Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit 1 Pertemuan 9

Download Report

Transcript Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit 1 Pertemuan 9

PROGRAM STUDI DIII
REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
Mata kuliah
Klasifikasi , Kodifikasi Penyakit dan Masalah Terkait
KKPMT - 1
6 SKS
Semester 1
Dr.Noor Yulia
Uraian dan Tujuan Mata Kuliah
• Pembahasan mata kuliah ini diselenggara
kan secara blok yang mengintegrasikan
aspek anatomi , fisiologi , patofisiologi
,terminologi medis serta klasifikasi kode
fikasi penyakit dan tindakan medis
meliputi sistim Digestif sebagai dasar
untuk mencapai kompetensi clinical
coder .
Tujuan Instruksional
Mampu memahami hubungan Struktur dan fungsi sistim
Digestif .
Memahami Proses terjadinya gangguan funfsi dan berbagai
penyakit pada sistim Digestif .
Memahami istilah dan singkatan medis yang terkait dengan
sistim Digestif meliputi kondisi klinis , pemeriksaan penunjang ,
diagnosis dan terapi
Istilah , singkatan dan simbol yang digunakan oleh staf medis
dalam mendiagnosa pasien yang digunakan dalam
pendokumen tasian layanan kesehatan meliputi pembentukan
dan penggunaan nya
Daftar Pustaka
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ganong William F 2003 REVIEW of MEDICAL PHISIOLOGY 21st Ed.McGraw – Hill Companies ,San
Francisco
Guyton Arthur C 2007 Buku ajar Fisiologi Kedokteran EGC Jakarta
Hazelwood,Anit & Venable,Carol,2006,ICD-9-CM DIAGNOSTIC CODING AND REIMBURSEMENT FOR
PHYSICIN SERVICES AHIMA,Illionis
ICD-10 general & morbidity coding online training packagr,
http://apps.who.int/classifications/apps/icd/ICD10Training/ICD-10%20training/Start/index.html
ICD-10 mortality coding online training package,
http://apps.who.int/classifications/apps/icd/ICD10Training/ICD10%20Death%20Certificate/html/index.html
Marie A,Moisio & Elmer W,Moisio 2002,MEDICAL TERMINOLOGY-a Student centered
approach.Delmar Thomson Learning Canada
Sudarto Pringgoutomo dkk,2002 , BUKU AJAR PATOLOGI 1 ( UMUM) Sagung Seto Jakarta
Syaifuddin 2006 ANATOMI FISIOLOGI untuk mahasiswa keperawatan EGC Jakarta
Genevieve love smith ,Phyllis E Davis 1967 MEDICAL TERMINOLOGY a programmed text 2nd John
Wiley & Sons Inc.New York
MEDICAL TERMINOLOGY an illustrated Guide 4th ed ,Schraffenberger,Lou Ann,2006.BASIC ICD-9-CM
CODING,AHIMA Illionis
The Centers for Medicare and Medicaid services (CMS) and the National center for Health Statistics
(NCHS)2006 .ICD-9-CM OFFICIAL GUIDELINES FOR CODING AND REPORTING
Wedding Mary Ellen,2005,MEDICAL TERMINOLOGY SYSTEMS,A Body systems Approach F.A.Davis
Company .Philadelphia
World Health Organization,2004 ICD-10 2ND ed Vol 1,2,3 Geneva
Substansi Kajian :
•
•
•
•
•
Anatomi
Fisiologi
Patofisiologi
Terminologi Medis
Klasifikasi dan kodefikasi
PATOFISIOLOGI
SISTIM PENCERNAAN
PENDAHULUAN
• Yang dimaksud dengan alat pencernaan adalah bagian tubuh
yang berfungsi dalam mencernakan makanan dan mengubahnya
menjadi bentuk zat nutrient yang dapat diserap oleh usus
• Gangguan atau penyakit – penyakit yang akan dipelajari adalah :
– Penyakit / gangguan pada oral cavity, glands salivary, dan
rahang
– Penyakit pada oesofagus, stomach dan duodenum
– Penyakit pada apendix
– Hernia
– Non infektive enteritis dan colitis
– Penyakit pada usus halus
– Penyakit pada peritonium
– Penyakit pada organ hati / liver
– Penyakit pada kandung empedu , biliary tract dan pankreas
– Serta gangguan lain pada system pencernaan
ORGAN PENCERNAAN
pembentuk saluran
•Rongga Mulut
•Faring
•Esofagus
•Lambung
•Usus halus
•Usus besar
•Rectum dan
•Anus
bukan pembentuk saluran
•
•
•
•
•
Gigi
Lidah
Kelenjar saliva
Hati
Pankreas
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
• Patofisiologik gangguan derajat gerakan usus mengakibatkan
perasaan tidak enak diabdomen( abdomen discomfort), nausea
dan akhirnya muntah –muntah( vomitus) , manifestasi ini
merupakan keluhan utama penderita gangguan saluran
pencernaan
• Peningkatan pergerakan akan mengakibatkan diare dan perasaan
nyeri kejang abdomen
• Perasaan nyeri paling hebat ditimbulkan oleh penyumbatan aliran
isi sal cerna normal ( misal : tumor,volvulus, strictura usus)
• Perdarahan yang terjadi dapat mengakibatkan kehilangan darah
– Hematemesis (muntah darah),
– Hematosesia (tinja mengandung darah segar),
– Melena (tinja berwarna hitam seperti ter karena darah yang
telah berubah)
9
• Pemeriksaan yang mendukung : Endoscopy
Diagnostik patologi ( gejala )
• Berkaitan dengan Usus besar ( kolon dan rektum ) : gejala
eliminasi , konstipasi , diare , perubahan jumlah dan warna
feses, adanya darah dalam feses ,nyeri terletak di bagian pinggir
abdomen kiri atau kanan
• Nyeri terletak periumbilikal pada gangguan usus halus
• Pemeriksaan Fisik teraba adanya massa pada abdomen ,
• Penunjang Diagnostik :
– Pemeriksaan digital ,
– Pemeriksaan feses,
– Sigmoidoskopi ,
– radiologi ,pemeriksaan radiogram dengan enema barium ,
– proktosigmoidoskop
– bakteriologik, parasitologik , sitologik , biopsi lesi
– kolonoskopi,
PENYAKIT PADA
RONGGA MULUT , KELENJAR SALIVA
DAN RAHANG
Penyakit pada oral cavity
• Gangguan perkembangan gigi dan erupsi
• tertanam dan dampak gigi
karies dentis
lain penyakit jaringan keras gigi
penyakit jaringan periapikal pulp dan
gingivitis
• penyakit periodontal
Dentofacial anomali
kista pada daerah oral
PENYAKIT DAN KELAINAN YANG PERLU PERHATIAN
PADA PEMERIKSAAN GIGI :
•
•
•
•
•
Kebersihan mulut dan gigi
Karies dentis
Penyakit – peyakit periodontal
Bibir sumbing dan celah langit – langit
Tumor dalam mulut
• Jika gusi sering berdarah jangan anggap sepele karena bisa berakibat fatal,
memicu kerusakn organ lain
• Gusi sering berdarah : gingivitis merupakan petunjuk adanya peradangan ,
biasanya disebabkan oleh bakteri.
