Diapositiva 1

Download Report

Transcript Diapositiva 1

Analisis Kimia

Tim Dosen Kimia Dasar FTP UB

Analisis kimia

• Analisis kualitatif  mengidentifikasi komponen baik unsur maupun gugus dalam suatu zat Analisis kuantitatif  menghitung / menentukan perbandingan banyaknya masing-masing komponen yang terkandung dalam suatu zat yang dianalisis.

Metode Analisis

• Konvensional  Gravimetri  Volumetri • Instrumental  peralatan menggunakan instrumen /  Cara Elektrokimia  Cara Spektrofotometri  Cara Kromatografik

Gravimetri

• Analisis gravimetri  analisis kuantitatif dengan menimbang, yaitu proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen (unsur atau radikal) dalam suatu zat yang banyaknya tertentu dalam keadaan semurni mungkin. • Banyaknya komponen yang dianalisis dihitung dari hubungan massa atom, massa molekul dan berat senyawa yang ditimbang

Persyaratan pd analisa gravimetri

1. Zat yg ditentukan hrs dpt diendapkan secara terhitung (99%) 2. Endapan yg terbentuk hrs cukup murni dan dapat diperoleh dlm bentuk yg cocok untuk pengolahan selanjutnya.

Metode Gravimetri

Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan metode : • Pengendapan • Penguapan • Elektrolisis

Pengendapan

• Komponen dari suatu zat yang dianalisis diendapkan dari larutan dengan suatu pereaksi menjadi suatu endapan.

• Contoh pereaksi anorganik yang dapat digunakan :  HCl encer untuk mengendapkan ion Ag + , Hg 2+ , dan ion Pb 2+  Buffer ammonia untuk mengendapkan ion Al 3+ , Cr 3+ , dan Fe 3+ .

Penguapan

• Digunakan untuk menetapkan komponen suatu senyawa yang relatif mudah menguap. • Penguapan dapat dilakukan dengan :  Pemanasan dalam udara atau gas tertentu  Penambahan pereaksi tertentu sehingga komponennya sangat mudah menguap

Penguapan

• Metode penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air(hidrat) dalam suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. • Perhitungan  menimbang berat sampel sebelum dan sesudah penguapan • Contoh : pada penentuan NH3 dalam garam amonium, penentuan kadar N dalam protein

Elektrolisis

• Dengan metode ini unsur suatu senyawa ionik akan ditentukan dengan diendapkan atau dibebaskan secara elektrolisis pada elektroda yang sesuai • Hukum dasar elektrolisis : • Hukum Faraday • Hukum Ohm

Elektrolisis

• • Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi endapan logam.

Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrik dengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam dengan bilangan oksidasi 0.

Elektrolisis

• Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan berdasarkan beratnya • misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair dengan cara mereduksi.

• Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah.

Keuntungan metode gravimetri • sederhana • Akurat (accurate) • Kesalahan 0,1 – 0,3% • Analisis makro, diperlukan endapan 10 mg atau lebih Kerugian metode gravimetri • Memakan waktu lama (time consuming), sekitar ½ hari

Langkah-langkah metode gravimetri

• Pengeringan dan penimbangan sampel • Pelarutan sampel • Pengendapan dg cara penambahan pereaksi ( berlebih ) yang sesuai • Pemisahan/penyaringan endapan • Pencucian endapan • Pengeringan atau pemijaran endapan -----> stabil dan diket komposisinya • Penimbangan bobot konstan endapan

Penambahan Pereaksi Pengendap

• Sebagai pereaksi pengendap dapat digunakan senyawa anorganik atau senyawa organik tetapi dipilih yang spesifik dan mudah menguap. • Mengapa harus dipilih yang mudah menguap?

