PPT Chapter: Surface Layer Works

Download Report

Transcript PPT Chapter: Surface Layer Works

Chapter 4 : Pelaksanaan Konstruksi
Lapis Permukaan Perkerasan
Sub Topik : Perkerasan Campuran Panas
Sri Atmaja P. Rosyidi
Staf Pengajar, Divisi Transportasi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
OUTLINES
PERSIAPAN PERMUKAAN
PERSIAPAN MATERIAL
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Bagian 1
PERSIAPAN PERMUKAAN
1. Pemeriksaan Penghamparan di atas
lapis fondasi agregat
 Tekstur permukaan / gradasi lapis pondasi agregat sesuai
dengan rencana. Bagian-bagian yang mengalami segregasi dan
degradasi harus diperbaiki.
 Ketebalan dan elevasi permukaan lapis pondasi telah sesuai
dengan rencana
 Kepadatan lapis pondasi harus sesuai persyaratan, yang diuji
dengan pengujian konus pasir (sand cone) atau metoda standar
lainnya yang diijinkan.
 Kerataan permukaan lapis pondasi memenuhi toleransi yang
disyaratkan, yang diuji dengan alat mistar datar 3 meter (straight
edge) baik arah melintang maupun arah memanjang.
Penghamparan di atas lapis fondasi
agregat …
 Kadar air lapis pondasi agregat di bawah kadar air optimum
(tidak basah atau becek). Kondisi permukaan yang basah akan
menyebabkan lapis resap pengikat tidak menyerap dengan baik
ke lapis pondasi agregat, yang berakibat daya lekatnya menjadi
berkurang.
 Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu,
plastik , dan lain-lain.
 Untuk menjamin keseragaman kekuatan lapis pondasi agregat,
perlu dilakukan uji kekuatan (proof rolling). Metodanya adalah
dengan melewatkan kendaraan truk yang bermuatan sekitar 8
ton secara perlahan-lahan dengan kecepatan setara dengan
kecepatan berjalan kaki ( ± 5 km/h). Perhatikan perkerasan di
bawah roda belakang. Apabila terlihat lendutan saat roda
belakang lewat, maka pada lokasi atau segmen tersebut harus
dilakukan perbaikan.
Kesimpulan untuk Pemeriksaan untuk Persiapan
Pekerjaan Penghamparan
1. Lubang, jejak roda, dan deformasi harus sudah diperbaiki.
2. Pemeriksaan kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan.
3. Untuk penghamparan di atas lapis pondasi agregat, harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
 Kepadatan lapis pondasi sesuai persyaratan (konus pasir) dan
dilakukan uji gilas (prof rolling)
 Kerataan permukaan lapis pondasi di bawah toleransi yang
diijinkan (straight edge)
 Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu,
plastik , dan lain-lain.
4. Pengendalian elevasi horisontal dan vertikal dilakukan dengan
membuat patok ketinggian. Jika mungkin digunakan alat penghampar
yang mempunyai pengatur elevasi otomatis, yaitu dengan acuan kawat
baja, atau dengan acuan yang bergerak.
2. Penghamparan di atas lapis
beraspal

Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan,
seperti retak, lubang, alur,amblas dan lainnya harus sudah
diperbaiki. Metoda perbaikan yang umum dipakai adalah
dengan pembongkaran dan penambalan, yaitu membuat
lubang persegi empat dengan luas yang cukup yang
meliputi daerah yang mengalami kerusakan tersebut.
Material yang dibongkar diganti dengan material pengganti
yang mempunyai kekuatan minimum sama dengan
perkerasan disekitarnya.
Penghamparan di atas lapis beraspal
…
Lubang bongkaran harus berbentuk
persegi, dan sisi-sisinya mempunyai
bidang tegak lurus dengan
perkerasan. Bentuk persegi dengan
sisi yang tegak (ditambah lapis
perekat) dimaksudkan untuk
menguatkan ikatan antara campuran
beraspal yang baru dengan yang
lama. Kedalaman pembongkaran
disesuaikan dengan kerusakan yang
terjadi.
Penghamparan di atas lapis beraspal
…