Karies dentis
• Karies gigi merupakan kerusakan pada jaringan keras gigi yang
paling sering ditemui.(lubang ).
• Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan hal yang normal.
Bakteri mengubah makanan, terutama gula, menjadi asam.
Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang
melekat pada permukaan gigi yang disebut plak dimana Plak akan terbentuk 20
menit setelah makan. Zat asam dalam plak menyebabkan jaringan keras gigi larut
dan terjadilah karies.
Bakteri yang paling berperan menyebabkan karies adalah Streptococcus
• Patofisiologi : Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi
(berwarna coklat / hitam.
• Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang
tersebut bertambah besar dan mengenai syaraf
Pada karies yang cukup dalam, keluhan yang sering dirasa adalah rasa ngilu bila
gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan ber
tambah besar dan mencapai kamar pulpa yang berisi jaringan syaraf dan pemblh
darah. akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit berdenyut.
Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam
kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi,
sehingga terjadi abses.
• Pemeriksaan : klinis, radiografik , tes sensitivitas pada gigi yang dicurigai
nekrosis, tes perkusi untuk melihat infeksi sudah mencapai jaringan
penyangga gigi.
• perawatan : pembersihan jaringan gigi yang terkena karies dan penambalan
(restorasi). Bahan tambal yang digunakan misalnya resin komposit (penambal
an dengan sinar dan bahan sewarna gigi), glass ionomer cement, kompomer,
atau amalgam (sudah mulai jarang digunakan).
• Pada lubang gigi yang besar dibutuhkan restorasi yang lebih kuat, biasanya
digunakan inlay atau onlay, bahkan mungkin mahkota tiruan.
• Pada karies yang sudah mengenai jaringan pulpa,dilakukan perawatan saluran
syaraf. Bila kerusakan sudah terlalu luas dan gigi tidak dapat diperbaiki lagi,
maka dilakukan pencabutan.
• Pencegahan : Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari (pagi hari
setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur). Lakukan flossing sekali dalam
sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara
celah gigi-geligi. Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, kurangi
minum minuman yang manis/soda.Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi tiap
6 bulan sekaliPenggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik. .
• Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi,
karena pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.
DISORDERS OF TOOTH
DEVELOPMEN AND ERUPTION
•
•
•
•
•
•
ANODONTIS
SUPERNUMERARY TEETH
ABNORMAL SIZE AND FORM OF TEETH
MOTTLED TEETH
DISTURBANCES IN TOOTH FORMATION
HEREDITARY DISTURBANCES IN TOOTH
STRUCTURE
• DISTURBANCE IN TOOTH ERUPTION
• TESTHING SYNDROME
DISEASES OF PULP AND
PERIAPICAL TISSUES
•
•
•
•
PULPITIS
NECROSIS OF PULP
PULP DEGENERATION
PERIAPICAL ABSCESS
– WITH SINUS
– WITHOUT SINUS
• RADICULAR CYST
PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL
• PENYAKIT PULPA
1. Pulpitis Reversibel
• Gejala Klinis: Rasa tidak nyaman (seperti rasa linu) akan segera
hilang bila penyebabnya dihilangkan.
• Respon dari pulpa berupa rasa yang menusuk yang singkat.
• Faktor penyebab : karies, dentin yang terekspos, perawatan gigi
terakhir, restorasi yang rusak.
2. Pulpitis Irreversibel
a. Pulpitis Irreversibel Simptomatik
– gejala rasa sakit spontan atau berdenyut. Rasa sakit yang
ditimbulkan diperparah dengan perubahan temperature
(khususnya stimulus dingin), rasa sakit berlangsung cukup
lama walaupun penyebab rasa sakit telah dihilangkan. Rasa
sakit yang timbul terasa menusuk atau tumpul, terlokalisasi
ataupun menyebar.
3.
•
•
•
•
•
b. Pulpitis Irreversibel Asimptomatik
– Pada beberapa kasus karies yang dalam tidak menimbulkan
gejala, walau pun klinis dan radiologis telah sampai kedalam
pulpa. Kondisi semakin parah menjadi pulpitis irreversibel
simptomatik sampai nekrosis, perlu perawatan endodontik
segera sebelum menimbulkan gejala sakit yang berat.
Nekrosis Pulpa
Saat pulpa nekrosis (pulpa non vital), suplai darah ke pulpa sudah
tidak ada dan saraf pulpa tak berfungsi.
Setelah pulpa nekrosis, penyakit gigi menjadi asimptomatik
gejala dari penyebaran penyakit ke jaringan periradikular.
Nekrosis pulpa dapat terjadi sebagian /keseluruhan dan dapat
tidak meliputi seluruh akar pada gigi dengan akar lebih dari satu
Bakteri tumbuh dalam saluran akar. bakteri / toksin bakteri
menyebar kedalam ligamen periodontal , menimbulkan sakit
spontan. Gigi hipersensitif terhadap panas dan sakit , mereda bila
diberi dingin.
•
1.
•
2.
•
3.
•
B. PENYAKIT PERIAPIKAL
Periodontitis Apikalis Simptomatik
gejala sakit akut pada saat menggigit atau perkusi.
Periodontiti s Apikalis Asimptomatik
umumnya tidak memiliki gejala klinis
Abses Apikal Akut
rasa sakit sangat akut untuk menggigit, perkusi, dan palpasi. Gigi
ini tidak respon terhadap tes vitalitas pulpa dan dapat terjadi
mobiliti dalam berbagai grade. Pembengkakan dapat terlihat di
intraoral atau ekstraoral. Disertai demam pembesaran kelenjar
limfe cervical dan submandibular
4. Abses Apikal Kronis
• umumnya tidak memiliki gejala klinis.
