan mengilhami doa-doa kristiani berdasarkan
Sabda Allah. Allah membuka dialog lewat
Sabda-Nya, kita menjawab ajakan-Nya
dengan mendengarkan, memuji, bersyukur
serta mempersembahkan diri kepada-Nya.
• Orang muda selalu ada di tengah
masyarakat dan mengalir bersama
masyarakat. Kita dapat menjumpai aneka
ragam tipe orang muda di tengah gaya
hidup masyarakat yang juga beraneka
ragam, dan tak jarang menemukan
kenyataan-kenyataan kontradiktif,
• Dalam penghayatan agama, kita
menemukan aneka ragam kwalitas orang
muda. Memang dalam situasi sedemikian
ini kita berhadapan dengan aneka pribadi
orang muda dengan semangat religius
yang berbeda, selera serta minat berbeda,
serta entusiasme yang beragam terhadap
segala yang datang dari lembaga
keagamaan.
Konsep nilai-nilai yang sepantasnya
mereka miliki:
• Tiap individu adalah pribadi berpotensi
dengan kekayaan pengalaman hidup
masing-masing.
• Pemahaman tentang hidup bermasyarakat
dengan percaturan politik di dalamnya
bukanlah sekedar ideologi tetapi
merupakan jawaban atas berbagai
kebutuhan kongkrit manusia.
• Keadilan dan kebebasan bukanlah suatu
yang abstrak tetapi sebagai persoalan
nyata dari wilayah tertentu atau
pengalaman hidup suatu komunitas.
• Konsep kerja adalah sebagai ungkapan
pengembangan manusia dan bukan
sekedar sarana pencarian nafkah.
• Tanggungjawab dan ikatan pribadi adalah unsur-
•
unsur tetap yang harus ditanamkan sebab
dengan demikian tiap orang merealisasikan
peran-sertanya pada pembangunan sejarah dan
masa depan kemanusiaan.
Sikap menerima dari pihak orang muda pada
struktur dan lembaga baik sosial maupun
gerejawi yang tidak membirokratisasi hidup
manusia tetapi membebaskan.
Beberapa gejala pada mereka, a.l.:
• Usaha pengembangan diri sebagai orang
katolik dalam kegiatan-kegiatan di luar
Gereja serta tingkahlaku non-religius yang
dikultus setinggi langit.
• Usaha mengikat secara langsung
pengalaman iman dengan perjuangan
dibidang politik, sosial, budaya atau secara
umum dengan jalannya sejarah.
• Pembaruan interese terhadap dimensi
eklesial dan usaha mengatasi selisih
pendapat aprioristik dalam hal sepele dan
sempit.
• Konsep tentang penghayatan iman yang
tak mungkin terpisah dari situasi budaya
dan kehidupan kongkrit.
Manakah gaya Liturgi
untuk orang muda?
• Prinsip-prinsip yang mau
dikembangkan
– Partisipasi: Orientasi pastoral tidak
berkutat hanya pada sah atau bolehtidaknya suatu perayaan tetapi secara
khusus harus memperhitungkan
partisipasi secara sadar dalam cara
yang aktif dan berdaya-guna (SC 11).
Selanjutnya, partisipasi itu hendaknya
sedemikian rupa selaras dengan umur,
kondisi, kebiasaan hidup serta rata-rata
taraf penghayatan religius umat
beriman (SC 19).
– Inkulturasi/ adaptasi (Akomodasi): Dalam
Liturgi, ritus dan kata-kata terkait erat satu
sama lain. Tetapi kedua-duanya masih harus
disesuaikan dengan daya-tangkap umat
beriman (SC 34).
Ini berarti dalam pembaruan Liturgi, ritusritus harus disederhanakan agar lebih
dasariah dan lebih jelas, dan kata-kata yang
digunakan hendaknya diselaraskan dengan
kebiasaan dan adat-istiadat setiap suku
bangsa (SC 37 dan 38).
Bahkan dalam situasi biasa sehari-hari tanpa
adaptasi-kultural, setiap pemimpin perayaan
perlu mengusahakan penyesuaianpenyesuaian akomodatif demi partisipasi
yang sungguh bersemangat dan berdayaguna, eksternal-internal, penuh iman-harapkasih.
Jiwa Orang Muda terkandung dalam
Jiwa Liturgi:
• Syukur pembaruan Liturgi dewasa ini
justru mengangkat nilai-nilai Liturgi
sebagai perayaan. Hal ini berdampak
luas pada peran-serta umat yang lebih
spontan lahir-bathin. Unsur dialog antara
Allah dan umat-Nya lewat simbol perayaan
lebih ditampilkan.
Lebih dibuka peluang peran-serta umat
beriman dalam berbagai tugas pelayanan
liturgis. Ketika peran-serta umat menjadi
begitu sulit maka digalakkan berbagai
penyesuaian baik akomodatif maupun
inkulturatif. Umat yang hadir diusahakan
dalam berbagai cara agar tidak menjadi
seperti orang asing atau penonton yang
bisu (SC 48).
Beberapa unsur Liturgi berikut ini perlu
dirancang secara terpadu dengan baik
bagi orang muda.
• Kreativitas: Perayaan Liturgi dewasa ini
menawarkan diri sebagai wadah
kreativitas, bukan sekedar realitas dengan
berbagai pengulangan serba mekanis.
