bangunan-bagi-dan

Download Report

Transcript bangunan-bagi-dan

Bangunan Bagi
 Bangunan
Bagi: bangunan yang membagi dari
saluran primer sekunder.
 Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang
dengan teliti mengukur dan mengatur air
yang mengalir ke berbagai saluran.
 Salah satu dari pintu-pintu bangunan bagi
berfungsi sebagai pintu pengatur muka air,
sedangkan
pintu-pintu
sadap
lainnya
mengukur debit.
 Pada
cabang saluran dipasang pintu
pengatur untuk saluran terbesar dan
dipasang alat-alat pengukur dan pengatur
di bangunan-bangunan sadap yang lebih
kecil.
 Untuk membatasi sudut aliran dalam
percabangan bangunan bagi dibuat sudut
aliran antara 0o sampai 90o
 Bangunan
pengatur akan mengatur muka air
saluran di tempat-tempat di mana terletak
bangunan sadap dan bagi, khususnya di
saluran-saluran yang kehilangan tinggi
energinya harus kecil.
 Bangunan
pengatur
harus
direncana
sedemikian rupa sehingga tidak banyak
rintangan sewaktu terjadi debit rencana.
 Kehilangan energi harus kecil pada pintu skot
balok jika semua balok dipindahkan.
 Alat
ukur aliran atas lebih peka terhadap
fluktuasi muka air dibanding dengan pintu
aliran bawah.
 Di saluran yang angkutan sedimennya
tinggi, penggunaan bangunan dengan
mercu tidak disarankan karena bangunan
– bangunan ini akan menangkap sedimen.
 Mercu memerlukan lebih banyak
kehilangan tinggi energi.
 Lebar
bangunan pengatur berkaitan dengan
kehilangan tinggi energi yang diijinkan serta
biaya pelaksanaan.
 Bangunan yang lebar menyebabkan sedikit
kehilangan tinggi energi dibanding bangunan
yang sempit, tetapi bangunan yang lebar
lebih mahal (diperlukan lebih banyak pintu).
 Untuk saluran primer garis tinggi, kehilangan
tinggi energi harus tetap kecil : 5 sampai 10
cm. Akibatnya bangunan pengatur di saluran
primer lebar.
 Saluran
sekunder biasanya tegak lurus
terhadap garis – garis kontur, sehingga
kehilangan tinggi energi lebih besar dan
bangunan pengaturnya lebih sempit.
 Guna mengurangi kehilangan tinggi energi
dan sekaligus mencegah penggerusan,
disarankan untuk membatasi kecepatan di
bangunan pengatur sampai ± 1,5 m/dt.
 Bangunan
sadap sekunder memberi air ke saluran
sekunder dan melayani lebih dari satu petak tersier.
 Kapasitas bangunan (Q) > 0,250 m3/dt.
 Bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap
sekunder:
- Alat ukur Romijn
- Alat ukur Crump-de Gruyter
- Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar
- Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume
Pintu Romijn di Bendung
Lomaya dan Pilohayanga
terletak di Kecamatan Tapa
Kabupaten Bone Bolango
Provinsi Gorontalo
Way Sekampung, Lampung, Sumatra, Indonesia
Broad crested Weir
RIO GRANDE VALLEY
ARIZONA CANAL
Faiyum Weir
Triangular Broad-Crested Weir
Long-throated Flumes
H Flumes
Parshall Flumes
 Tipe
bangunan tergantung pada ukuran
saluran sekunder yang akan diberi air serta
besarnya kehilangan tinggi energi yang
diijinkan.
 Alat Ukur Romijn: kehilangan tinggi energi
kecil, dan dipakai hingga debit ± 2 m3/dt,
biasanya dua atau tiga pintu Romijn dipasang
bersebelahan.
 Untuk
debit-debit yang lebih besar, harus
dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan
alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur
ambang lebar.
 Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang
memadai, maka digunakan alat ukur Crumpde Gruyter. Bangunan ini dapat direncana
dengan pintu tunggal atau banyak pintu
dengan debit ± 0,9 m3/dt setiap pintu.
 Bangunan
sadap tersier memberi air kepada
petak-petak tersier.
 Kapasitas bangunan sadap tersier berkisar
antara 50 l/dt sampai 250 l/dt.
 Jika muka air hulu diatur dengan bangunan
pengatur dan bermasalah dengan kehilangan
tinggi energi, maka bangunan sadap yang
paling cocok adalah alat ukur Romijn.
 Bila
kehilangan tinggi energi tidak begitu
menjadi masalah dan muka air banyak
mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih
alat ukur Crump-de Gruyter.
 Harga antara debit Qmaks/Qmin untuk alat
ukur Crump-de Gruyter lebih kecil
daripada harga antara debit untuk pintu
Romijn.
 Sistem
ini tidak memerlukan pintu pengatur,
pembagi, dan pengukur, sehinga cocok untuk
daerah yang terpencil.
 Syarat khusus:
- Elevasi ambang ke semua arah harus sama
- Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit
sama
- Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah
yang diairi
 Syarat
aplikasi:
- melayani tanaman yang sama jenisnya (monokultur)
- jadwal tanam serentak
- ketersediaan air cukup memadai
 Sistem
proporsional tidak dapat diaplikasikan pada
sistem irigasi di Indonesia pada umumnya, mengingat
syarat-syarat sulit terpenuhi.
 Bangunan
ini dapat berfungsi ganda yaitu melayani
sistem konvensional maupun sistem proporsional.
 Dalam implementasi pembagian air diutamakan
menerapkan sistem konvensional.
 Dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk
mengoperasikan pintu-pintu tersebut, maka
diterapkan sistem proporsional.
 Urutan
Perencanaan:
- Berdasarkan elevasi sawah tertinggi dari
lokasi bangunan-bangunan sadap tersebut
ditentukan elevasi muka air di hulu pintu sadap.
- Elevasi ambang setiap bangunan sadap
adalah sama dengan elevasi ambang dari petak
tersier yang mempunyai elevasi sawah tertinggi.
 Kebutuhan air (l/det/ha) setiap bangunan sadap
harus sama
Bentuk Menyamping
 Kelemahan: kecepatan datang kearah lurus
menjadi lebih besar dari pada yang kearah
menyamping, sehingga jika diterapkan sistem
proporsional kurang akurat
 Kelebihan: peletakan bangunan ini tidak
memerlukan tempat yang luas, karena dapat
langsung diletakkan pada saluran tersier/saluran
sekunder yang bersangkutan
Bentuk Numbak
 Meletakkan bangunan bagi sekunder,
sadap tersier dan bangunan pengatur
pada posisi sejajar, sehingga arah
alirannya searah
 Kelebihan: kecepatan datang aliran untuk
setiap bangunan adalah sama
 Kelemahan: memerlukan areal yang luas
JELASKAN MENGENAI TATA LETAK BANGUNAN
BAGI, JELASKAN KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
MASING-MASING TATA LETAK DAN JELASKAN
SISTEM KERJA MASING-MASING TATA LETAK
DENGAN BANTUAN SKETSA