GINGIVITIS AND PERIODONTAL
DISEASES
•
•
•
•
•
Acute gingivitis
Cronic gingivitis
Acute periodontitis
Periodontosis
Periodontal disease
DENTOFACIAL ANOMALIES
• MAJOR ANOMALIES OF JAW SIZE
– Hiperplasia mandibular / maxila
– Macrognathion
– Micrognathion
– Asimetri of jaws
– Occlusio :
– Open bite
– Over bite
– Displacement of tooth or teeth
– Mal occlusi
– Abnormal jaw clossure
Penyakit pada kelenjar saliva
•
•
•
•
•
•
Atrophy gland salivary
Hipertrophy gland salivary
Sialoadenitis
Abses
Sialolitiasis
Mucocele
Kelainan kelenjar saliva
1. MUCOCELE
• adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibat
kan pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke
jaringan lunak di sekitarnya. dapat terjadi pada mukosa bukal,
anterior lidah, dan dasar mulut.
• Mucocele terjadi karena ujung duktus tersumbat / trauma hingga
air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan
menyebabkan pembengkakan (mucocele).
• Mucocele dapat hilang dengan sendirinya.dapat juga bersifat
kronik
• Penatalaksanaan mukokel biasanya dilakukan dengan eksisi
mukokel dengan modifikasi teknik elips. yaitu setelah pemberian
anesthesi lokal dibuat dua insisi elips yang hanya menembus
mukosa, kemudian lesi dipotong dengan teknik gunting lalu
dilakukan penjahitan.
2. SIALOADENITIS
• adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, disebabkan oleh
batu yang menghalangi atau hyposecretion kelenjar.
• dapat bersifat akut dan menyebabkan pembentukan abses
terutama akibat infeksi bakteri , bersifat unilateral atau bilateral
• Sedangkan Sialadenitis kronis nonspesifik merupakan akibat dari
obstruksi duktus ,karena sialolithiasis , radiasi eksternal ,spesifik
berbagai agen menular dan gangguan imunologi.
• Sialoadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan pada
pasien usia 50-60 tahun , pada pasien kronis xerostomia, sindrom
Sjögren, dan terapi radiasi pada rongga mulut.
• Remaja dan dewasa muda dengan anoreksia juga rentan
• Organisme penyebab paling umum adalah Staphylococcus aureus
, Streptococcus, koli, dan berbagai bakteri anaerob.
• Gejala berupa gumpalan lembut nyeri di pipi atau di bawah dagu,
pembuangan pus dari glandula ke bawah mulut dan dalam kasus
yang parah, demam, menggigil dan malaise
Penyakit pada rahang
• Develepmental disorder
• Gian cell granuloma
• Kondisi inflamasi pada rahang
– osteitis
– Osteomyelitis pada neonatal
– Osteoradionekrosis
– Periostitis
• Alveolitis pada rahang
– Alveolar osteitis
– Dry socket
Penyakit lain pada rongga mulut
•
•
•
•
•
•
•
Somatitis
Apthous stomatitis
Recurent oral apthae
Stomatitis herpetiformis
Celulitus
Submandibular abses
Periadenitis mucosa necrotica recurrens
Stomatitis apthosa
• = sariawan , merupakan kelainan pada selaput lendir
mulut berupa luka pada mukosa mulut yang berbentuk bercak
berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung
• Etiologi : banyak penyebab, diantaranya : luka pada mukosa
(tergigit,trauma saat menggosok gigi, makanan yang mengiritasi
mukosa) kekurangan vitamin ( vit B12 ), stress, virus dan bakteri
yang menyerang mukosa mulut , obat-obatan , jamur , alergi ,
kebersihan mulut yang tidak terjaga ( oral higiene buruk)
• Stomatitis Aphtous ulcer bukan hanya disebabkan karena
kekurangan Vitamin C, namun dapt karena alergi citrus atau
alergi makan an yang mengandung asam, kondisi imun yang
lemah, obat-obat an tertentu, trauma fisik (penggunaan gigi palsu
baru), dsb.
• Penyakit kekurangan vitamin C sendiri adalah Scurvy akibat ke
gagal an proses sintesis kolagen yang ditandai dengan gusi mudah
berdarah, pendarahan kulit (purpura) dsb.
Penyakit pada bibir dan mukosa mulut lain
• Penyakit pada bibir :
– Cheilitis : glandular / exfoliative , angular
– Perleche
– Cheilodynia
– Cheilosis
• Leukoplakia pada epithel
– ErythroplakiaLeukoedema
– Leukokeraosis nicotona
– Smoker palate
• Granuloma
– Eosinophilic granuoma , granuloma pyogenicum , xanthoma
verrucous
• Fibrosis oral submukosa
• Hiperplasia iritatif pada mucosa mulut / denture hiperplasia
Penyakit Pada Bibir
1. Pembengkakan : reaksi alergi bisa membuat bibir bengkak.
Reaksi disebabkan oleh sensitivitas terhadap makanan atau
minuman tertentu, obat-obatan, perona bibir, atau udara
yang mengiritasi.
• Ketika penyebabnya dapat diketahui dan dihilangkan, bibir
biasanya kembali normal. Namun sering, penyebab
pembengkakan menjadi misteri. Kondisi tersebut disebut
angioderma menurun yang bisa menyebabkan sakit pada
bengkak.multiforme eritherma, terbakar matahari, udara
dingin dan panas, atau luka berat-bisa juga menyebabkan
bibir menjadi bengkak.
• Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Salep
kortikosteroid kadang digunakan untuk mengurangi bengkak
yang disebabkan oleh reaksi alergi.
2. Peradangan pada bibir (cheilitis), sudut pada mulut bisa
menjadi terasa sakit, luka, merah, pecah, dan bersisik. Cheilitis
bisa terjadi karena kekurangan Vitamin B2 pada makanan .
kulit berkerut dan kulit teriritasi (cheilitis angular) bisa terjadi
pada sudut mulut jika seseorang menggunakan gigi palsu yang
tidak terpisah dengan rahang
3. Perubahan warna : bintik-bintik dan daerah yang tidak selalu
berwarna coklat (melatonic macules) adalah umum di sekitar
bibir ,Banyak, kecil, bintik hitam kecoklatan yang menyebar bisa
jadi tanda penyakit keturunan yang disebut sindrom peutzjeghers, berbentuk benjolan pada perut dan usus.
• Penyakit Kawasaki, sebuah penyakit dengan sebab yang tidak
jelas yang biasanya terjadi pada bayi dan anak berumur 8 tahun
ke bawah, bisa menyebabkan kekeringan dan pecahnya bibir
dan memerahnya lapisan mulut.
