11. sumberdaya alam hutan

Download Report

Transcript 11. sumberdaya alam hutan

SUMBERDAYA ALAM HUTAN
DAN PERMASALAHANNYA
Kajian mengenai hutan termasuk juga sektor kehutanan di
Indonesia, pada umumnya berkisar pada tiga aspek yaitu:
1
upaya mengintegrasikan antara kepentingan ekonomi
yaitu hutan sebagai penghasil devisa untuk biaya
pembangunan, dengan kepentingan ekologis hutan
sebagai daya dukung keseimbangan lingkungan
2
adanya ketidakmerataan hasil hutan terutama kayu
antara kelompok pengelola dengan masyarakat lokal
yang notabeni mereka sebagai pemilik
3
lemahnya kekuatan kontrol lembaga pemerintahan
baik lokal maupun pusat terhadap permasalahan
kehutanan
Fungsi Dan Manfaat Hutan
Luas lahan negara Indonesia kurang lebih
194 juta hektar. Dari luas lahan tersebut
terdapat beberapa bagian diantaranya:
berupa lingkungan hidup binaan manusia
sebesar 25% (seperti: desa, kota, jalan,
industri)
sisanya seluas 75% berupa hutan
Hutan yang ada di Indonesia menurut fungsinya dibedakan
menjadi beberapa jenis diantaranya terdiri dari:
Hutan Produksi Tetap 17.8%
Lahan Binaan 25.0%
15,5% hutan konversi
17% hutan produksi tetap
Hutan Produksi Terbatas
15.6%
16,1% hutan produksi terbatas
15,1% berupa hutan lindung
Taman Nasional & Cagar Alam
9.9%
Hutan Lindung 15.6%
Hutan Konvensional 16.1%
9,8% suaka alam dan hutan wisata
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Konvensional
Hutan Lindung
Taman Nasional & Cagar Alam
Lahan Binaan
Fungsi Hutan
Kawasan hutan yang karena sifat-sifat alamnya diperuntukkan guna pengaturan
tata air dan pencegahan bencana banjir dan erosi, serta untuk pemeliharaan
kesuburan tanah.
Kawasan hutan yang diperuntukkan guna memproduksi hasil hutan untuk
keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan,
industri dan ekspor.
•
•
Hutan produksi dengan penggunaan terbatas, yaitu hutan produksi yang hanya
dapat di eksploitasi dengan cara tebang pilih.
Hutan produksi dengan penebangan bebas yang diartikan sebagai hutan
produksi yang dapat dieksploitasi baik dengan tebang pilih maupun dengan cara
tebang habis disertai dengan pembibitan alam atau dengan pembibitan buatan.
Lanjutan…
Merupakan kawasan hutan yang karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara
khusus untuk perlindungan alam hayati lainnya antara lain dapat dibagi dalam
bebrapa jenis yaitu:
•
•
Hutan suaka alam yang berhubungan dengan alamnya yang khas, termasuk alam hewani dan
alam nabati yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang
selanjutnya disebut cagar alam.
Hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup margasatwa yang mempunyai
nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan
nasional yang kemudian disebut margasatwa.
Kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk dibina dan dipelihara
guna kepentingan pariwisata atau perburuan, yaitu:
•
•
Hutan wisata yang memiliki keindahan alam baik keindahan nabati, keindahan hewani, maupun
keindahan alamnya sendiri memiliki corak yang khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
rekreasi dan kebudayaan. Hutan seperti ini disebut sebagai taman wisata.
Hutan wisata yang di dalamnya terdapat satwa baru yang memungkinkan diselenggarakannya
perburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi, yang selanjutnya disebut taman baru.
Manfaat Hutan
Hutan sebagai keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati (biodiversity) mengacu kepada keanekaan dan
kelimpahan gen, jenis dan populasi makhluk hidup, tumbuhan, hewan dan
mikro organisme, serta ekositem dimana makhluk hidup itu berada (Soerjani,
1997)
Keanekaragaman hayati ini harus dimaknai secara jelas, karena ada beberapa
pengertian dan syarat yang perlu diketahui, yakni:
 Keanekaragaman hayati memberi makna kekayaan gen, jenis, populasi dan ekosistem.
Misalnya dari segi gen, kita mempunyai keanekaragaman yang tinggi dari jenis pisang, seperti:
pisang tanduk, pisang kijang, pisang emas, pisang susu, pisang kepok, pisang oli, pisang raja,
pisang ambon, pisang klutuk, pisang barangan, dan sebagainya.
 Gen, jenis populasi atau ekosistem itu harus menempati “relungnya” yang sesuai, misalnya
harimau itu tempatnya memang di hutan, bukan berkeliaran di tengah kota, ikan berada di
perairan, burung umumnya berada di udara, dan seterusnya.