Pencucian endapan

• Tujuan: menghilangkan sisa pereaksi, hasil samping, impurities ------> endapan murni • Syarat cairan pencuci :  Tidak melarutan endapan tetapi melarutkan pengotor (imputities)  Tidak menyebabkan dispersi endapan  Tidak membentuk hasil yang atsiri ataupun tak dapat larut dengan endapan  Mudah menguap pada pengeringan  Tidak mengganggu penelitian lebih lanjut

Pencucian endapan

• Pencucian endapan Fe(OH) 3 menggunakan larutan elektrolit asam-nitrat, harus bebas ion Cl-, dipijarkan pada suhu 600 o C • Pencucian endapan BaSO 4 harus bebas ion sulfat, tidak dipijarkan untuk menghindari reduksi endapan oleh karbon menjadi BaS • Pencucian endapan Cu(OH) 2 harus bebas ion sulfat • Endapan Ni-DMG disaring dalam kaca masir, tidak dipijarkan karena mengandung zat organik

Pengeringan

• Tujuan: menghilangkan sisa pelarut, mendapatkan senyawa stabil dengan komposisi tertentu/diketahui • Pengeringan suhu rendah (105 0 C) untuk senyawa yang termolabil, misalnya AgCl • Pemijaran untuk senyawa yang termo stabil, mis BaSO 4 atau untuk mendapatkan endapan stabil, misalnya Mg 2 P 2 O 7 .

Analisis gravimetri

Zat yang dianalisis

Fe Al Ba SO 4 2 Cl Ag PO 4 3-

Endapan

Fe(OH) Al(OH) Al(OX) 3 BaCrO 4 BaSO 4 AgCl 3 3 AgCl MgNH 4 PO 4

Zat yang ditimbang

Fe 2 O 3 Al 2 O= Al(OX) 3 BaCrO 4 BaSO 4 AgCl AgCl Mg 2 P 2 O 7

Contoh pemgganggu

Al, Ti, Cr Fe, Ti, Cr Banyak, kecuali Mg Pb NO 3 ,PO 4 3 ,ClO 3 Br ,I ,SCN ,CN Hg(I) C 2 O 4 2 , K +

Penentuan kadar besi

• Besi diendapkan sebagai besi (III) hidroksida, kemudian di pijarkan pada suhu tinggi menjadi Fe2O3.

• Contoh untuk analisis batuan dimana besi dipisahkan dahulu dari unsur-unsur yang mengganggu.

• Bijih besi biasanya dilarutkan dalam asam klorida, dan asam nitrat digunakan untuk mengoksidasi besi ke keadaan oksidasi +3.

• Jadi larutan yang mengandung besi (III) ditambahkan larutan amonia yang sedikit berlebih untuk mengendapkan Fe(OH)3 (sebenarnya disebut oksida berair, Fe2O3.XH2O).

Fe 3+ + 3NH3 + 3H2O  Fe(OH)3+ 3NH4 + • Endapan mirip gelatin yang sangat tidak larut dalam air. Endapan dicuci dengan air yang mengandung sedikit amonium nitrat untuk mencegah peptisasi. • Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring, kemudian kertas dan endapan dibakar pada suhu yang cukup tinggi.

Prosedur kerja:

1. Panaskan cawan krus sampai pijar, kemudian dinginkan dalam desikator selanjutnya timbang. Ulangi pekerjaan ini sampai diperoleh berat cawan krus yang konstan (selisih penimbangan tidak lebih dari 3,10-4gram) 2. Timbang dengan teliti kira-kira 0,8 gram amonium besi (II) sulfat pro analisis; (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O ke dalam gelas kimia 400 mL.

3. Larutkan zat dalam 50 mL air dan 10 mL HCl encer (1:1) 4. Tambahkan 1-2 mL asam nitrat pekat dan didihkan perlahan-lahan sampai warnanya kuning jernih, selanjutnya ujilah larutan untuk mengetahui apakah oksidasi besi telah sempurna atau belum dengan larutan kalium heksasianoferat (II) 5. Encerkan larutan menjadi 200 mL, panaskan sampai mendidih kemudian tambahkan larutan amonia (1:1) sedikit demi sedikit sampai semua besi mengendap.

6. Didihkan campuran selama 1 menit lalu saring.

7. Cuci endapan dengan amonium nitrat 1% sampai bebas klorida 8. Pijarkan, dinginkan dalam desikator kemudian timbang. Pekerjaan no 8 ini diulangi sampai beratnya konstan.

9. Hitung kadar besi dalam cuplikan

Hal-hal yang harus diperhatikan

• Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna.

• Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya.

• Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.

