Transcript File

Kota,Pusat permukiman dan kegiatan
penduduk yang mempunyai batasan
administrasi yang diatur dalam perundangundangan, serta permukiman yang telah
memperlihatkan watak dan ciri kehidupan
perkotaan . ( PerMenDaNeg no 2 87 ps 1)
Kota, sebuah bentang budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami
nonalami, dengan gejala-gejala
pemusatan penduduk yang cukup besar
dan corak kehidupan yang bersifat
heterogen dan materialistis dibanding
Hinterland. ( Bintarto )
Kota adalah lokasi dengan ciri-ciri:
a. Kepadatan penduduknya lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata
kepadatan penduduk sekitarnya.
b. Penduduk pada lokasi atau tempat
tersebut sebagian besar tidak
bergantung pada sektor pertanian dan
tidak juga pada aktifitas ekonomi primer
c. Lokasi tersebut menjadi pusat
kebudayaan, administrasi dan ekonomi
bagi wilayah-wilayah di sekitarnya.
( Northam )
Kota Sebagai Pusat Pelayanan
( Walter Christaler )
Suatu wilayah bisa disebut kota bila
sebagian besar kebutuhan penghuninya
mampu dicukupi oleh pasar setempat.
( Max Webber )
Karakteristik Masyarakat dan Kehidupan
Kota
1.Secara demografis ( heterogen padat )
2. Secara Ekonomi ( bergerak di bid.
Industri, Perdagangan dan Jasa,
pendapatan tidak seragam)
3. Secara Sosiologis ( individualis,
Komunikasi tidak langsung )
4. Budaya ( Multikultur , inovatif, dinamis )
Klasifikasi Kota
1. Numerik ( Kuantitatif )
yaitu. Berdasarkan jumlah penduduk,
kepadatan, perbandingan jenis kelamin
dan luas kota.
2. NonNumerik ( Kualitatif ),
yaitu berdasarkan tahapan
perkembangannya, fungsi kota dan
kondisi sosial penduduknya
 Kota di Indonesia menurut jumlah
penduduknya
• Kota kecil atau kota kecamatan (town
ship): 20.000 – 100.000 jiwa
• Kota sedang atau kota kabupaten (town):
50.000 – 100.000 jiwa
• Kota besar: 100.000 – 1.000. 000 jiwa
• Kota metropolitan: > 1.000.000 jiwa
• Kota raksasa atau megapolitan: >
14.000.000 jiwa
 Kota menurut fungsinya:
1. Kota pusat produksi (sebagai pemasok
barang-barang yang dibutuhkan wilayah
lain).
Contoh:
a. Bukit Asam dan Ombilin (pemasok
batubara)
b. Bontang (pemasok gas alam cair)
c. Bandung (pemasok tekstil)
d. Cilegon (pemasok besi baja)
e. Kota industri manufaktur: mengubah
bahan mentah menjadi barang setengah
jadi. Contoh: kota Mojokerto (penghasil
yodium)
2. Kota pusat perdagangan (sebagai pusat
perdagangan yang memiliki sarana
penyalur bahan kebutuhan pokok
penduduk kota dan hinterlandnya.
Contoh:
a. Bremen (Jerman): pusat perdagangan
tembakau
b. Tokyo (Jepang): sebagai kota pelabuhan
dan pusat industri serta perdagangan
c. Philadelphia (AS): sebagai kota
pelabuhan, jalur ekspor batu bara dan
baja
3. Kota pusat pemerintahan (pusat
pemerintahan suatu negara atau wilayah
yang lebih kecil)
Contoh: Jakarta
4. Kota pusat kebudayaan (berhubungan
erat dengan adat istiadat yang berlaku
pada masyarakat setempat)
Contoh:
a. Tabanan (Bali)
b. Surakarta
c. Yogyakarta
d. Bukit Tinggi
5. Kota pusat kesehatan (menonjolkan
pusat-pusat pelayanan kesehatan khusus
bagi masyarakat)
Contoh:
a. Singapura
 Kota di Indonesia menurut sejarah terjadinya
1. Kota pertambangan
Contoh:
a. Sawahlunto, Bukit Tinggi, Ombilin: penghasil
batu bara
b. Bontang (Kaltim), Arun (Aceh): penghasil gas
alam
c. Soroako (Papua): penghasil nikel
d. Dumai, Sigli, Lhokseumawe (Aceh), Sungai
Gerong, Plaju, Wonokromo, Cepu, Tarakan,
Balikpapan, dan Sorong: penghasil minyak
bumi
2. Kota perkebunan
Membutuhkan lahan luas yang subur
dan iklim yang sesuai
Contoh:
Palembang, Jambi, Pematang Siantar,
Bengkulu, Bogor, Malang, Lembang,
Subang, Wonosobo
3. Kota perdagangan
Memiliki lokasi yang strategis
Contoh:
a. Surabaya
b. Palembang
c. Cirebon
d. Semarang
e. Ambon
f. Banda Aceh
4. Kota kebudayaan atau kerajaan
Kerajaan biasanya tumbuh di daerah
yang subur, relief baik, air mudah
didapat, strategis, dekat dengan sungai
besar.