MUMPS DISEASE
• Radang pada kelenjar parotis menimbulkan bengkak besar dibawah telinga
meluas ke pipi disebabkan oleh virus disebut penyakit gondongan
• infeksi mumps virus, menyerang kelenjar air liur (kel. parotid).
yang terletak di daerah telinga.
Gambar : Salivary glands
1. Parotid gland
termasuk dalam genus Rubela virus.
2. Submandibular gland
sering ditemukan pada anak usia 5 - 15 tahun
3. Sublingual gland
Cara penularan melalui droplet ludah atau
kontak langsung dengan bahan yang
terkontaminasi oleh ludah yang terinfeksi.
Masa inkubasi penyakit mumps
antara 14-21 hari (rata-rata 18 hari).
Gejala umum : bengkak pada kelenjar parotid,
panas tinggi, sakit pada saat menelan.
Penyakit mumps jarang sekali menyebabkan kematian.
Komplikasi : Meningitis, orchitis, pankreasitis, oophoritis,
dan keguguran
Terapi : Paracetamol / Acetaminophen bila ada gejala demam.
Penyakit beguk atau mumps dapat dicegah dengan imunisasi.
Nama imunisasi untuk mencegah infeksi mumps virus adalah MMR (untuk
pertahanan terhadap Measles, Mumps, dan Rubella).
Bibir sumbing
• Celah bibir atau Sumbing merupakan cacat
akibat kelainan deformitas kongenital yang
disebabkan kelainan perkembangan wajah
selama masa gestasi .
• Sumbing dapat terjadi pada bibir , langit langit mulut (palatum), ataupun pada
keduanya. Sumbing pada bibir disebut
cheiloschisis sedangkan sumbing pada
langit-langit mulut disebut palatoschisis.
Penanganan sumbing adalah dengan cara
operasi.(dengan waktu terbaik pada saat
usia 2, 5 hingga 3 bulan)
Kista di regio oral
• Developmental odontogenic cysts
– Eruption
– Folicular
– Gingival
– keratocyst
• Developmental non odontogenic cysts
– Globulomaxillarys
– Palatine papilla
Penyakit pada gland salivary
•
•
•
•
•
•
Atrophy gland salivary
Hipertrofi gland salivary
Sialoadenitis
Abses gland salivary
Fistula gland salivary
Sialolotiasis karena calculus / stone pada
duktus atau kelenjar salivary
• Mucocele gland salivary karena kista
extravasation ataru retensi
Penyakit pada lidah
•
•
•
•
Glositis
Geografic tongue
Atrophy papilla lidah
glossopathy
Penyakit pada Lidah
1. Kanker lidah
merupakan suatu neoplasma (pertumbuhan jaringan baru yang
tidak normal) malignat yang muncul dari jaringan epitel mukosa
lidah. Penyakit kanker lidah sering menjangkiti para perokok.
Penyebab utama : tembakau dan alkohol. hal lain yang memicu
seperti jarang merawat kebersihan mulut, pemakaian gigi palsu
yang tidak sesuai, serta radang kronis.
2. Sariawan
atau oral candidosis terjadi karena adanya infeksi jamur candida
albicans pada membran berlendir mulut.
ditandai dengan munculnya sejenis luka berupa kumpulan
lapisan berwarna putih pada dinding mulut dalam disertai
radang berwarna merah pada mukosa mulut.
Jika tidak diobati, luka akan melebar dan membesar serta
menimbulkan perih di mulut.
3. Geographic tongue
merupakan peradangan pada lidah yang biasanya bersifat kronis
terjadi jika ada gangguan pada saluran cerna.
Dinamakan geographic tounge karena bercak pada lidah tampak
seperti pulau-pulau. Bagian pulau itu berwarna merah dan lebih
licin. Pada kondisi lebih yang lebih parah, daerah berbentuk
pulau akan dikelilingi lapisan tebal berwarna putih. Penyakit
lidah ini bisa terjadi akibat alergi.
4. Peradangan pada lidah (Atrophic glossitis)
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kondisi lidah yang
kehilangan rasa karena degenerasi ujung papil (bagian menonjol
pada selaput yang berlendir di bagian atas lidah).
Lidah tampak licin dan mengkilat, baik seluruh bagian lidah
maupun hanya sebagian.
Penyakit ini sering timbul akibat kekurangan zat besi. banyak
ditemukan pada penderita anemia.
5. Fissured tongue (lidah retak-retak )
merupakan penyakit pada lidah yang membuat lidah tampak
seperti terbelah atau retak-retak. Garis retakan yang muncul
jumlahnya kadang hanya satu dan berada di tengah lidah.
Namun bisa juga bercabang-cabang. Kondisi ini tidak terlalu
membahayakan, tapi sewaktu-waktu dapat menimbulkan perih
dan nyeri di lidah.
6. Lidah berselaput (Coated tongue)
pada dorsum lidah tampak tertutup oleh suatu lapisan yang
umumnya berwarna putih atau mengikuti warna dari jenis
makanan atau minuman yang dikonsumsi. Selaput lidah ini bisa
terjadi pada orang yang mengalami penyakit kronis sistemik,
dehidrasi, dan penyakit infeksi.
7. Glossopyrosis
lidah terasa perih dan terbakar, pada pemeriksaan tidak ditemu
kan gejala apa pun. sering timbul pada penggunaan obat kumur
jangka panjang ditambah cairan obat kumur sangat pekat.
PENYAKIT PADA
ESOFAGUS , LAMBUNG DAN
DUODENUM
Penyakit Esofagus, lambung dan Usus halus
• Gejala gangguan Esofagus menimbulkan gangguan menelan dan
sakit dada.
• Defek kongenital: atresia esofagus; konstriksi esofagus.
• Infeksi & inflamasi: Infeksi herpes simplex, candidiasis.akibat
imunosupresi ,
• Esofagitis (non-infeksi): umum akibat reflux isi lambung, bisa juga
korosif (akibat kimia kaustik)  esofageal strictura
• Cedera: bisa akibat kimia caustik atau muntah yang hebat yang
merobek lapisan dinding  perdarahan; juga bisa akibat makan
makanan yang keras dan tajam  rupture.
• Disfagia : kesulitan menelan, disebabkan disfungsi transport
esofagus karena kelainan neuromuscular/ persyarafan atau akibat
lesi,seperti ; carsinoma, diverticula, striktura
• Disfagia dibedakan dengan globus histerikus : perasaan adanya
gumpalan dalam tenggorokan disebabkan karena emosi dan
dapat timbul tanpa harus menelan .
