Adaptasi psikologi ibu melahirkan ( K

Download Report

Transcript Adaptasi psikologi ibu melahirkan ( K

ASMIKA MADJRI

Apa periode post Partum ????

Periode post partum (peurperium) adalah jangka waktu 6 minggu, yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ organ reproduksi seperti sebelum kehamilan

Periode post partum

Periode post partum dibagi menjadi tiga yaitu: 1.Immediately PP: berlangsung sampai 24 jam pertama PP 2. Early PP : berlangsung sampai minggu pertama PP 3. Late PP : berlangsung minggu ke 2-ke 6 PP

Periode post partum (peurperium) adalah jangka waktu 6 minggu, yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan

 Banyak faktor yang mempengaruhi proses pemulihan ini, termasuk tingkat energi, kenyamanan psikologis dan fisik, kesehatan bayi baru lahir, perawatan dan motivasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional, dimana pada periode ini lebih ditekankan pada kesejahteraan ibu dan respon dari bayinya. Untuk memberikan perawatan yang bermanfaat bagi ibu, bayi dan keluarganya, perawat harus menggunakan pendekatan yang holistik.

A

daptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Postpartum

Perubahan Psikologis berperanan sangat penting.

Ibu post partum sangat sensitif Peran perawat sangat penting untuk memberikan arahan kepada keluarga .

Pengkajian Psikologis Masa post partum

Wanita mengalami banyak perubahan emosi, sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.

Penyebab depresi postpartum Kekecewaan emosional Rasa sakit masa awal nifas Kelelahan selama proses persalinan Kecemasan akan kemampuannya merawat bayi Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami

ADAPTASI PSIKOLOGIS

 Reva Rubin (1977) membagi fase postpartum pada 3 fase, yaitu : – taking in – taking hold – letting go

1. Taking In (berlangsung hari 1-2 POSTPARTUM)

 Waktu refleksi bagi ibu-ibu cenderung pasif, membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari. Hal ini disebabkan karena ibu mengalami ketidak nyamanan fisik setelah persalinan, seperti nyeri perineum, hemoroid, afterpain. Pada akhirnya ibu tidak mempunyai keinginan untuk merawat bayinya. Ibu masih fokus pada persalinan dan merasa kagum pada bayinya. Apakah benar bayi tersebut adalah anaknya? Apakah persalinan telah berakhir? Ibu membutuhkan istirahat untuk memulihkan kekuatan fisiknya. Meminta ibu untuk menceritakan pengalaman persalinan dapat membantu ibu melewati fase ini.

2. Taking Hold 2-3 hari post partum

 Setelah melewati fase pasif, ibu memulai fase aktifnya, dimuali dengan memenuhi kebutuhan sehari dan dapat mengambil keputusan. Selama fase taking hold, ibu mulai tertarik merawat bayinya. Pada fase ini ibu juga dapat diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi dan mempraktekkan dengan pengawasan, seperti mendukung kepala bayi, menyusui dengan benar, atau menyendawakan bayi. Reinforcement positif dapat diberikan pada ibu supaya ibu dapat meningkatkan kemampuannya dalam merawat bayi.

3. Letting Go

 Pada fase ketiga, ibu mulai mendefinisikan kembali perannya. Ibu mulai melepaskan perannya yang dulu, dari mempersiapkan kelahiran, menjadi ibu yang memiliki anak. Ibu menerima anak tanpa membandingkan dengan harapan terhadap anak pada saat menanti kelahiran. Ibu yang berhasil melewati fase ini akan mudah melakukan peran barunya.

Adaptasi lain yang secara psikologis dialami oleh ibu post partum

1. Abandonment Perasaan tidak berarti dan dikesampingkan. Sesaat setelah persalinan, sebagai pusat perhatian semua orang menanyakan keadaan dan kesehatannya. Beberapa jam setelah itu, perhatian orang-orang di sekitar mulai ke bayi dan ibu merasa “cemburu” kepada bayi. Saat pulang kerumah, ayah akan merasakan hal yang sama dengan ibu, karena istri akan lebih fokus pada bayi. Perawat harus membicarakan hal ini pada ayah dan ibu secara bersamaan, bagaimanapun juga peran orang tua adalah sama dalam perawatan bayi. Melakukan perawatan bayi secara bersamaan akan membantu orang tua memiliki peran yang sama dalam perawatan bayi.