Contoh:
a. Yogyakarta
b. Kartasura
c. Surakarta
d. Kediri
e. Cirebon
 Kota menurut tahap perkembangannya
1. Tahap eopolis: tahap perkembangan
desa yang sudah teratur dan organisasi
masyarakatnya sudah memperlihatkan
ciri perkotaan
2. Tahap polis: cirinya kota masih bersifat
agraris
3. Tahap metropolis: ditandai dengan
sebagian orientasi kehidupan ekonomi
penduduk mulai mengarah ke sektor
industri. Contoh: Jakarta, Bandung,
Medan, Surabaya, dan Makasar
4. Tahap megapolis: suatu tahap dimana
ukuran wilayah perkotaan sudah sangat
besar. Dalam beberapa segi, kota ini telah
mencapai titik tertinggi dan
memperlihatkan tanda-tanda akan
mengalami penurunan kualitas
5. Tahap tyranopolis: cirinya kehidupan
masyarakat telah dikuasai oleh para tiran,
diwarnai kekacauan dan tingkat
kriminalitas sangat tinggi
6.Tahap nekropolis: tahap perkembangan
kota menuju ke arah kematian
POLA KERUANGAN KOTA
1. Inti Kota ( core or city )
Pusat kegiatan ekonomi, politik, dan budaya. (
Pusat Kegiatan Daerah ( PDK), Central
Bussiness District (CBD) )
2. Selaput inti kota
Berkembangnya inti kota dapat mengakibatkan
beberapa pola unit kegiatan
a. Sentralisasi
b. Nukleasi
c. Desentralisasi
d. Segregasi
Berbagai Pola Unit Kegiatan Pada Perkotaan / Kota Sebagai Pusat
Kebudayaan, Perekonomian, Politik, Teknologi, Budaya, Dll
a. Pola Sentralisasi
Pola sentralisasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang cenderung
berkumpul atau berkelompok pada satu daerah atau wilayah utama. Area
utama tersebut merupakan daerah yang ramai dikunjungi serta dilewati
oleh banyak orang pada pagi, siang, dan sore hari namum sunyi di
malam hari.
b. Pola Desentralisasi
Pola desentralisasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang
cenderung menjauhi titik pusat kota atau inti kota sehingga dapat
membentuk suatu inti / nukleus kota yang baru.
c. Pola Nukleasi
Pola nukleasi adalah pola persebaran kegiatan kota yang mirip dengan
pola penyebaran sentralisasi namun dengan skala ukuran yang lebih
kecil di mana inti kegiatan perkotaan berada di daerah utama.
d. Pola Segresi
Pola segresi adalah pola persebaran yang saling terpisah-pisah satu
sama lain menurut pembagian sosial, budaya, ekonomi, dan lain
sebagainya
3. Kota satelit: wilayah pemekaran kota
yang masih memiliki sifat-sifat kota,
merupakan sub koordinasi dari pusatpusat kegiatan yang lebih besar.
Ciri-ciri:
a. memiliki pusat-pusat kecil di bidang
industri (sebagai kota produksi)
b. Terbentuk lebih dulu daripada sub urban
c. Jumlah penduduk lebih banyak
dibandingkan sub urban
4.Sub urban: jauh dari inti kota namun
masih mencakup wilayah komuter area.
Berfungsi sebagi tempat tinggal para
pekerja di kota dan pekerja manufaktur
di kota satelit.
5.Slums area (daerah kumuh di suatu
wilayah kota).
