Kajian fqh da`wah

Download Report

Transcript Kajian fqh da`wah

Kajian Fiqh
Da’wah: Kewajiban atau
Profesi
(Pengajaran dan Upah)
Oleh Hisyam
Jatinangor, 4 September 2013
Fakta-fakta yang terlihat
1. Ustad yang ikhlas mengajarkan ilmunya
tanpa ada motif materi
2. Ustad yang menjadikan da’wah sebagai
sumber penghasilan (mematok tarif
layaknya menjual jasa)
Ustad yang ikhlas (Ulama yang
Mukhlis)
• Menjalankan da’wah semata-mata karena perintah dari
Allah SWT.
• Tidak pernah menyembunyikan ayat atau bahkan
mempersulit ummat untuk memperoleh pengajaran
• Diminta ataupun tidak, lisannya akan selalu
menyampaikan kebenaran
• Berlomba-lomba untuk mempelajari alqur’an dan
mengajarkannya
“Sebaik-baik kalian adalah yang menta’lim al-Quran dan
yang mengajarkannya,”(HR. Bukhari dan Tirmidzi).
Ustad yang menjadikan da’wah sebagai
sumber penghasilan (mematok tarif layaknya
menjual jasa)
• Mendahulukan populeritas
• menyampaikan yang diinginkan orang bukan
yang dibutuhkan oleh orang
• Lidahnya terkunci oleh bayang-bayang tidak
laku
• Tidak risih jika diduetkan dgn ahli ma’siyat
• Mematok tarif
• Mempersulit ummat untuk memperoleh
pengajaran
Faktor-Faktor Yang melahirkan
Ustad Tarif
• Sistem kapitalisme yang melahirkan sistem
sosial yang serba materi oriented.
• Pergeseran paradigma Da’wah (dari Perintah
menjadi profesi, menyampaikan apa yg
diinginkan masyarakat bukan yang dibutuhkan
masyarakat)
• Kesejahteraan para mualim.
• Minimnya peran negara dalam mendukung
aktivitas da’wah.
Bagaimana hukum Menerima
Upah dalam da’wah?
• Boleh
• Haram
Hukumnya Boleh
• Imam Malik dan Imam Syafii termasuk Madzhab
Dhohiri
memperbolehkan seseorang atau lembaga mengambil upah dari
pengajaran al-Quran. Pendapat mereka disandarkan kepada hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Nabi saw. bersabda:
‫َلل‬
ِ َّ ‫اب‬
ُ ‫إنَّ أَ َح َّق َما أَ َخ ْذ ُت ْم َع َل ْي ِه أَ ْج ًرا ِك َت‬
“Sesungguhnya suatu pekerjaan yang paling layak kalian ambil upah
atasnya adalah (mengajarkan) kitabullah.”(HR. Bukhari).
• Ibnu Qudamah dalam al-Mughniy
bahwa hadits di atas berkaitan dengan kejadian seorang sahabat yang
mendapat upah dari meruqyah seseorang dengan membacakan al-fatihah
kepadanya hingga ia sembuh.
• Imam ash-Shan’ani dalam kitab Subulus
Salam bab ‘Ahdzu al-ujroh ‘ala Qiro’atil
Quran.
bahwa kebolehan mengambil upah dari pengajaran al-Quran itu berlaku
baik peserta didiknya orang dewasa atau anak-anak. Sebagaimana
Rasulullah saw. juga mengizinkan seorang laki-laki menikahi
seorang wanita dengan mahar pengajaran al-Quran.
diriwayatkan oleh Abu Daud, dari sahabat Sahl bin Sa’d Al-Sa’idiy
diceritakan bahwa Nabi shallallahu alaih wa sallam pernah menikahkan
salah seorang sahabat dengan mahar hapalan Quran yang ia miliki untuk
diajarkan kepada istrinya..
“Aku telah nikahkah kau dan dia dengan (mahar) apa yang kau hapal dari
Qur’an”(HR Abu Daud)
• Imam Jalaluddin as-Suyuthi
berpendapat sama. Meski beliau menambahkan bila si pengajar
menentukan upah tertentu maka tidak boleh, yang boleh adalah dengan
kerelaan.
Jadi:
•
•
Pendapat pertama ini menyatakan kebolehan terjadinya ijaroh
(pengupahan) yang terkait dengan al-Quran. Baik dalam p
engajarannya, membacanya, atau dalam ruqyah menggunakan alQuran.
Ulama bersepakat atas Upah yang diambil dari baitul-maal itu sejatinya
bukan pembayaran atas ilmu tersebut, melainkan sebagai bentuk tolong
menolong dalam ketaatan (ibadah), dan itu tidak merubah nilai ibadah
pengajaran tersebut.[
Hukumnya Haram
• Imam Abu Hanifah
•
Pengajaran Al-Quran serta ilmu yang terkandung di dalamnya merupakan
sebuah Qurbah (ketaatan) yang tentunya berbuah pahala dari Allah Ta’ala.
Karena ini sebuah ibadah maka tidak perlu adanya imbalan, sama seperti
sholat atau puasa.
Diriwayatkan Imam Abu Daud Dari Ubadah bin ash-Shamit , Nabi saw.
bersabda:
“Jika engkau mau dikalungkan dengan kalung dari neraka, maka ambillah!”
kejadian ini bermula ketika Ubadah bin ash-Shamit ra. mengajarkan baca
dan tulis al-Quran kepada ahlush-shuffah (orang-orang yang diberi tempat