Perhitungan

• Dari berat endapan yang ditimbang, maka • presentase analit A adalah: %A  berat A berat sampel x 100 % • Dengan faktor gravimetri : Ar atau Mr yang dicari faktor gravimetri= Mr endapan yang ditimbang berat A = berat P x faktor gravimetri %A  berat P x faktor gravimetri x 100 % berat sampel • P = endapan

Contoh soal 1:

• 0,6025 gram sampel garam klorida dilarutkan dalam air dan kloridanya diendapkan dengan menambahkan perak nitrat berlebih. Endapan perak klorida disaring, dicuci, dikeringkan dan ditimbang.

Ternyata beratnya 0,7134 gram. Hitunglah persentase klorida dalam sampel.

(Ar Cl=35,5 ; Ar Ag=108)

reaksi : Ag   Cl   AgCl(p) A Cl r M AgCl r  ( ,  , )   %Cl  berat Cl x faktor gravimetri x 100 % berat sampel = x 100 %  % g

Soal 1

• Dalam suatu sampel batuan fosfat seberat 0,5428 gram, fosfor diendapkan sebagai MgNH4PO4.6H2O dan dibakar menjadi Mg2P2O7. Jika berat endapan setelah pembakaran adalah 0,2234gram, hitunglah persentase P2O5 dalam sampel !

Contoh soal 2

Gravimetri dengan pemanasan/penguapan Berapa % garam Glauber (Na 2 SO 4 .10 H 2 O) kehilangan berat maksimum kalau garam tersebut dipanaskan pada suhu 105 0 C selama 1 jam?

Reaksi : Na 2 SO 4 .10H

2 O  Na 2 SO 4 + 10 H 2 O Dari reaksi tersebut setiap mol garam Glauber melepaskan (kehilangan) 10 mol H 2 O yang menguap kalau dipanaskan.

Berat 1 mol garam Glauber =(2x23+32+4x16) + 10(2+16) = 46+32+64+180 = 322 gram Setelah dipanaskan kehilangan berat 10 mol air yang beratnya = 180 gram Jadi besarnya kehilangan berat maksimum (semua air hidrat/kristal menguap) = (180/322) x 100% = 55,90 %

Soal 2

• Dengan cara yang sama dapat dihitung berapa persen kehilangan berat kalau garam hidrat, misalnya CuSO 4 .5H

2 O (Prusi) atau MgSO 4 .7H

2 O (garam Inggris) dipanaskan pada suhu sekitar 100 0 C selama 1 jam atau lebih.

Analisis Volumetri

Analisis volumetri

• Analisis volumetri : analisis kuantitatif yang pada umumnya dilakukan dengan mengukur banyaknya volume larutan standar yang dapat bereaksi kualitatif dengan larutan zat yang dianalisis yang banyaknya tertentu dan diketahui

Larutan standar

• Larutan standar : larutan yang konsentrasinya telah diketahui • Konsentrasi dapat dinyatakan dalam molar (mol/L) atau normal (gram ekuivalen/L) • Larutan standar ada 2 :  Larutan standar primer  Larutan standar sekunder

Larutan standar

Larutan standar primer merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya (molaritas atau normalitas) secara pasti melalui pembuatan langsung. Larutan standar primer berfungsi untuk menstandarisasi / membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan yang konsentrasinya belum diketahui secara pasti (larutan standar sekunder). • Larutan standar sekunder (titran) biasanya ditempatkan pada buret yang kemudian ditambahkan ke dalam larutan zat yang telah diketahui konsentrasinya secara standar primer).

Syarat-syarat larutan standar primer

• Harus mudah didapat dan dalam keadaan murni • Tidak higroskopis, tidak ter oksidasi, tidak menyerap udara dan selama penyimpanan tidak boleh berubah (stabil) • Mengandung kotoran (zat lain) tidak melebihi 0,01% • Harus mempunyai berat ekivalen yang tinggi • Mudah larut dalam pelarut yang sesuai • Reaksinya stoichiometri dan berlangsung terus menerus

Larutan standar primer

• Untuk asam-basa : Na2CO3 , Na2B4O7 , K biftalat , as benzoat, KIO 3, H 2 C 2 O 4 .2H

2 O • Reaksi redoks : K2Cr2O7 , KBrO3 , KIO3 , as oksalat, As2O3, I 2 , As 2 O 3 , Na 2 C 2 O 4 , KH(IO 3 ) 2 • Titrasi pegendapan : NaCl , KCl dan KBr, AgNO 3 • Reaksi Pembentukan kompleks : Zn , Mg , Cu , Na2EDTA , NaCl, AgNO 3 , NaCl, KCl

Titrasi

• Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang akan ditentukan sampai terjadi reaksi sempurna disebut titrasi. Sedang saat dimana reaksi sempurna dimaksud tercapai disebut titik ekivalen atau titik akhir titrasi.