Untuk area yang luas, akan lebih efektif menggunakan alat
penggaruk dingin (Cold Milling). Alat ini akan menggaruk
perkerasan lama dengan kedalaman maksimum sampai 15 cm
sekali garuk, dan lebar 1,5 m tergantung jenis alat. Jika
penambalan yang dilakukan mempunyai ketebalan lebih dari 10
cm, maka penghamparan dan pemadatan dilakukan secara
bertahap per lapis. Untuk lubang-lubang yang kecil, dimana alat
pemadat bermesin tidak bisa masuk, maka dapat digunakan alat
pemadat mekanis yang lebih kecil, misalnya pemadat tangan
(hand stamper). Secara lebih detil perbaikan kerusakan untuk
perkerasan beton aspal dapat dilihat pada standar lainnya.
Penghamparan di atas lapis beraspal
…

Kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan telah
memenuhi persyaratan, yang diukur dengan mistar datar 4 meter
(straight edge). Jika diperlukan dapat dilakukan pekerjaan
perataan (levelling) terlebih dahulu. Pekerjaan levelling yang
tebal akan lebih optimal jika dilakukan dalam beberapa lapis,
sehingga penurunan setelah pemadatan dapat direncanakan
dengan baik.
Milling Machine for Surface Preparation in order to find the Appropriate
Leveling in the new pavement
Penghamparan di atas lapis beraspal
…


Untuk pekerjaan campuran beraspal yang dilakukan lapis per
lapis dalam satu pekerjaan, maka persyaratan kualitas dan
kuantitas lapis beraspal di bawahnya harus sudah terpenuhi,
termasuk pengujian kepadatan, ketebalan dan elevasi.
Tahap berikutnya adalah pemasangan lapis perekat (tack coats),
tetapi sebelumnya permukaan campuran beraspal harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan compressor udara atau sikat
mekanis.
3. Pemasangan Prime Coat dan Tack
Coat