MODEL STRUKTUR
RUANG KOTA
A. Teori Konsentrik ( Sosiolog AS Meneliti
Struktur kota Chicago EW. Burgess)
Pusat Kegiatan
Zona Transisi
Wil. Masyarakat
Berpendapatan Rendah
Wil. Masyarakat Berpenghasilan
Menengah
Wil. Tempat Tinggal Masyarakat
Berpenghasilan Tinggi
Wil. Batas Kota Desa
TEORI SEKTORAL
Homer Hoyt 1930
Pola perkembangan kota cenderung berkembang
berdasarkan sektor-sektor dari pada lingkaran
konsentrik.
Menurut teori ini pusat kegiatan daerah terletak
dipusat kota, perkembangan penggunaan lahan
berkembang menurut sektor-sektor yang
membentuknya.
( Dipengaruhi oleh Bentuk lahan dan
pengembangan jalan )
STRUKTUR MODEL SEKTORAL
Pusat Daerah Kegiatan
Perumahan kaum buruh
Perdagangan Besar dan Industri Kecil
Perumahan Kaum Elit
Perumahan menengah
TEORI INTI BERGANDA
Harris & Ullman 1945
Didalam suatu kota kadang-kadang
terdapat tempat tertentu yang berfungsi
sebagai inti-inti kota dan pusat
pertumbuhan baru.Hal tersebut
menyebabkan ada beberapa inti dalam
suatu wilayah perkotaan.
Cth. Tempat yang dapat menjadi inti kota
( Wilayah industri, Pelabuhan, Jaringan
Jalan, Perguruan tinggi, stasiun dll )
Pusat Daerah kegiatan
Perumahan kaum
buruh/Kelas rendah
Zone Industri skala besar
Perumahan kaum menengah
Perumahan kaum elit
Industri berat
Zone Bisnis di luar pusat
daerah kegiatan
Zone pemukiman daerah
urban
Industri ringan di
sub urban
Potensi dan permasalahan kota
Potensi sebuah kota secara fisik dan sosial:
1. Fisik kota
Lahan dimanfaatkan untuk pemukiman,
industri, perdagangan, perkantoran,
fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan)
2. Sosial kota
Keanekaragaman budaya
Permasalahan kota:
1. Tingkat urbanisasi yang tinggi
menyebabkan slums area, peningkatan
kriminalitas, kemiskinan, dsb.
2. Tercemarnya air tanah, udara, dan suara
3. Terjadinya kemacetan lalu lintas
4. Konflik sosial akibat multikultural
INTERAKSI DESA KOTA
Hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi atar dua wilayah atau lebih yang
dapat menimbulkan gejala, kenampakan atau
permasalahan baru.
Kata kunci:
1. Hubungan timbal balik 2 wilayah
2. Pergerakan ( manusia, gagasan, info, tekno,
keindahan, bencana alam dan materi atau
benda seperti hasil produksi)
3. Timbul gejala baru atau permasalahan baru
(+ / - ) (urbanisasi, ruralisasi, kawin campur )
Faktor yang mempengaruhi
Interaksi keruangan
(E. Ullman )
1. Regional complementarity ( wilayah yang
saling melengkapi )
2. Intervening opportunity ( adanya
kesempatan )
3. Spatial transfer ability ( Kemudahan
pemindahan ( manusia, gagasan, barang
dan jasa dll dalam suatu ruang/wilayah )
ALUR POKOK INTERAKSI
KERUANGAN
Komplementaritas
MANUSIA
Lokasi
Transferabilitas
MATERI
Relokasi
Intervening
opportunities
ENERGI
Distribusi
INFORMASI
Difusi
a. Skema Komplemeritas Regional
WILAYAH B
WILAYAH A
- SDA X
+ SDA X
+ SDA Y
- SDA Y
- SDA Z
- SDA Z
WILAYAH C
- SDA X
- SDA Y
+ SDA Z
Jaringan Kuat
b. SKEMA MELEMAHNYA INTERAKSI
AKIBAT INTERVENING OPPORTUNITY
WILAYAH B
WILAYAH A
- SDA X
+ SDA X
+ SDA Y
- SDA Y
WILAYAH C
+ SDA X
+ SDA Y
Jaringan Interaksi melemah
SKEMA MELEMAHNYA INTERAKSI
AKIBAT INTERVENING OPPORTUNITY
Akibat adanya alternatif pengganti SDA
WILAYAH B
WILAYAH A
- SDA X
+ SDA X
SDA X Dapat
diganti SDA Z
+ SDA Z
c. Spatial transfer ability
Berkaitan dengan
1. Jarak mutlak dan relatif