Persyaratan Titrasi

• Reaksi yang dapat digunakan dalam metode volumetri adalah reaksi-reaksi kimia yang sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:  Reaksi harus berlangsung cepat  Tidak terdapat reaksi samping  Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui dengan pasti reaktan dan produk serta perbandingan mol / koefisien reaksinya  Terdapat zat yang dapat digunakan untuk mengetahui saat titrasi harus dihentikan (titik akhir titrasi) yang disebut zat indikator

Klem buret Stopcock Larutan analit Level volume titran aA + tT  produk sejumlah a molekul analit A bereaksi dengan t molekul reagensia T (titran). Penambahan titran dilakukan sedikit demi sedikit melalui buret.

erlenmeyer

Titik ekuivalen

Titik dimana jumlah titran yang ditambahkan ekuivalen dengan jumlah analit secara stoikhiometri Pengaduk magnet

Penentuan titik akhir titrasi

Perhatikan perubahan warna

Titik Ekivalen dan Titik Akhir Titrasi

• • • Titik ekuivalen diketahui dari adanya perubahan dalam larutan yang disebabkan karena penambahan indikator yang dapat menyebabkan perubahan warna setelah titik ekuivalen tercapai Titik ekivalen (ttk akhir teoritis titrasi) adalah titik (saat) dimana jumlah ekivalen zat penitrasi sama dengan jumlah ekivalen zat yang dititrasi Titik akhir titrasi adalah saat timbul perubahan warna indikator

Titik akhir titrasi

• Perubahan warna indikator • Terjadinya kekeruhan yang disebabkan oleh terbentuk atau melarutnya endapan • Perubahan DHL larutan • Perubahan arus listrik dalam larutan

Indikator

Nama Indikator Warna asam Warna basa Trayek pH • Alizarin kuning - kuning ungu 10,1 - 12,0 • Fenolftalein tak berwarna - merah 8,0 - 9,6 • Timolftalein tak berwarna - biru 9,3 - 10,6 • Fenol merah kuning - merah 6,8 - 8,4 • Bromtimol blue kuning - biru 6,0- 7,6 • Metil merah merah - kuning 4,2 - 6,2 • Metil jingga merah - kuning 3,1 - 4,4 • Para nitrofenol tak berwarna - kuning 5,0 - 7,0 • Timol blue kuning - biru 8,0 - 9,6 • Tropeolin OO merah - kuning 1,3 - 3,0

Perubahan warna pada fenolftalien

• Perubahan warna terjadi pada pH 8,3 - 10

Perubahan warna pada biru bromtimol

• Perubahan warna terjadi pada pH 6 - 7,6

Perubahan warna pada merah metil

• Perubahan warna terjadi pada pH 4,2 - 6,3

Satuan Konsentrasi

a. Persen berat (% w/w) % berat  g zat terlar g zat terlar ut  g ut pelarut b. Persen volume (%v/v) x 100 % berat  mL zat terlar mL zat terlar ut ut  mL pelarut x 100 c.

Persen berat/volume (%w/v) % w/v  g zat terlar mL larutan ut x 100 d. Parts Per Million dan Parts Per Billion 1 ppm (bag. per sejuta) = 1mg zat/L larutan 1 ppb (bag. per milliard) = 1  g/L larutan

a. Kemolaran (M)

Jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan

b. Kenormalan (N) ekivalen zat terlarut dalam liter larutan Berat satu ekivalen disebut berat ekivalen (BE)  Reaksi asam-basa 1 ekivalen  1 mol H + atau 1 mol OH  Reaksi pengendapan dan pembentukan kompleks BE = BM/ muatan ion  Reaksi redoks 1 ek  1 mol elektron

Jenis - jenis titrasi

• Titrasi netralisasi /asam-basa • titrasi redoks • titrasi pengendapan • titrasi pembentukkan kompleks

Titrasi Netralisasi

– TITRASI ASIDIMETRI • Titrasi terhadap basa bebas atau lar garam yang berasal dari asam lemah, dengan lar S

TANDAR A SAM

.