 Peningkatan keanekaragaman dengan jenis eksotik tanpa pertimbangan yang masak dapat
menimbulkan malapetaka, seperti kasus kelinci yang diimpor ke Australia, yang merusak budi
daya tanaman, yang kemudian di atasi dengan impor srigala merah yang ternyata
menimbulkan masalah baru karena banyak memangsa Marsupialia (kanguru kecil) yang
dilindungi.
Tafsiran Jenis Kelompok Makhluk hidup
yang Ada di Indonesia dan Dunia
Kelompok
Hewan menyusui
Dunia
Indonesia
Prosentase
40.000
3.000
7,5
Burung
8.900
1.500
16,9
Reptil
8.000
2.000
25,0
Amfibi
6.000
1.000
16,7
38.000
8.500
22,4
150.000
20.000
13,3
1.250.000
250.000
20,0
Tumbuhan biji
300.000
25.000
8,3
Paku-pakuan
13.000
1.250
9,6
Lumut
16.000
1.500
9,4
Ganggang
21.000
1.800
8,6
100.000
12.000
12,0
2.700
1.953.600
300
327.850
11,1
180,8
Ikan
Keong
Serangga
Jamur
Bakteri/ganggang biru
Jumlah
Lanjutan…
Hutan dengan vegetasinya mempunyai keterkaitan yang erat dengan ekologi
seperti: penyangga keseimbangan suhu dan iklim, menjaga aliran air, pencegah
erosi, penyebab O2 dan sebagainya.
Menurut Houghton dan Woodwell (1989) neraca pengurangan dan
penambahan CO2 adalah sebagai berikut:
• Neraca difusi fisika-kimia dari laut mengakibatkan pengurangan CO2
sebanyak 4 miliar m ton/tahun
• Neraca pernafasan melepas 50 m ton CO2/tahun, dan fotosintesa
menyerap 100 m ton CO2/tahun, sehingga tumbuhan menyebabkan
pengurangan 50 m ton CO2/tahun
• Pengurangan 50 m ton/tahun dari “pernafasan” tanah (dari limbah,
kegiatan pertanian lahan organik, dan sebagainya)
• Pelepasan CO2 dari energi fosil, sebagian besar dari industri sebanyak 5 m
ton/tahun.
Lanjutan…
Hutan sebagai pendorong pembangunan
Sektor kehutanan adalah penghasil
devisa non migas nomor dua setelah
tekstil. Di samping itu sektor hutan juga
mempekerjakan ± 300.000 orang
pekerja secara langsung dan 700.000
orang secara tidak langsung.
Sampai september 1999, ada
422 pemegang Hak Penguasaan
Hutan (HPH) aktif menguasai
sekitar 51 juta hektar hutan usaha
yang terbagi dalam 35 grup
besar
Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan Luas Lahan yang Dikuasainya
NO
1
NAMA
Siak Raya Grup
JUMLAH
4 Perusahaan
LUAS (Ha)
329.000
PEMILIK/PJB
2
Bhara Induk Grup
5 Perusahaan
345.000
M. Jannal
3
Bumi Indah Raya
4 Perusahaan
427.000
Soenaryo. P
4
Hutrindo Prajen
5 Perusahaan
438.000
Akie Setiawan
5
Tanjung Raya Grup
6 Perusahaan
476.000
HA. Bakrie
6
Kayu Mas Grup
6 Perusahaan
519.000
Tekman K
7
Dayak Besar Grup
6 Perusahaan
544.000
Yusuf Hamka
8
Benua Indah Grup
5 Perusahaan
563.000
Budiono
9
Sumber Mas Grup
6 Perusahaan
597.000
Yos Sutomo
10
Bumi Raya Utama
6 Perusahaan
609.455
Pintarso, Adiyamto
11
Hutrindo Wanabangun
6 Perusahaan
649.000
Alex Karampis
12
Raya Garuda Mas
8 Perusahaan
659.500
Sukanto Tanoto
13
Dayak Sakti Grup
7 Perusahaan
672.000
Windya Rachman
14
Sumarlindo Grup
6 Perusahaan
796.300
Winarto Oetomo
15
Panca Eka Bina Plywood
8 Perusahaan
835.000
Supendi
16
Kalamur
8 Perusahaan
969.500
Anthony Salim
17
PT Satya Djaya Raya
7 Perusahaan
1.026.000
Asbert Lyman
18
Surya Dumai
8 Perusahaan
1.108.000
Martias
19
Kalimanis Grup
6 Perusahaan
1.352.000
Bob Hasan
20
Budhi Nusa
7 Perusahaan
1.190.700
Burhan Uray
21
Korindo
8 Perusahaan
1.493.500
In Yong Sun
22
Alas Kusuma
15 Perusahaan
2.189.000
PO. Suwandi
23
Djayanti
20 Perusahaan
2.805.500
Burhan Uray
24
Kayu Lapis Indonesia
17 Perusahaan
3.142.800
Andi Sutanto H.