2. Disappointment

  Perasaan kecewa terhadap kondisi bayi karena tidak sesuai yang diharapkan saat hamil. Orang tua yang menginginkan bayi yang putih, berambut keriting, dan selalu tersenyum akan merasa kecewa ketika mendapati bayinya berkulit gelap, berambut tipis dan menangis terus.

Perawat harus membantu orang tua untuk dapat menerima bayinya, dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan bayi, seperti, sehat, mata yang bersinar dan kondisi yang lengkap tanpa cacat.

3. Pospartal Blues

   80% wanita post partum mengalami perasaan sedih yang tidak mengetahui alasan mengapa sedih.

Ibu sering menangis dan sensitif. Pospartal blues juga dikenal sebagai baby blues. Hal ini dapat disebabkan karena penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada beberapa wanita dapat disebabkan karena respon dari ketergantugan pada orang lain akibat kelelahan, jauh dari rumah dan ketidaknyamanan fisik. Jika hal ini berlanjut maka ibu perlu dikonsulkan ke psikiatri agar tidak berlanjut ke depresi.

PROSES ADAPTASI MENJADI ORANG TUA MENCAKUP:

Tanggung jawab terhadap peran baru Sikap terhadap adanya peran baru Penyesuaian hubungan dengan anggota keluarga yang lain

ADAPTASI ORANG TUA DAN ANAK     Secara biologik adaptasi ini dimulai sejak pertemuan ovum dan sperma Pada periode pranatal ibu merupakan orang utama yang memfasilitasi terciptanya lingkungan sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang Proses parenting akan menyokong kematangan seseorang Melibatkan semua unsur dalam keluarga

MENURUT STEELE AND POLLACK (1968) PROSES MENJADI ORANG TUA MENCAKUP: 1.

   Cognitif- motorik skill Berkaitan dengan perawatan bayi seperti menyusui,menggendong,memakaikan baju dll.

Kemampuan tersebut tidak timbul secara otomatis Dipengaruhi oleh budaya dan pengalaman individu, sehingga beberapa ortu perlu belajar bagaimana pelaksanaan tugas perawatan bayi kepada : teman, nenek, baca buku tetangga, perawat dll.

2. Cognitif – afektif skliil    Merupakan komponen Psikologik baik ayah –ibu sebagai dasar menjadi ortu Aspek kecintaan, menerima figur orang tua mencakup sikap kehalusan,kelembutan, kesadaran dan perhatian terhadap kebutuhan bayi Berpengaruh terhadap lingkungan bayi

PARENTAL ATTACHMENT ( KASIH SAYANG ) Dimulai selama kehamilan, bersifat terus menerus konstan dan konsisten Mercer (1982) Menjelaskan lima pre kondisi yang mempengaruhi kasih sayang yaitu:

1.

2.

3.

4.

5.

Kesehatan mental, emosi orang tua ( termasuk kemampuan percaya terhadap orang lain) Sistem suport dari lingkungan sosial, teman ortu Kemampuan berkomunikasi dan merawat bayi Pendekatan dan kedekatan ortu terhadap bayi Kecocokan ortu bayi (status bayi, temperamen dan sex)

SENSUAL RESPON ( RESPON MEMBERI KEPUASAN) 1. Touch ( raba ) Digunakan secara meluas oleh orang tua atau pengasuh sebagai cara untuk mengenal dengan bayi sebagai anggota baru - jari- jari  merupakan alat raba yang sensitif Cont…

2. Eye to eye contack Membantu perkembangan awal-membentuk saling percaya 3. Suara( Voice) Orang tua – bayi saling mengenal melalui suara 4. Bau ( odor ) Ibu berkomentar terhadap bau bayinya yang unik . Bayi belajar mengenal bau ibu terutama terhadap bau asi.