PENGERTIAN
Lapis resap pengikat (prime coats) adalah lapisan ikat
yang diletakkan di atas lapis pondasi agregat,
sedangkan lapis perekat (tack coats) diletakkan di
atas lapis beraspal atau lapis beton semen.
Pemasangan lapis resap pengikat atau lapis perekat
dilaksanakan setelah permukaaan lama dibersihkan
dengan compressor udara atau sikat mekanis
sehingga mosaik atau tekstur perkerasan lama terlihat
jelas. Tidak diijinkan adanya kotoran atau gumpalan
lempung.
Prime Coat
Kegunaan dari lapis resap pengikat adalah untuk :
 Memberi daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan
campuran beraspal
 Mencegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika dilewati
kendaraan (sebelum dilapis dengan campuran beraspal)
 Menjaga lapis pondasi agregat dari pengaruh cuaca, khususnya
hujan, sehingga air tidak masuk ke dalam lapis pondasi agregat
yang jika terjadi dapat menyebabkan kerusakan struktur.
Prime Coat …
Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal keras pen
80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah.
Perbandingan yang dipakai terdiri dari 80 bagian minyak tanah per
100 bagian aspal semen (80 pph-kurang lebih ekivalen dengan
viskositas aspal cutback jenis MC-30). Kuantitas yang digunakan
berkisar antara 0,4 sampai dengan 1,3 liter / m2 untuk lapis pondasi
agregat kelas A dan 0,2 sampai 1 liter / m2 untuk pondasi tanah
semen.
Kuantitas pasti pemakaian lapis resap pengikat tergantung pada
bahan aspal, bahan lapis pondasi dan kondisi lingkungan (cuaca,
angin, kelembaban). Setelah pengeringan selama waktu 4 hingga 6
jam, bahan pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi,
meninggalkan sebagaian bahan pengikat pada permukaan
sehingga permukaan terlihat berwarna hitam secara merata dan
tidak porous.
Prime Coat …
CATATAN PENTING !
Lapis resap pengikat yang berlebih dapat mengakibatkan
pelelehan (bleeding) dan menjadi bidang geser (slip plane),
untuk itu pada daerah yang berlebih ditabur dengan pasir dan
dibiarkan agar pasir tersebut diselimuti aspal. Sebelum
penghamparan campuran beraspal dimulai, maka pasir yang
telah dilekati aspal tersebut dibuang.
Tack Coat
Lapis perekat mempunyai kegunaan memberi daya ikat antara
lapis lama dengan baru, dan dipasang pada permukaan beraspal
atau beton semen yang kering dan bersih. Jika daya ikat yang
dihasilkan tidak baik, akan menyebabkan terjadinya pergeseran
atau slip. Lapis beraspal yang baru akan menjadi sungkur
(shoved) searah pergerakan lalu-lintas, terutama pada daerahdaerah tanjakan/turunan atau lokasi-lokasi
perlambatan/percepatan.
Tack Coat …
Bahan lapis perekat adalah aspal emulsi yang cepat
mantap atau aspal keras pen 80/100 atai pen 60/70 yang
dicairkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per
100 bagian aspal. Kuantitas yang digunakan sangat
tergantung pada jenis aspal yang dipakai, kondisi
permukaan lapisan lama, dan kondisi lingkungan.
Pemakaian lapis perekat umumnya berkisar 0,15 liter / m2
sampai 0,50 liter / m2. Pada perkerasan dengan tekstur
kasar seperti hasil garukan (milling), maka kuantitas tack
coat relatif lebih banyak dibanding pada permukaan dengan
tekstur halus. Jenis aspal yang menggunakan bahan
pengencer lebih banyak memerlukan kuantitas
penyemprotan yang relatif lebih banyak, agar kuantitas
aspal yang melekat pada perkerasan jumlahnya relatif
sama.
Tack Coat …
Daya ikat antar lapisan lama dengan yang baru
ditentukan oleh kuantitas dan kualitas aspal yang
melekat pada perkerasan lama. Kuantitas aspal yang
kurang dapat menyebabkan pergeseran / slip antar
lapisan, dan sebaliknya jika terlalu banyak dapat
menyebabkan pelelehan/ bleeding. Jika digunakan aspal
emulsi maka lapis perekat akan berwarna coklat karena
mengandung aspal dengan air. Pada tahap berikutnya
warnanya akan berubah dari coklat ke hitam sejalan
dengan menguapnya kandungan air. Waktu yang
diperlukan untuk menguapkan seluruh kandungan air
tersebut antara 1 sampai 2 jam, tergantung dari
beberapa hal, yaitu jenis aspal emulsi yang digunakan,
kuantitasnya, temperatur permukaan beraspal, dan
kondisi lingkungan.
Tack Coat …
Kebanyakan pendapat yang ada menyatakan
penghamparan campuran beraspal dapat dilakukan
segera, meskipun proses pengeringan belum
sepenuhnya selesai (warna aspal emulsi belum hitam
seluruhnya). Hal yang perlu diperhatikan adalah jika lapis
perekat masih basah dan dilewati kendaraan (mis.dump
truck pengangkut campuran beraspal) maka lapisan lapis
perekat tersebut akan melekat pada roda kendaraan
yang menyebabkan tidak seragamnya lapisan lapis
perekat. Sementara jika menggunakan aspal cutback
yang dicampur dengan minyak tanah, pengeringan akan
terjadi dengan cepat sehingga penghamparan dapat
dilakukan dengan segera. Hal yang perlu diperhatikan
adalah kandungan bahan pelarut seperti minyak tanah
jangan terlalu berlebih, karena minyak tanah dapat
merusak campuran beraspal.
Tack Coat …
Dalam persyaratan spesifikasi dinyatakan bahwa, lapis
perekat dipasang hanya sebentar sebelum pemasangan
campuran beraspal, agar lapis perekat tidak kehilangan
kelengketannya akibat dari oksidasi, debu yang tertiup,
dan lainnya.
Pemasangan lapis perekat kadang-kadang tidak perlu
dilakukan jika campuran beraspal diletakkan pada
campuran beraspal yang masih baru (dipasang baru
beberapa waktu), selama permukaanya tidak kotor atau
berdebu. Jika dianggap perlu dapat digunakan kuantitas
yang minimal atau setengahnya.
Pemasangan dengan aspal distributorbatang penyemprot