Kreativitas sekaligus berarti ada
kebebasan untuk mengungkapkan jiwa
muda. Liturgi memiliki latarbelakang
sejarah sebagai wadah pengembangan
kreativitas dalam Roh dengan berbagai
ungkapan yang selalu baru untuk memuji,
bersyukur atas segala karya Allah yang
ajaib di tengah berbagai pengalaman
hidup manusia dalam budayanya.
Gereja menghidupkan Liturginya dan
hadir di tengah orang muda sebagai
perayaan yang selalu actual dalam
terang misteri ‘Kebangkitan’ Kristus
• Pesta: Liturgi memiliki ciri ‘pesta’ dimana
ada kegembiraan dan spontanitas, ada
ungkapan musik, nyanyian, tata-gerak,
imaginasi, puisi, keindahan hiasan dan
penampilan.
Semuanya ini mengalir dari partisipasi
lahiriah yang ditampilkan oleh semangat
pembaruan untuk melengkapi partisipasi
bathiniah yang lebih menjadi ciri
partisipasi ‘tempo doeloe’.
Gereja dewasa ini menghadirkan warna
Liturgi yang lebih hidup bagi umat
beriman sesuai dengan kebesaran Misteri
Paskah Kristus yang membawa optimisme
iman dalam cinta persaudaraan dan
keakraban satu sama lain.
• Menyatu dalam Hidup: Sabda Allah
selalu berkaitan dengan hidup manusia.
Sabda Allah yang sedemikian kuat
menguasai doa-doa dan ritus perayaan
dapat menjadi ilham paling mendasar
untuk membangun sikap hidup yang baik,
benar, bijaksana, dengan segala
optimisme iman, harap dan kasih.
Liturgi Sabda berciri dialogal antara Allah,
‘Sang Sabda’ dengan umat-Nya
terkasih.Bahkan Sabda Allah dalam
kesatuan dengan ritus dan kata-kata
menyapa pribadi dalam kemesrahan Roh
yang menyegarkan dan menggairahkan
semangat hidup.
Oleh karena itu sangat diharapkan bahwa
homili sesuai dengan hakikatnya harus
dapat membantu orang muda juga untuk
melihat hubungan antara Sabda Allah
dengan situasi hidup kongkrit yang
mereka tahu dan lihat setiap hari. Dalam
hal ini pula Liturgi sebagai sumber dan
puncak hidup dan kegiatan Gereja, akan
berperan lebih nyata.
Beberapa Inisiatif Pastoral
yang dapat dikembangkan:
 Pendidikan katekese-liturgis di sekolah-sekolah
katolik hendaknya mendapatkan perhatian yang
memadai, demikian pula kreativitas-liturgis
dalam pelaksanaan Misa sekolah menurut
Directorium de Missis cum pueris sehingga anakanak remaja calon orang muda katolik semakin
trampil dan mencintai segala urusan yang
berkaitan dengan Liturgi.
• Menyiapkan suatu perayaan Liturgi
bersama orang muda menuntut jarak
waktu untuk mengamati jiwa mereka
supaya memahami bahwa tidak setiap
pribadi orang muda mengharapkan hal-hal
serba ‘nyentrik’. Jangan pula menyangka
semua orang muda suka akan kotbah
yang nyentrik.
Yang pasti mereka ingin disapa dalam
keakraban kerjasama; masing-masing
menurut minat, bakat, ketrampilan, tanpa
digurui dan dipaksa tetapi lebih dipercaya.
 Mereka perlu merasa dipercaya dalam
berbagai tugas sehingga secara spontan
ingin mengembangkan kreativitasnya
secara lebih leluasa. Kita cukup
mendampingi seperlunya demi Liturgi
yang sehat dan benar. Kadang-kadang
mereka mengeluh tentang sikap Dewan
Paroki atau pastor yang kaku, arogan dan
terlalu mengatur dan membatasi.
 Pemimpin perayaan hendaknya tahu
mencipta iklim dialogal pada setiap bagian
ritual yang memberi peluang untuk
pengantar spontan sehingga mereka
selalu dibawa ke peran-serta yang sadar
dan aktif
 Perlu membangkitkan iklim kerjasama dan
komunikasi yang baik antara mereka satu
sama lain sambil membagikan tugas-tugas
secara adil dan merata. Jiwa orang muda
masih sangat peka akan komunikasi dan
relasi antara mereka sendiri, sehingga
mudah terpecah-belah karena hal-hal
kecil.
 Peran pemimpin masih tetap diperlukan
dan masih tetap dinanti sebagai sosok
pribadi yang dewasa dan bijaksana; yang
tahu membangkitkan keberanian mereka
akan tanggungjawab bersama dan tahu
memberi penghargaan positif terhadap
intuisi / gerakan hati orang muda.
• Perayaan Liturgi tak terpisahkan dari
semangat missioner. Suasana perayaan
dengan nilai-nilai Kabar Gembira harus
menyemangati mereka untuk memberi
kesaksian dalam kehidupan nyata.
Oleh karena itu tak mungkin
membayangkan suatu perayaan Ekaristi
bersama orang muda sebagai arena
hiburan belaka tanpa memetik hikmah dari
perayaan khusus itu, tanpa mengalami
kesegaran rohani dari perjumpaan ilahi
dalam doa, tanpa membangkitkan niatniat baru yang lebih bermutu untuk
mengisi kehidupan mereka.
• Rm. Bosco da Cunha O.Carm.