14 GIS Pusdatin Makasar

Download Report

Transcript 14 GIS Pusdatin Makasar

Sistem Informasi Geografis
• Teknologi yang digunakan untuk Visualisasi dan analisis
data dari perspektif geografis.
• Sistem yang terdiri dari SDM, software, data, peta yang
didisain untuk menyimpan, mengolah, menganalisis dan
menampilkan data yang mempunyai referensi geografis.
Proses SIG
Pengumpulan Data
Dunia
Pemasukan Data
Sumber Data
(spatial & non spatial)
Informasi
Pengguna
Pengelolaan Data
Analisis Data
Analisis
KOMPONEN SIG
•
•
•
•
•
Data
Perangkat Lunak
Perangkat Keras
Tata Cara ( Prosedur)
Manusia
DATA
SDM
HARDWARE
SIG
PROSEDURE
KERJA
SOFTWARE
• SIG dijadikan alat bantu pengelolaan
–
–
–
–
–
Integrasi Analisis Keruangan dan Atribut
Simulasi Analisis
Perencanaan Menyeluruh
Memudahkan pemutakhiran
Menekan biaya secara keseluruhan
Manfaat SIG
•
•
•
•
•
Menjelaskan tentang lokasi atau letak
Menjelaskan kondisi ruang
–
kondisi fisik
–
kondisi sosial
Menjelaskan suatu kecenderungan
–
pergerakan suatu fenomena menurut ruang dan waktu
–
menjelaskan sesuatu yang mungkin akan terjadi di masa mendatang
dengan penggambaran lokasi di mana fenomena tersebut akan terjadi
Menjelaskan pola dan hubungan spasial
–
pola fenomena secara spasial: scatter/random, uniform, cluster
–
menjelaskan korelasi spasial suatu fenomena dengan fenomena lain
Pemodelan
–
menjawab pertanyaan jika … maka …, dengan … akan terjadi …
–
mengaitkan berbagai informasi tentang letak, kondisi lokasi, pola,
hubungan, dan kecenderungannya
–
gambaran fenomena yang akan terjadi (prediction, forecasting)
Aplikasi SIG di Bidang Kesehatan
• Pendekatan GIS untuk pemetaan penyakit
– Mengetahui difusi pola sebaran penyakit dari tahun ke
tahun
– Pendekatan lingkungan pendukung hidup penyebab
penyakit
Pendekatan GIS untuk sistem pelayanan kesehatan
– Pemetaan aset-aset sarana kesehatan
– Analisis keterjangkauan sarana kesehatan oleh
masyarakat
SITUASI MALARIA DI KABUPATEN
PURWOREJO TAHUN 2005
Sumber: Website Resmi Dinas Kesehatan Kab. Purworejo
• Pada tahun 1999 jumlah kasus 21.275 (API 28 0/00) dengan
jumlah kematian 5 orang, tahun 2000 terdapat 34.030 kasus
(API 44,6 0/00) dengan jumlah kematian 3 orang, sedangkan
tahun 2001 jumlah kasus 22.399 (API 29,6 0/00) dengan
jumlah kematian 7 orang. Dari kasus tersebut 352 (1,57 %)
merupakan kasus bayi. Sedangkan tahun 2002 jumlah kasus
menurun lagi menjadi 14.127 (API 19,14 o/oo). Tahun 2003
jumlah kasus 2923 orang (API 3,78 o/oo), dan tahun 2004
jumlah kasus 597 orang (API 0,77 o/oo). Namun dengan
penurunan tersebut bukan berarti tidak menjadi prioritas lagi,
karena meskipun kasus turun namun harus dapat
mempertahankan tetap menjadi daerah LCI.
• Proporsi parasit penyebabnya yaitu 67 % Plasmodium
falcifarum, 28 % Plasmodium vivax dan sisanya berupa
campuran (mix) 5 %.
• Adapun berdasarkan mata pencaharian yaitu
tani/buruh/nelayan 64,86 %, PNS/TNI/POLRI 6,99 %,
dagang 7,29 % dan lain-lain 20 %.
• Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Purworejo
756.264 jiwa terdiri atas 371.470 laki-laki dan 384.796
wanita dengan tingkat kepadatan 712,75/Km².
• Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
yaitu:
• Tidak sekolah
:
5,95 %