Untuk memperoleh hasil yang merata sebaiknya
pemasangan lapis resap pengikat dan lapis perekat
menggunakan asphalt distributor-batang penyemprot.
Aspal distributor adalah truk atau kendaraan lain yang
dilengkapi dengan tangki aspal, pompa, dan batang
penyemprot.
Umumnya truk dilengkapi juga dengan pemanas untuk
menjaga temperatur aspal, dan juga penyemprot tangan
(hand sprayer). Hand sprayer digunakan untuk daerahdaerah yang sulit dicapai dengan batang penyemprot.
Unit pemanas tidak difungsikan jika meggunakan aspal
emulsi. Pompa sirkulasi berfungsi untuk menjaga
sirkulasi aspal agar aspal tidak mengeras atau
mengendap dan menutup lubang batang penyemprot.
Pemasangan dengan aspal
distributor-batang penyemprot
Pemasangan dengan aspal
distributor-batang penyemprot
Pemasangan dengan aspal distributorbatang penyemprot

Sebelum pemakaian aspal distributor harus
disesuaikan/dikalibrasi terlebih dahulu (sudut nosel,
ketinggian, dan kecepatan kendaraan) sehingga
diperoleh ketebalan yang sesuai dengan persyaratan.
Seluruh nosel pada distributor harus terbuka dan
berfungsi dengan sudut sekitar 15 - 30o terhadap sumbu
horisontal. Ketinggian batang penyemprot diatur
sedemikian rupa disesuaikan dengan jarak nosel, agar
diperoleh penyemprotan yang tumpang tindih (overlap) 2
atau 3 kali. Penyimpangan kerataan penyemprotan
disyaratkan tidak lebih dari 15 %.
Pemasangan dengan aspal
distributor-batang penyemprot
Jika terpaksa harus digunakan penyemprot tangan (hand
sprayer) maka penyemprotan diarahkan agak keatas agar
diperoleh penyemprotan yang merata (overlap 2 atau 3 kali) dan
dengan kecepatan pergerakan yang konstan.
Pemasangan dengan aspal
distributor-batang penyemprot

Lapis resap pengikat dan lapis perekat harus dipanaskan
pada temperatur yang sesuai sehingga
viskositas/kekentalan aspal yang dihasilkan dapat
memberikan hasil penyemprotan yang merata.
Pemasangan dengan aspal
distributor-batang penyemprot
Untuk menguji keseragaman dan kuantitas pekerjaan
lapis resap pengikat dan lapis perekat dapat dilakukan
dengan cara meletakkan karton persegi empat yang
telah diketahui beratnya. Karton diletakkan di atas
permukaan dan kemudian dilewati oleh asphalt
distributor. Berat karton dengan aspal (kondisi kering)
dikurangi berat karton semula merupakan berat lapis
resap pengikat atau lapis perekat per m2 (jika luas karton
1 m2).
Kuantitas pemakaian juga dapat diukur dengan melihat
volume aspal dalam tangki aspal distributor yang telah
terpakai dan luas perkerasan yang telah disemprot.
Material for Prime & Tack Coat