Gejala gangguan Esofagus
• Disfagia :
– kesulitan menelan, disebabkan disfungsi transport esofagus karena kelainan
neuromuscular/ persyarafan atau akibat lesi,seperti ; carsinoma, diverticula,
striktura
– Disfagia dibedakan dengan globus histerikus : perasaan adanya gumpalan
dalam tenggorokan disebabkan karena emosi dan dapat timbul tanpa harus
menelan .
– Disfagia pada gangguan non esofagus yang merupakan akibat dari penyakit
otot atau neurologis , adalah : penyakit gangguan peredaran darah otak ,
miastenia gravis , distrofi otot , polio bulbaris .
– Disfagia esofageal dapat bersifat :
• Obstruktif : disebabkan oleh striktura esofagus dan tumor – tumor
ekstrinsik atau intrinsik esofagus yang mengakibatkan penyempitan
lumen .
• Motorik : berupa gangguan peristaltik yang berkurang / tidak ada /
terganggu atau akibat disfungsi sfingter atas / bawah .adalah akalasia .
Skleroderma dan spasme esofagus difus
Gejala gangguan Esofagus
• Odinofagia :
– perasaan nyeri membakar waktu menelan , dapat terjadi bersama disfagia ,
– khas terjadi pada spasme esofagus yang disebabkan oleh peregangan akut
atau sekunnder karena peradangan mukosa oesofagus,akibat iritasi
• Pirosis :
– rasa terbakar diuluhati ( nyeri ulu hati )yang sangat mengiritasi mukosa ,
– dapat terjadi akibat disfungsi sfingter esofagus bag bawah dimana sekret
empedu masuk kedalam esofagus bagian bawah. , penyebab yang sering
pada Hiatus hernia,
– terjadi refluks asam lambung / isi lambung tertumpah sehingga mencapai
oesofagus bagian atas ( hipofaring) ,ditandai oleh sensasi rasa panas
terbakar yang terasa diepigastrium atas atau belakang procesus xifoideus
menyebar keatas.
– Refluks yang menetap disebabkan inkontinensia sfingter esofagus bagian
bawah dengan atau tanpa hernia hiatus /esofagitis.
Gejala gangguan Esofagus
• Water brush :
– regurgitasi isi lambung kedalam rongga mulut
– Berbeda dengan muntah karena waterbrush tanpa tenaga dan
tidak diikuti oleh nausea , terasa pada tenggorokan sebagai
rasa asam atau cairan panas yang pahit
– Regurgitasi tanpa tenaga sering terjadi pada bayi akibat
perkembangan sfingter esofagus bagian bawah tidak sempurna
– Pada dewasa karena inkompetensi sfingter esofagus bagian
bawah dan kegagalan sfing5er esofagus bagian atas sebagai
sawar regurgitasi.
Tumor:
– 90% adalah malignant (kanker), sisanya benign.
– Tanda dini adalah kesulitan menelan .
– Gangguan lain-2: divertikuli  halitosis; esofageal spasme;
achalasia atau regurgitasis.
PROSEDUR DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN ESOFAGUS
• Tindakan diagnostik khusus esofagus yang dapat
membantu deteksi penyakit esofagus adalah
– pemeriksaan radiografi dengan zat kontras barium
– Esofagoskopi disertai Biopsi dan Sitologi
– Pemeriksaan Motilitas
– Tes Refluks asam
GANGGUAN PERGERAKAN ESOFAGUS
• AKALASIA
merupakan gangguan hipo motilitas , jarang terjadi
Ditandai oleh :
– peristaltik yang lemah dan tidak teratur atau aperistalsis korpus
esofagus , kegagalan sfingter esofagus bawah untuk berelaksasi
sempurna sewaktu menelan , Akibatnya makanan dan cairan
tertimbun dalam esofagus bagian bawah dan kemudian
dikosongkan dengan lambat bila tekanan hidrostatik meningkat
, Korpus esofagus akan kehilangan tonusnya dan dapat melebar
• Etiologi : yang pasti tidak diketahui , tetapi dapat terbukti bahwa
degenerasi pleksus Auerbach menyebabkan kehilangan pengaturan
neurologis , akibatnya gelombang peristaltik primer tidak mencapai
sfingter esofagus bagian bawah untuk merangsang relaksasi .
• Akalasia primer idiopatik , Akalasia sekunser ( disebabkan karena
karsinoma lambung , toksin atau obat tertentu )
AKALASIA
• Akalasia lebih sering pada orang dewasa daripada anak- anak
• Timbul perlahan – lahan dengan gejala paling menonjol adalah disfagia terhadap
makanan cair dan padat
• Pengobatan bersifat paliatif yaitu perbaikan obstruksi bagian bawah
• 2 bentuk terapi yang efektif menghilangkan gejala adalah :
– Dilatasi sfingter esofagus bagian bawah dengan bougie atau pneumatik
– Esofagotomi / pembedahan : Miotomi Heller ; berupa pembedahan serabut
otot perbatasan esofagus lambung dan dilakukan piliroplasti ( pelebaran
pintu keluar lambung) untuk dapat mengosongkan isi lambung dengan cepat
dan mencegah refluks kedalam esofagus.
• Terapi obat-obatan dicadangkan untuk penderita yang tidak bisa dilakukan
pembedahan atau dilatasi ;
– Nifedipin dan Isosorbid : menurunkan tekanan pada esofagus bagian bawah
• Tindakan lain untuk membantu mengurangi gejala adalah :
– makan dengan lambat , hindari alkohol , makanan panas , dingin atau pedas
– Tidur dengan kepala lebih tiggi / terangkat untuk menghindari aspirasi akibat
regurgitasi
PROSEDUR DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN ESOFAGUS
• Tindakan diagnostik khusus esofagus yang dapat membantu
deteksi penyakit esofagus adalah
– pemeriksaan radiografi dengan zat kontras barium
– Esofagoskopi disertai Biopsi dan Sitologi
– Pemeriksaan Motilitas
– Tes Refluks asam
GANGGUAN PERGERAKAN ESOFAGUS
• SPASME ESOFAGUS DIFUS
– Merupakan penyakit yang penyebabnya tidak diketahui
– Ditandai oleh kontraksi esofagus yang tidak terkoordinasi, non –ropulsif
yang timbul bila menelan
– Terutama menyolok pada 2/3 bawah organ ,tapi dapat menyerang seluruh
esofagus , Ke2 sfingter bekerja normal
– Sering pada penderita tua diatas usia 50 tahun
– Biasanya tanpa gejala , gejala yang paling sering timbul adalah : disfagia
intermiten dan odinofagia , yang diperberat oleh menelan makanan yang
dingin , bolus yang besar dan ketegangan saraf .