KONTAK AWAL: Sangat penting di dalam perkembangan hubungan di masa yang akan datang Segera dilakukan pada jam- jam pertama sesudah kelahiran Keuntungan: - bagi ibu: meningkatkan kadar prolaktin dan oksitosin Pada bayi: mempercepat reflek menghisap

BONDING- ATTACHMENT Hubungan ibu anak atas dasar kasih sayang( bonding ) , keterikatan ( attachment) Dapat melibatkan ayah Pada kala (IV) sesudah kelahiran merupakan waktu yang optimal untuk bonding Timbul respon spesifik ketika pertama kali bayi diberikan

ADAPTASI AYAH: Ayah mulai melibatkan diri terhadap perawatan bayi Ayah terpikat pada bayi Sering mengadakan kontak mata dengan sentuhan atau kontak mata Merasa meningkat harga dirinya Merasa lebih matur, lebih tua Merasa bangga menjadi laki-laki

DEFENISI

“Anxiety is a state in which the individual experiences feeling of uneasiness (apprehension) and activation of the autonomic nervous systems inrespons to vague, non specific threat” ( Carpenito, 1989) “Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas & berhubungan dgn perasaan yang tidak menentu & tidak berdaya” (Stuart & Sundeen, 1995)

KECEMASAN

Wanita mengalami banyak perubahan emosi, sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.

Penyebab depresi postpartum Kekecewaan emosional Rasa sakit masa awal nifas Kelelahan selama proses persalinan Kecemasan akan kemampuannya merawat bayinya Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya

PREDISPOSISI

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stres (Stuart & Laraia, 2005) 1.

Biologi Model biologis menjelaskan bahwa ekpresi emosi melibatkan struktur anatomi di dalam otak (Fortinash, 2006). Aspek biologis yang menjelaskan gangguan ansietas adalah adanya pengaruh neurotransmiter. Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan ansietas adalah norepineprin, serotonin dan gamma-aminobutyric acid (GABA)

2.

Psikologis Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan bahwa aspek psikologis memandang ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), maturitas individu, tipe kepribadian dan pendidikan juga mempengaruhi tingkat ansietas seseorang.

Suliswati, dkk., (2005) memaparkan bahwa ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya adalah peristiwa traumatik individu baik krisis perkembangan maupun situasional seperti peristiwa bencana, konflik emosional individu yang tidak terselesaikan dengan baik, konsep diri terganggu.

PREDISPOSISI

3.

Sosial budaya Suliswati, dkk., (2005) menerangkan bahwa riwayat gangguan ansietas dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan cara mengatasi ansietas. Tarwoto dan Wartonah (2003) memaparkan jika sosial budaya, potensi stres serta lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya ansietas.

TANDA & GEJALA

• • • • Respons fisik : Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, sulit tidur

Respons Kognitif :

Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

Respons Perilaku :

Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman

Respons Emosi :

Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin

TINGKAT KECEMASAN

1.

Kecemasan ringan (Mild Anxiety) - berhubungan dgn ketegangan dlm kehidupan sehari-hari - menyebabkan seseorang menjadi waspada, lapang persepsinya meluas, menajamkan indera - dapat memotivasi individu utk belajar & mampu memecahkan masalah scr efektif & menghasilkan pertumbuhan & kreativitas Contoh :  Seseorang yg menghadapi ujian akhir    Pasangan yg akan memasuki jenjang pernikahan Individu yg akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yg lebih tinggi Individu yg tiba-tiba dikejar anjing

2.

Kecemasan sedang (Moderate Anxiety) - memusatkan perhatian pd hal-hal yg penting & mengenyampingkan yg lain - perhatian seseorang menjadi selektif, namun dpt melakukan sesuatu yg lebih terarah (dgn arahan orang lain) Contoh :  Pasangan yg menghadapi kelahiran anak pertama dgn resiko tinggi   Keluarga yg menghadapi perpecahan Individu yg mengalami konflik dlm pekerjaan

3.

Kecemasan berat (Severe Anxiety) - lapangan persepsi individu sgt sempit - perhatian terpusat pd hal yg spesifik & tdk dpt berpikir ttg hal hal lain - semua perilaku ditujukan utk mengurangi ketegangan - diperlukan banyak arahan/perintah utk dpt terfokus pd area lain Contoh :   Individu yg mengalami kehilangan harta benda & orang yg dicintai karena bencana alam, kebakaran, dll Individu dlm penyanderaan