• Contoh : NaOH dititrasi dengan HCl • Reaksi : NaOH + HCl • Reaksi sebenarnya : OH  NaCl + H 2 O + H +  H 2 O

Titrasi netralisasi

– TITRASI ALKALIMETRI • Titrasi terhadap asam bebas atau garam yang berasal dari basa lemah, dengan larutan

S TANDAR B ASA

.

• Contoh : CH 3 COOH dititrasi dengan NaOH • Reaksi : CH 3 COOH + NaOH • Reaksi sebenarnya : H +  + OH CH 3 COONa + H 2 O  H 2 O

Titrasi pengendapan

• Titrasi yang mengakibatkan terjadinya endapan • Contoh : Titrasi Cl dengan larutan standar AgNO 3 • Cl (aq) ion) + Ag + (aq)  AgCl (s)  (=reaksi kombinasi

Titrasi pembentukan kompleks

• Semua jenis titrasi yang mengakibatkan terjadinya senyawa kompleks • Contoh : Titrasi Cl dengan larutan standar Hg(NO 3 ) 2 • 2Cl (aq) + Hg 2+ (aq)  HgCl 2 (kompleks)

Titrasi redoks

• Titrasi yg menyangkut reaksi redoks / reaksi perpindahan elektron antara zat yg dititrasi dan zat pentitrasi atau sebaliknya • Larutan standar = Oksidator • Larutan sampel = Reduktor • Contoh : Titrasi Cerimetri • Garam Fero (FeSO 4 ) sebagai reduktor dititrasi dengan garam seri (Ce(SO 4 ) 2 ) sebagai oksidator • Fe 2+ + Ce 4+  Fe 3+ + Ce 3+ • Fe 2+  Fe 3+ + e • Ce 4+ + e  Ce 3+

Titrasi Asam - Basa

• Titran merupakan asam atau basa kuat – titrasi asam kuat - basa kuat – titrasi basa kuat - asam kuat – titrasi asam lemah - basa kuat – titrasi basa lemah - asam kuat

Kurva Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat

pH

12 11 10 9 8 7 6 5 4 1 3 2 Titik ekuivalen

Fenolftalein Biru bromtimol Merah metil

10 20 30 40 50 60 70

ml NaOH

Kurva Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat

pH

1 3 2 12 11 10 9 8 7 6 5 4 Titik ekuivalen 10 20 30 40 50 60 70

ml NaOH

Cara menghitung pH titrasi untuk titrasi asam lemah - basa kuat

T=0 T<1 T=1 T>1 Spesi yang terdapat pada larutan HA

asam terionisasi

HA dan A -

buffer

A -

Garam terhidrolisis

OH Persamaan HA + OH = A + H 2 O HA + H 2 O = H 3 O + + A [H 3 O + ] =  Ka.[HA] Ka = [H 3 O + ][A [HA] [H 3 O + ] = [A ] ] Ka = [H 3 O + ][A ] [HA]

A -

+ H 2 O = HA + OH [OH ] =  Kb.[A ] pH = pKa + log [HA][OH ] Kb = [A ] [HA] = [OH ] [A ] [HA] [OH ] = kelebihan titran

Cara menghitung pH titrasi untuk titrasi basa lemah - asam kuat

T=0 T<1 Spesi yang terdapat pada larutan B

Basa terionisasi

B dan HB +

buffer

T=1 HB +

Garam terhidrolisis

T>1 H 3 O + Persamaan [H 3 O + ] = kelebihan titran B + H 3 O + = HB + + H 2 O B + H 2 O = HB + + OH [OH ] =  Kb.[A ] Kb = [HB + ][OH ] [B] [HB + ][OH ] Kb = [B] [HB] = [OH ] pOH = pKb + log [HB + ] [B]

HB +

+ H 2 O = H 3 O + + B [H 3 O + ] =  Ka.[HB + ] Ka = [H 3 O + ][B] [HB + ] [H 3 O + ] = [B]

Soal

Dua cuplikan terdiri dari NaOH, Na2CO3 dan zat inert dan mengandung 30% berat NaOH dilarutkan dalam air sehingga larutan mempunyai volume 100 ml. 25 ml larutan kemudian dititrasi dengan larutan HCl encer mula-mula dengan indikator pp kemudian dengan indikator mo. Apabila banyaknya volume HCl pada titrasi pp = 25 ml, dan volume HCl pada titrasi mo = 10 ml. a. Hitung konsentrasi larutan HCl b. Berapa % berat garam Na2CO3 dalam cuplikan?