25
Barito Pasific
39 Perusahaan
3.536.800
Prajogo P.
Sumarta
Masalah Hutan Indonesia
Masalah yang paling serius yang dihadapi oleh hutan Indonesia adalah masalah
deforestasi atau penyusutan luas hutan. sistem eksploitasi yang dijalankan selama
ini, telah menyebabkan kawasan hutan menyusut dengan sangat cepat, Indonesia
telah kehilangan 72% hutan asli dalam kurun waktu tidak lebih dari tiga dekade,
dengan tingkat deforestasi yang tertinggi di dunia.
Kebakaran hutan skala besar adalah
sebuah fenomena yang cenderung menjadi
rutin dalam 20 tahun terakhir.
Kecenderungan tersebut ditunjukkan
dengan siklus kebakaran hutan yang
semakin pendek dan meluas setiap tahun
Masih segar dalam ingatan kita pada
tahun 1982, kebakaran hutan di
Kalimantan Timur yang
menghanguskan lebih dari 3 juta
hektar, lalu berturut-turut kebakaran
hutan yang terjadi pada tahun 1991,
1994 dan mulai tahun 1997 terjadi
kebakaran hutan hampir setiap tahun
Menurut Renata Simanatupang masalah kehutanan di Indonesia
disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
Berdasarkan data DEPHUTBUN,
kebutuhan bahan baku kayu bulat
mencapai 60 juta m3, sementara
kemampuan hutan memasok kayu
hanya sebesar 30 juta m3, selebihnya
berasal dari kayu ilegal
Produk Kayu Bulat Nasional (m3)
Tahun
RKT
IPK
HTI
Total RKT, IPK,
HTI
Total Nasional
1993/1994
25.186.291
-
-
25.186.291
26.848.010
1994/1995
17.308.658
4.708.696
-
22.017.353
24.027.277
1995/1996
16.493.933
5.398.195
-
21.892.129
24.850.061
1996/1997
13.751.646
7.454.189
-
21.205.835
26.069.282
1997/1998
15.597.546
10.038.228
425.892
28.981.667
29.149.419
1998/1999
10.179.406
6.056.179
445.356
16.680.938
17.242.999
Lanjutan…
Menurut Bank Dunia, kapasitas
terpasang industri seperti plywood,
pulp dan kertas meningkat terlalu
cepat yaitu dua kali lipat selama
1970-1990, sementara kenaikan
produksi dari kertas, pulp, dan paper
board hampir tiga kali lipatnya. Hal
ini terjadi karena mengikuti
perkembangan pasar dunia, dimana
peningkatan ekspor dari kedua
industri itu cukup besar selama dua
tahun terakhir.
Lanjutan…
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa di masa orde baru, HPH menjadi
jatah petinggi-petinggi militer. Kemudian HPH itu berpindah ke tangan
penguasa, dan selanjutnya HPH juga diberikan kepada kalangan dekat
mantan presiden Soeharto. Demikian parahnya kasus KKN mengakar di
sektor kehutanan sehingga seringkali berbagai peraturan yang dikeluarkan
tidak berjalan dengan efektif.
Para “raja hutan” mendapat hak konversi lahan hutan menjadi perkebunan
kelapa sawit. Kembali menurut Skepti, mereka mendapat hak istimewa itu
adalah Sukanto Tanoto (PT. Indah Indo Sawit), Eka Tjipta Widjaja dan
Soehargo Gondokusumo (Dharmala grup), grup Prasetya Mulya, Basuki
Angko Subroto (Gunung Sewu), Tay Jui Chuan (Pulau Sambu) dan Sjamsul
Nursalim yang mendapat ijin mengkonversi hutan bakau di Sumatera Selatan
menjadi tambak udang
Lanjutan…
Dalam prakteknya, pemberian HPH sering kali mengabaikan hak rakyat atas hutan adat
yang telah mereka tinggali atau memanfaatkan hutan untuk memenuhi hidup mereka.
Walaupun di satu sisi usaha perkayuan memang menyerap tenaga kerja, tetapi di sisi
lain yang merasakan dampak negatif akibat kerusakan hutan adalah masyarakat
sekitar hutan, sementara para pengusaha HPH menggunakan penghasilannya tidak untuk
mengembangkan hutan tapi untuk berekspansi di sektor lain.
Dunia atau IMF kadang bertentangan dengan kondisi yang dikritiknya. Misalnya,
Bank Dunia menyoroti tentang maraknya pencurian kayu dan log ilegal, tapi
menuntut dibukanya pintu ekspor kayu kelondongan dengan pajak 0%. Di sini
terlihat sekali bahwa Bank Dunia menginginkan diberlakukannya kebijakan yang
menguntungkan pasar internasional.
Kondisi huta Indonesia
Pembakaran Hutan untuk Pertanian
Kondisi Hutan Produksi
Hutan Tanaman Industri
Penggundulan Hutan