– Diferesial diagnosa / diagnosa banding ; angina pektoris
– Pengobatan terdiri atas :
• Perbaikan diet : makan sedikit , hindari makanan dingin
• Pemberian antasid , sedatif nitrogliserin untuk menghilangkan spasme
• Dilatasi esofagus , bila gejala menetap dan menyusahkan
• Miotomi longitudinal esofagus distal dapat dilakukan sebagai usaha
terakhir
GANGGUAN PERGERAKAN ESOFAGUS
• SKLERODERMA
– Disfungsi motorik esofagus terjadi pada lebih dari2/3
penderita skleroderma
– Dasar kelainan adalah atrofi otot polos bagian bawah esofagus
– Tanda :
• Gambaran aperistaltik atau peristaltik lemah pada
setengah sampai duapertiga distal esofagus ,
• berkurangnya tekanan sfingter esofagus bagian distal
– Inkompetensia sfingter esofagus distal sering mengakibatkan
esofagitis refluks dengan pembentukan striktur pada esofagus
bagian bawah
– Gejala yang menyolok bila esofagitis mengakibatkan
pembentukan striktur adalah disfagia
ESOFAGITIS
• Suatu peradangan mukosa esofagus
• Dapat terjadi akut atau kronik
• Jenis esofagitis yang tidak berbahaya timbul setelah menelan cairan panas ,
dimana sensasi panas substernal terjadi dalam waktu singkat dihubungkan
dengan edema superficial dan esofagospasme .
• Esofagitis yang paling sering dijumpai timbul akibat refluks asam lambung ,
sering bersamaan dengan hernia hiatus
• Esofagitis yang dapat menular yaitu ; esofagitis monilia dan infeksi herpes virus
• Bentuk esofagitis berat yang akut terjadi setelah menelan cairan asam atau basa
kuat ( cairan pembersih )
• gejala : odinofagia berat , demam, keracunan, kemungkinan perforasi esofagus
disertai infeksi mediastinum dan kematian.
• Efek jangka panjang : fibrosis dan striktura esofagus
• Pengobatan : harus cepat dan intensif dengan pemberian :
– Antibiotika
- Steroid
– Cairan intra vena - Pembedahan
ESOFAGITIS REFLUKS KRONIK dan HERNIA HIATUS
• Esofagitis refluks kronik
– merupakan bentuk esofagitis yang paling sering ditemukan
secara klinis .
– Gangguan ini disebabkan oleh sfingter esofagus bagian bawah
bekerja kurang baik dan refluks asam lambung / getah alkali
usus masuk kedalam esofagus berlangsung dalam waktu lama
– Cacat terjadi akibat refluks berupa peradangan, pembentukan
ulkus/ tukak. Perdarahan , pembentukan jaringan parut dan
striktur
• Hernia Hiatus
– Suatu herniasi bagian lambung kedalam thoraks melalui
diafragma hiatus esofagus
Terdapat 2jenis hernia hiatus :
– Sliding hiatus hernia ( hernia hiatus tergelincir ): direk :paling
sering , perbatasan lambung esofagus tergeser kedalam rongga
thoraks , khususnya bila penderita berada dalam posisi
berbaring , kompetensi sfingter esofagus bagian bawah dapat
rusak mengakibatkan esofagitis refluks , sering timbul tanpa
gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu
pemeriksaan mencari penyebab gangguan pada epigastrium
atau waktu pemeriksaan radiogram saluran cerna rutin .
– Rolling hiatus hernia ( hernia hiatus menggelinding ) : hernia
paraesofageal : bagian dari fundus lambung menggulung
melewati hiatus dan perbatasan gastroesofagus tetap berada
dibawah diafragma .tidak terdapat insufisiensi mekanisme
sfingter esofagus bagian bawah akibatnya tidak terjadi
esofagitis refluks ‘komplikasi utama adalah dapat terjadi
strangulasi
Hiatus Hernia
• Pengobatan :
– Terutama ditujukan untuk pencegahan refluks , menetralkan bahan refluks
dan melindungi mukosa lambung
– Makan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering
– Beri Antasid , Ranitidin dan obat – obat protektif lain (sukralfat) dapat
membantu
– Anjurkan berat badan diturunkan pada penderita yang kelebihan berat
badan
– Obat penghambat saluran Kalsium dan antikolinergik tidak boleh diberikan
karena dapat menghambat pengosongan lambung dan relaksasi esofagus
bagian bawah
– Metoklopramid suatu derivat dari prokainamid meningkatkan tonus
esofagus bagian bawah dapat diberikan pada kasus refluks tertentu
– Nikotin yang memiliki efek menurunkan tonus harus dihindari .
– Pasien hindari sikap membungkuk, terurama setelah makan
– Untuk mencegah refluks pada waktu tidur posisi kepala sebaiknya selalu
lebih tinggi
– Pembedahan
Esofagus
• Varises esofagus
– dapat timbul akibat penyumbatan aliran vena portal yang
menyebabkan hipertensi portal , paling sering ditemukan
pada sirosis hepatis apapun penyebabnya
– Vena varikosa ini terletak submukosa dan dapat pecah
mengakibatkan hematemesis masif -> kematian
– Adanya asites dan perubahan yang menyertai pada
sfingter osofagus bagian bawah dapat menyebabkan
refluks esofagus , peningkatan resiko perdarahan varises.
• Skleroderma menyebabkan timbulnya esofagus yang khas
yaitu esofagus yang kaku melebar disertai keluhan disfagia
TUMOR ESOFAGUS
• Tumor jinak esofagus jarang , Tipe yang paling sering adalah Leiomioma ( tumor
otot polos )
• Kanker esofagus terutama menyerang pria pada usia 50-70 tahun
• Faktor predisposisi : banyak merokok, banyak minum alkohol, obstruksi esofagus
• Karsinoma sel squamosa ( sel gepeng) adalah tipe yang paling sering dari jenis
karsinoma esofagus , sangat ganas , tumor dapat timbul seluruh bagian esofagus
, sebagian besar pada 2/3 bagian bawah
• Diagnosis : pemeriksaan Radiogram dengan barium, pemeriksaan sitologi,biopsi
esofagoscopi merupakan pemeriksaan penting
• Prognosis : buruk , karena lambat menimbulkan gejala dan Penyebaran melalui
limfatik
• Gejala : disfagia timbul setelah tumor menyerang seluruh lingkaran esofagus.