Titrasi pengendapan

• Titrasi argentometri : larutan standarnya garam AgNO3 • Indikator : larutan garam K2CrO4, larutan garam Fe3+, larutan fluoresein atau eosin

Argentometri dengan indikator K2CrO4

• Larutan garam LiCl 0,1 M dititrasi dengan larutan standar 0,1 N AgNO3 dengan indikator K 2 Cr 2 O 7 . Apabila banyaknya larutan K2CrO4 5% b/v yang digunakan sebagai indikator adalah 5 tetes (0,05 ml) setiap 100 ml larutan, hitunglah berapa molar besarnya konsentrasi ion Cl dalam larutan pada saat terjadi endapan merah dari garam Ag 2 CrO 4 .

• Ksp AgCl = 1,2 x 10-10 • Ksp Ag2CrO4 = 1,7 x 10-12

• Dalam 100 ml larutan K2CrO4 5% b/v terkandung 5/194 mol zat terlarut • Konsentrasi K2CrO4 = 10 x (5/194) = 50/194 M • 0,05 ml K2CrO4  1 liter larutan banyaknya K2CrO4 = 0,5 ml, berarti ion CrO42- dalam larutan : [CrO 4 2  ]  50 x 1000 194   Ksp [CrO 4 2  ]  x 1 7 10  12 x  4  4 M  x  4 M x  10  4  x  6 M

Titrasi redoks

• Titrasi redoks : titrasi yang mengakibatkan terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi • Titrasi redoks ada beberapa jenis :  Titrasi permanganometri  Titrasi bikromatometri  Titrasi bromatometri  Titrasi iodometri

Titrasi permanganometri

• Titrasi permanganometri : titrasi redoks yang menggunakan larutan standar KMnO4.

• Dalam suasana asam, ion permanganat (MnO4-) tereduksi menjadi garam mangan (Mn2+)  mgrek = 1 • Dalam suasana basa, ion MnO4- tereduksi menjadi mangan dioksida (MnO2) sehingga mgrek = 1/3

Titrasi bikromatometri

• Titrasi bikromatometri : titrasi redoks yang larutan standarnya K 2 Cr 2 O 7 • K 2 Cr 2 O 7  Cr 3+ • Mgrek = 1/6

Titrasi bromatometri

• Titrasi bromatometri : titrasi redoks yang larutan standarnya berupa kalium bromat (KBrO 3 ).

• BrO 3 + 6H + + 6e  Br + 3H 2 O • 1 grek = 1/6 mol

Titrasi Iodo-iodimetri

• Titrasi iodo-iodimetri : titrasi antara larutan iodium (I 2 ) dengan larutan standar garam natrium tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dengan indikator amilum. • 2S 2 O 3 2 + I 2  S 4 O 6 2 + 2I -

Derajat Kemurnian Bahan Kimia

• COMERCIAL GRADE = TECHNICAL GRADE = TEKNIS – mengandung beberapa pengotor – untuk industri – tidak untuk pereaksi/zat standar primer dalam analisis kimia

Derajat Kemurnian Bahan Kimia

• CHEMICALY PURE (CP) – Kemurnian lebih tinggi dari teknis – Untuk reagensia/pereaksi – Tidak untuk baku primer • REAGENT/ANALYZED GRADE, PRO ANALYSIS (P.A.) GUARANTED REAGENT (G.R.) – Ada batas kadar maksimum zat-zat pengotor – Untuk reagensia dan baku primer dalam volumetri

Derajat Kemurnian Bahan Kimia

• PRIMARY STANDARD GRADE – Kemurnian  100% – Lebih murni dari pro analisis – Mikroanalisis (analisis dengan ketelitian tinggi, dengan alat-alat yang peka) • SUPRA PURE – Kemurnian paling tinggi – Penelitian dengan alat-alat canggih, misal HPLC