tinggal di mesjid Nabawi dan mendapat santunan dari baytul mal dan
sedekah orang-orang Anshar). Kemudian salah seorang di antara mereka
menghadiahkannya busur panah sebagai bayaran
• Imam Ahmad
menilai hadits Ubadah mungkar karena di dalamnya terdapat rawi bernama
al-Aswad bin Tsa’labah yang tidak dikenal di kalangan ahli hadits.
• Dalam kitab Subulus Salam
bila seandainya hadits ini shahih maka dapat ditafsirkan bahwa kecaman
Rasulullah saw. kepada Ubadah bin ash-Shamit ra. adalah karena Ubadah
adalah orang yang telah mendermakan hidupnya untuk berbuat baik dan
mengajarkan al-Quran tanpa niat mengambil upah. Sehingga perbuatan
Ubadah itu diperingatkan oleh Rasulullah saw. akan merusak pahalanya.
Selain itu, Ubadah dianggap tidak pantas menerima upah dari orang-orang
shuffah yang termasuk golongan fakir. Mereka hidup dari santunan negara
dan kaum muslimin. Oleh karena itu mengambil upah dari mereka adalah
makruh
•
Diriwayatkan Ibnu Majah
Sahabat Ubai bin Kaab pernah berkata: “Aku pernah mengajarkan Quran
kepada seseorang, kemudian aku diberikan sebuah busur (panah). Lalu
aku kabarkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaih wa sallam, lali
beliau berkata: ‘jika kau mengambilnya, itu berarti kau telah mengambil
sebuah busur dari neraka’, lalu aku kembalikan busur itu” (HR. Ibnu Majah)
•
Imam Al-Syaukani mengatakan dalam kitabnya Nailul-Author, bahwa hadits
Ubai bin Kaab yang melarang mengambil upah tidak bisa dijadikan hujjah
karena statusnya yang dhoif / lemah. Tarlebih lagi ada hadits shohih yang
menyelisihinya.
Kemudian kalaupun itu sanadnya bagus, hadits itu muhtamal (mengandung
banyak kemungkinan). Mungkin saja itu adalah Waqo’i A’yan (kejadian
personal yang khusus) untuk Ubai bin Kaab dan Ubadah bin Shomit (dalam
riwayat lain) yang tidak bisa digeneralisir untuk orang lain. Karena
maknanya yang bertentangan dengan hadits shohih itu.
Jadi......
• melakukan akad kerja dari pengajaran al-Quran, membacanya,
atau meruqyah dengan menggunakan Kitabullah, hukumnya
adalah boleh. Upah yang diterima seorang pengajar al-Quran
adalah halal.
• Dengan Catatan tidak Membuat tarif yang dapat memberatkan
ummat atau bahkan menghalangi ummat utk memperoleh
pengajaran
“Barang siapa yang ditanya mengenai suatu ilmu lalu ia
menyembunyikannya, niscaya ia akan dipecut oleh Allah swt di hari
kiamat nanti dengan tali pecut dari neraka” (HR Abu Daud,
Turmudzi dan Ibnu Majah)
Bagaimana Sikap Kita??
• Jangan menjadikan da’wah sebagai
profesi tapi jadikanlah da’wah sebagai
kewajiban yang mulya, layakny kewajiban
yang lain.
• Menyamapaikan kebenaran karena
kewajiban bukan karena keinginan
pendengar/orang.
Ingat????
ِ
ِ
َّ
َّ
ِ
ِ
‫سلِّطَ َِّ ََلَُْ َُ ْم‬
ُ
‫ل‬
‫َو‬
َ
‫ر‬
َ
‫ن‬
‫ْم‬
‫ل‬
‫ل‬
ِ
َ
‫ن‬
‫ُو‬
‫ه‬
‫ن‬
‫ت‬
‫ل‬
‫و‬
‫ف‬
‫و‬
‫ر‬
‫ع‬
‫ْم‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ب‬
‫ن‬
‫لَتَأْ ُم ُر‬
َ
َ
َ
ْ
ْ
َ
َ
ْ
َ
ُ
ْ
ْ
ُ
َ
َ
ُ
ُ
َ
ِ ‫ِشرلرُكم فَ ُ ْدَُول‬
‫اب لَ ُه ْم‬
‫ج‬
‫ت‬
‫س‬
‫ي‬
‫ل‬
‫ف‬
‫م‬
‫ك‬
‫ار‬
ُ
‫خ‬
َ
ُ
َ
ُ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ُْ َ ْ ُ َ
Hendaklah kalian benar-benar menyuruh perbuatan
yang ma’ruf dan benar-benar melarang perbuatan
yang munkar, atau (bila tidak kalian lakukan) Allah
akan menjadikan orang-orang jahat di antara kalian
berkuasa atas kalian semua (yang akibatnya banyak
sekali kejahatan dan kemungkaran diperbuatnya) lalu
orang-orang yang baik di antara kalian berdoa (agar
kejahatan dan kemungkaran itu hilang) maka doa
mereka (orang-orang baik itu) tidak diterima.
(HR Al Bazzar dan At Thabrani)
Balasan Dari Dakwah
Siapa saja yang menyeru manusia pada petunjuk (Islam),
dia pasti akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala
yang diperoleh orang yang mengikuti petunjuk itu tanpa
mengurangi sedikitpun pahalanya
(HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, an Nasa’i
dan Ibn Majah)
Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan
meneguhkan kedudukan kalian.
(QS Muhammad – 47 : 7)
Akibat tidak Mendakwahkan
Islam Sebagai
1.Didunia Terhina
2.Diakherat Disiksa