• Terapi :
–
–
–
–
penyinaran untuk lesi diatas esofagus yang tidak memungkinkan untuk dibedah
Bedah reseksi
Dilatasi untuk memperlebar lumen dengan memasukkan bougie / protese dari plastik
Sinar laser : paliatif , untuk menghancurkan bagian tengah tumor yang menyumbat sehingga
lumen tetap terbuka dan makanan dapat masuk
PROSEDUR DIAGNOSTIK
LAMBUNG DAN DUODENUM
•
•
•
•
•
Radiogram dengan kontras Barium
Analisis lambung :
Endoskopi- Gastroskop serat fiber optik fleksibel
Foto rontgen
Biopsi dan Sitologi eksfoliatif melalui gastroskop
: untuk melihat keganasan , dengan
pengumpulan sel dengan lavage lambung
GASTRITIS
• Merupakan suatu peradangan mukosa lambung
• Dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal
• 2 jenis gastritis yang paling sering terjadi :
– Gastritis superficialis akut
– Gastritis atrofik kronik
2 jenis gastritis yang paling sering terjadi :
1. Gastritis superficialis akut
•
•
•
•
•
•
•
Merupakan respon mukosa terhadap berbagai iritan lokal
Agen penyebab tersering : endotoksin bakteri dari makanan yang terkontaminasi,
beberapa makanan berbumbu, lada, cuka , mustard, kafein, alkohol, aspirin , obat-obat
an NSAID ( Indometasin , Ibuprofen, Naproksen) Sulfonamid, Steroid, digitalis
Tanda : mukosa memerah, edematosa, ditutupi mukus yang melekat, erosi kecil dan
perdarahan pada derajat peradangan tertentu
Manifestasi klinis bervariasi dari keluhan abdomen tidak jelas ( anoreksia , mual ) sampai
gejala yang lebih berat ( nyeri epigastrium , muntah , perdarahan, hematemesis) ,
Gastritis superficial akut dapat mereda bila agen penyebab dapat dihilangkan
Pada beberapa kasus bila gejala berlanjut dan resisten terhadap pengobatan maka
diperlu kan tindakan diagnostik tambahan seperti Endoskopi, biopsi mukosa, analisis
cairan lambung .
Pengobatan :
– obat anti muntah untuk membantu menghilangkan mual dan muntah
– Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan infus Intravena
– Ranitidin untuk mengurangi sekresi asam , Sukralfat atau Antasid mempercepat
penyembuhan
2 jenis gastritis yang paling sering terjadi :
2. Gastritis atrofik kronik
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ditandai oleh atrofi progresif kelenjar disertai kehilangan sel parietal danchief cell
Akibatnya produksi asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik menurun .
Dinding lambung jadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata
Seri ng dihubungkan dengan anemia perniciosa , tukak lambung dan kanker
Etiologi dan patogenesis tidak diketahui
Sering pada orang tua
Predisposisi timbulnya gastritis kronik : minum alkohol berlebihan , the panas dan
merokok
Gejala – gejala umumnya bervariasi dan tidak jelas , antara lain ; rasa penuh ,
anoreksia, distress epigastrik yang tidak nyata .
Diagnosis : terdapat aklorhidria, BAO/MAO rendah , pada Biopsi khas terlihat
perubahan histologik
Pengobatan bervariasi tergantung penyebab kelainan yang dicurigai
Hindari alkohol dan obat – obatan yang mengiritasi mukosa lambung
Koreksi vitamin B12 pada anemia perniciosa
TUKAK LAMBUNG
• Ulkus peptikum / tukak peptik adalah suatu keadaan dimana
•
•
•
•
kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai di bawah epitel
Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai kebawah epitel disebut erosi
Ulkus peptikum dapat ditemukan disaluran cerna yang terkena asam lambung ,
yaitu : esofagus, gaster , duodenum, yeyunum
Gambaran klinis utama tukak peptik adalah :
– kronik ,
– nyeri epigastrium intermitten yang khas akan mereda setelah menelan
makanan atau antasid .
– Nyeri timbul 2-3 jam setelah makan atau malam hari pada saat lambung
kosong
– Rasa nyeri seperti teriris, terbakar atau rasa tidak enak
– Pada tukak lambung terjadi penurunan berat badan , pada tukak duodenum
tidak
Diagnosa :
– Kriteria terpenting pada tukak duodenum adalah nyeri khas yang hilang oleh
makanan
– Tukak duodenum hampir tidak pernah ganas , tukak lambung sekitar 7%
menjadi karsinoma lambung
• Umumnya tukak ganas mempunyai dasar tukak nekrotik dan
tidak beraturan , sedangkan tukak jinak mempunyai dasar yang
halus , bersih , dengan batas – batas yang jelas .
• Pengobatan Tukak peptik adalah menghambat atau mendapar
sekresi asam untuk menghilangkan gejala – gejala dan
mempermudah penyembuhan, antara lain :
– Pemberian antasid , Antikolinergik, Penghambat H2 :
Simetidin , Ranitidin , Famotidin
– Penatalaksanaan diet, Istirahat secara fisik maupun
emosional
• Komplikasi :
– Ulkus interaktibilitas - Perdarahan
– Perforasi
- Obstruksi pilorus
• Pembedahan dilakukan bila penderita tidak memberi respon
pada terapi medik atau penderita mengalami komplikasi (
perforasi, perdarahan , obstruksi ).
• Tindakan pembedahan pada tukak duodenum adalah mengurangi
kapasitas lambung dalam sekresi asam dan pepsin secara
permanen , paling sedikit dengan 4 cara sebagai berikut :
– Vagotomi
- Antrektomi
– Vagotomi dan antrektomi
- Gastrektomi parsial
• Sekuele paska operasi :
– Dumping sindrome : akibat pengosongan terlalu cepat
– Kambuhnya ulkus yang disebabkan vagotomi atau antrektomi
tidak lengkap
– Gastritsi akibat refluks empedu
– Diare terutama setelah vagotomi trunkus
– Anemia megaloblastik karena defisiensi vitamin B12
– Osteomalasia dan Osteoporosis akibat mal absorpsi
– Penurunan berat badan
– Peningkatan insiden kanker
GANGGUAN LAMBUNG LAIN
• Ulcerasi (borok): Timbul akibat asam lambung yang berlebih.