• Tidak tamat SD
:
20,26 %
• Tamat SD
:
33,35 %
• Tamat SLTP
:
19,17 %
• Tamat SLTA
:
17,77 %
• Tamat D3/S1
:
3
%.
• Kejadian malaria didominasi oleh lima wilayah kecamatan yaitu:
Kecamatan Bruno, Loano, Bener, Gebang, dan Kemiri. Kelima
wilayah ini didominasi oleh wilayah perbukitan/pegunungan di
kawasan Perbukitan Menoreh. Dilihat dari tata guna tanah
meliputi persawahan terasiring, tanaman pohon keras, semak belukar
yang luas, mata air , parit/sungai yang banyak terdapat genangan
airnya. Kondisi tersebut memungkinkan densitas nyamuk anopheles
cenderung stabil bahkan meningkat. Kasus malaria yang meningkat
ada kaitan dengan densitas nyamuk yang dipengaruhi pula oleh faktor
– faktor seperti perilaku masyarakat terhadap upaya pencegahan,
lingkungan, musim dan strategi pengobatan. Kondisi lingkungan
tersebut menambah sulitnya penanggulangan malaria di Kabupaten
Purworejo.
• Peta-peta yang ditayangkan
sebelumnya, merupakan
visualisasi data atribut yang
tersimpan dalam peta digital
wilayah administrasi Kabupaten
Purworejo.
Beberapa contoh peran Sistem informasi
geografis dalam menyajikan data dasar
Manfaat GIS Kesehatan-Summary
•
•
Decision Support System
– Visualisasi distribusi dan kondisi sarana dan prasarana kesehatan tiap
daerah
– Memudahkan pengambilan keputusan terhadap pembangunan dan
perawatan fasilitas-fasilias kesehatan.
– Memudahkan pengambilan keputusan terhadap distribusi tenaga
kesehatan.
– Berbagai visualisasi tematik dan laporan fasiltas sarana dan prasarana
kesehatan.
Quick Response System
– Analisis rute terdekat, misal terjadi bencana dapat segera diketahui posisi
fasilitas kesehatan terdekat.
– Buffering lokasi terjadinya bencana, dan tindakan responsif yang dapat
diambil
– Pencarian lokasi fasilitas kesehatan secara spasial (keruangan).
Tantangan dan Solusi
Sumberdaya Manusia
Tantangan
• Perlu sumberdaya manusia yang andal
• Masih terbatasnya lembaga pendidikan
formal dan non formal di bidang SIG
• Masih minimnya pengetahuan masyarakat
mengenai manfaat SIG
Solusi
• Diseminasi SIG melalui Seminar, Pameran,
Lokakarya, Kursus.
• Penyediaan media belajar SIG
• Peningkatan kemampuan SDM melalui
pendidikan formal, training
Teknologi
•Perangkat keras, dari mulai satelit, pesawat,
sensor, komputer, alat navigasi.
•Perangkat lunak untuk analisis SIG dan
pemrosesan citra.
•SIG berbasis internet
•Teknologi perangkat keras sulit bersaing
dengan negara maju karena keterbatasan
SDM dan dana
• Indonesia dapat bersaing dalam pembuatan
perangkat lunak SIG.
• Perlu insentif bagi mereka yang ingin
mengembangkan perangkat lunak
Ketersediaan dan Realibilitas Data
Tantangan
•Hasil analisis SIG ditentukan oleh kualitas data
•Data Spasial terbatas, peta dasar untuk
wilayah Timur Indonesia seperti Papua masih minim.
•Citra satelit/Foto Udara kadang terkendala
oleh tutupan awan
•Data atribut dari berbagai Instansi
kadang bertentangan satu sama lain.
Solusi
•Pengambilan data langsung baik data spasial maupun
atribut, ada keterbatasan pada biaya, waktu dan tenaga,
Baik dilakukan untuk skala lokal.
•Perlu koordinasi yang jelas antar instansi pengumpul data
agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengumpulan data
lebih efisien.