2. Biaya angkut yang memindahkan
manusia, barang, gagasan dan info ke
satu tempat ke tempat lain
3. Kemudahan dan kelancaran prasarana
transportasi
Zone Interaksi Desa Kota
( Bintarto, 1983 )
Pusat Kota
Suburban
Suburban fringe
Urban fringe
Rural urban fringe
Rural
1. Pusat kota (city)
2. Suburban atau sub daerah perkotaan:
suatu wilayah yang lokasinya berdekatan
dengan pusat kota. Ciri: tempat tinggal
para panglaju
3. Suburban fringe atau jalur tepi sub
daerah perkotaan:
4. jalur tepi sub daerah perkotaan:
suatu wilayah yang dikelilingi sub daerah
perkotaan (suburban) dan merupakan
peralihan daerah menuju desa
4. Urban fringe atau jalur tepi daerah
perkotaan paling luar: semua batas
wilayah terluar kota ditandai oleh sifatsifat mirip dengan wilayah kota
5. Rural urban fringe atau jalur batas desa
kota: ditandai dengan penggunaan lahan
campuran, antara sektor pertanian dan
non pertanian
6. Rural atau daerah pedesaan
PENGARUH INTERAKSI KERUANGAN
Desa Kota PENGARUH
Pengaruh + Bagi Desa
• + Tingkat Pendidikan dan pengetahuan
• Pembangunan fasilitas pendidikan
• Pengembangan sarana transportasi
desa kota
• Penggunaan teknologi tepat guna di
desa
• Masuknya para ahli ke desa
• Lancarnya hubungan desa kota
Pengaruh - Bagi Desa
• Perpindahan penduduk usia muda ke
kota
• Rusaknya ekosistem desa berupa
perubahan lahan
• Penetrasi kebudayaan sehingga
menyebabkan pudarnya budaya di desa
Dampak + Bagi Kota
1. Kemajuan bid transp yg menghubungkan
desa dengn kota
2. Terpenuhinya keb. Bahan baku dan
tenaga kerja
3. Tersalurnya hasil prod. Kota ke desa
4. Akulturasi kebudayaan
5. Memungkinkan pernikahan campur
Dampak – bg Kota
1. Slum area
2. Tata ruang kota tidak ideal
3. Munculnya konflik antar etnik
IDENTIFIKASI KONFLIK
PEMANFAATAN LAHAN dan
PEMUKIMAN PADA SUATU WILAYAH
•
Wilayah yang luas dimuka bumi berupa
daratan disebut LAHAN
Faktor yang mempengaruhi penggunaan
lahan
1. Perilaku masyarakat
2. Faktor ekonomi
3. Kepentingan Umum
STANDAR PENGGUNAAN LAHAN
1. Standar Lokasi
No. Prasarana
1.
2.
3.
4.
5.
Pusat tempat kerja
Pusat kota
Pasar Lokal
SD
SMP
Jarak dari tempat
tinggal (jalan kaki )
20-30
30-45
10
10
20
No. Prasarana
6.
7.
8.
9
SMA
Tempat bermain anak
Rekreasi OL
Taman Umum
Jarak dari tempat
tinggal (jalan kaki )
20-30
10
20
60
2. Standar Luas
No. Prasarana
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Balai kesehatan
Tempat Ibadah
Taman (Ruang terbuka)
Tempat OL
Tempat bermain anak
Pasar
Toko
Balai pertemuan
Luas tanah/1000pddk
200 m2
250 m2
5.000 m2
3.000 m2
1.000 m2
500 m2
1.000 m2
250 m2
Syarat PL baik dan terencana
1. Lahan mendukung/akomodatif untuk
proyek prioritas pembangunan
2. Sesuai dengan nilai ekonominya
3. Lahan digunakan tidak boros
4. Sesuai dengan daya dukung lahan
5. Sesuai dengan hukum yang berlaku
Dampak Pertumbuhan pemukiman
terhadap kualitas lingkungan
Indikator kualitas hidup manusia
1. Terkait Langsung dengan manusia
a. Tingkat harapan hidup
b. IMR
c. ASFR
2. Terkait dengan Faktor kesehatan
a. Penggunaan air bersih
b. Jmlh korban penyakit menular
c. Rasio penduduk Vs Dokter
3. Terkait dengan Pendidikan
a. Partisipasi anak usia sekolah
b. Tingkat melek huruf
4. Terkait dengan Ekonomi
a. Tingkat pengangguran
b. Rasio pekerja perempuan dengan total
pekerja
c. Pemakaian tenaga anak