Pertahanan permukaan lambung oleh sekresi lambung selaput lendir
yang ada dan kecepatan regenerasi lapisan sel cukup kuat menjaga
kerusakan .Pengaruh yang mengganggu (HCL >>) keseimbangan ini bisa
menimbukan kerusakan  ulkus peptikum (tukak lambung)
• Ulkus Peptikum (tukak lambung) bisa akibat: stress, cedera berat (luka
bakar), kecelakaan atau post operasi dan infeksi berat. Kadang timbul
tanpa kausa jelas. Obat aspirin dan alkohol juga mengganggu selaput
lendir lambung  gastritis  ulcerasi.
• Infeksi: Asam lambung berguna untuk membunuh bakteri, virus dan
jamur. Infeksi timbul bila daya tahan terganggu  gastro-enteritis
infeksi.
• Autoimun:Anemia perniciosa: timbul akibat selaput lendir lambung
tidak mampu menghasilkan faktor intrinsik yang diperlukan untuk
absorpsi vit. B12 yang diperlukan untuk pertumbuhan eritrosit.
Kegagalan ini umumnya akibat adanya atropi selaput lendir lambung
yang juga gagal memproduksi HCL lambung.
KANKER LAMBUNG
• = Karsinoma lambung : merupakan bentuk neoplasma lambung
yang paling sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6%
kematian akibat kanker (15.000 kematian/tahun, USA)
• Lelaki lebih sering terserang dan sebagian timbul diusia 40 Tahun
• Penyebab tidak diketahui
• Faktor predisposisi :
– faktor genetik : banyak pada orang dengan golongan darah A.
– Faktor geografis : Jepang , Chili dan Islandia sering terjadi .
– Sering terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah
– Gastritis kronik / anemia perniciosa
• Sekitar 50% kanker lambung terletak pada antrum pilorikum ,
sisanya tersebar dikorpus lambung
• 3 bentuk umum karsinoma lambung :
– Karsinoma ulseratif –
– Karsinoma polipoid
– Karsinoma infiltratif
• Karsinoma lambung jarang didiagnosa pada stadium dini karena gejala
timbul lambat atau tidak nyata dan tidak pasti
• Gejala dini dapat berupa perasaan sedikit tidak enak pada abdomen
bagian atas atau perasaan penuh setelah makan , pada akhirnya timbul
anoreksia dan penurunan berat badan
– Bila tumor terletak dekat kardia mungkin disfagia merupakan gejala
utama yang pertama dirasa
– Bila tumor berada dekat jalan keluar lambung maka muntah karena
obstruksi pilorus
• Sering ditemukan setelah ada metastasis. Yang tak ganas: polyp
• Pemeriksaan radiologik , Sitologi eksfoliatif , endoskopi biopsi merupakan
cara diagnosa kanker lambung yang penting
• Terapi satu – satunya yang eektif : eksisi pembedahan
• Prognosa buruk karena ditemukan sudah stadium lanjut
• Gejala gangguan lain-lain:
walau kecil namun menimbulkan gejala sulit menelan,rasa sakit panas di
bagian lambung dan dada (heart burn). Kembung (flatulence), sakit perut
(abdominal pain) diare, obstipasi (constipation), atau perdarahan dari dubur
(rectal bleeding)
• PYLORIC STENOSIS: Otot sekeliling pintu keluar lambung ke pylorus jadi
abnormal tebal.
> bayi laki dari perempuan, familial, bumil dengan pylorus stenosis seringnya
melahirkan bayi dengan gangguan ini juga.
Pada dewasa penyempitan umumnya akibat jaringan parut pada ulkus
peptikum atau maligancy kanker lambung.
Gejala: 3-4 minggu post lahir  bayi muntah-muntah terus dengan kuat
mendorong makanan keluar, setelah makan.
Pada dewasa: muntah beberapa jam sehabis makan.
Pemeriksaan: Barium foto; gastroscopy.,
Terapi: obat; operasi pyloromyotomy;pada dewasa: causalis.
Pyloroplasty: operasi pelebaran pintu masuk pylorus; bisa disertai vagotomy
(pemotongan saraf ke X) untuk mengurangi produksi asam lambung pada ulkus
pepticum
Refluks gastroesophageal disease (GERD)
atau gastroesophageal reflux (GER)
• suatu keadaan kembalinya isi lambung ke esophagus dengan atau
tanpa regurgitasi dan muntah.
• GER merupakan suatu keadaan fisiologis pada bayi, anak-anak
dan orang dewasa sehat. bisa terjadi beberapa kali dalam sehari,
dengan episode terbanyak kurang dari 3 menit, muncul setelah
makan dengan sedikit atau tanpa gejala.
• jika refluks isi lambung menyebabkan gangguan atau komplikasi,
disebut GERD.
• Pada bayi, gejala berupa muntah yang berlebih selama seminggu
pertama kehidupan, Tanpa pengobatan gejala akan menghilang
sebelum umur 2 tahun pada posisi anak sudah lebih tegak dan
makan makanan padat ,
• Gejala berupa mual, muntah, regurgitasi, sakit uluhati, gangguan
pada saluran pernafasan dan gejala-gejala lain.
• komplikasi pada GERD berupa perdarahan, striktur
DYSPEPSIA
• Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri
dari nyeri ulu hati, rasa tidak enak/sakit di perut bagian
atas/epigastrium yang menetap ,mual, kembung, muntah, rasa
penuh, atau cepat kenyang, sendawa.
• Penyebab dibedakan menjadi 2 yaitu :
– Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan
organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis,
pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).
– Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau
dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
• Tanda dan Gejala
Didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, ada tiga tipe :
– Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulcus-like
dyspepsia), dengan gejala : Nyeri epigastrium terlokalisasi,
Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid, Nyeri
saat lapar, Nyeri episodik
– Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like
dyspepsia), dengan gejala : Mudah kenyang, Perut cepat
terasa penuh saat makan, Mual, Muntah, Upper abdominal
bloating, Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
– Dyspepsia non spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di
atas)
• Pembagian akut dan kronis berdasarkan atas jangka waktu tiga
bulan.
• Pemeriksaan Penunjang
– Laboratorium.
– radiologi
– Endoskopi : CLO (Rapid urea test), Patologi Anatomi (PA)
– Kultur mikroorganisme (MO) jaringan , PCR (Polymerase Chain
Reaction),
PENYAKIT PADA
USUS HALUS
LANJUT KULIAH
MINGGU DEPAN