Cutback Asphalts
A cutback asphalt is simply a combination of asphalt cement and
petroleum solvent. Like emulsions, cutbacks are used because they
reduce asphalt viscosity for lower temperature uses (tack coats, fog
seals, slurry seals, stabilization material). Similar to emulsified
asphalts, after a cutback asphalt is applied the petroleum solvent
evaporates leaving behind asphalt cement residue on the surface to
which it was applied. A cutback asphalt is said to "cure" as the
petroleum solvent evaporates away. The use of cutback asphalts is
decreasing because of (Roberts et al., 1996):
Environmental regulations. Cutback asphalts contain volatile chemicals
that evaporate into the atmosphere. Emulsified asphalts evaporate
water into the atmosphere.
Loss of high energy products. The petroleum solvents used require
higher amounts of energy to manufacture and are expensive compared
to the water and emulsifying agents used in emulsified asphalts. In
many places, cutback asphalt use is restricted to patching materials for
use in cold weather.
Material for Prime & Tack Coat



Emulsified Asphalts
Emulsified asphalt is simply a suspension of small asphalt cement globules in
water, which is assisted by an emulsifying agent (such as soap). The
emulsifying agent assists by imparting an electrical charge to the surface of the
asphalt cement globules so that they do not coalesce (Roberts et al.,
1996). Emulsions are used because they effectively reduce asphalt viscosity for
lower temperature uses (tack coats, fog seals, slurry seals, bituminous surface
treatments (BST), stabilization material). Emulsions are typically either anionic
(asphalt droplets are negatively charged) or cationic (asphalt particles are
positively charged).
Generally, emulsions appear as a thick brown liquid when initially applied (see
Figure 3.40). When the asphalt cement starts to adhere to the surrounding
material (aggregate, existing surface, subgrade, etc.) the color changes from
brown to black (see Figure 3.41) and the emulsion is said to have "broken" (see
Figure 3.42). As water begins to evaporate, the emulsion begins to behave
more and more like pure asphalt cement. Once all the water has evaporated,
the emulsion is said to have "set". The time required to break and set depends
upon the type of emulsion, the application rate, the temperature of the surface
onto which it is applied and environmental conditions (TRB, 2000). Under most
circumstances, an emulsion will set in about 1 to 2 hours (TRB, 2000). ASTM D
3628 contains guidance on selection and use of emulsified asphalt.
Bagian 2
PERSIAPAN MATERIAL
Unit Pencampur Aspal
Unit Pencampur Aspal atau Asphalt Mixing Plant (AMP)
digunakan untuk mempersiapkan material campuran panas
secara mekanis.
Apabila ditinjau dari jenis cara memproduksi campuran beraspal
dan kelengkapannya, secara umum AMP dapat dibedakan atas:
a) AMP jenis takaran (batch plant)
b) AMP jenis pencampur drum (drum mix) atau jenis menerus
(continuous plant)
AMP Batch Plant
AMP Batch Plant
AMP Drum Mix
AMP Drum Mix
Perbedaan AMP Batch Plant dan Drum Mix


AMP jenis timbangan komposisi bahan dalam campuran
beraspal ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan,
sedangkan pada AMP jenis pencampur drum komposisi bahan
dalam campuran ditentukan berdasarkan berat masing-masing
bahan yang diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran
berat per satuan waktu .
AMP jenis takaran dilengkapi saringan panas (hot screen), bin
panas (hot bin), timbangan (weight hopper) dan pencampur
(pugmill/mixer), sedangkan pada AMP jenis pencampur drum
kelengkapan tersebut tidak tersedia.
Perbedaan AMP Batch Plant dan Drum Mix …

Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis
takaran dimulai dengan penimbangan agregat, bahan pengisi
(filler) bila diperlukan dan aspal sesuai komposisi yang telah
ditentukan berdasarkan Rencana Campuran Kerja (RCK) dan
dicampur pada pencampur (mixer/pugmill) dalam waktu
tertentu. Pada AMP jenis pencampur drum, agregat panas
langsung dicampur dengan aspal panas di dalam drum
pemanas atau di dalam silo pencampur di luar drum
pemanas. Penggabungan agregat dilakukan dengan cara
mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan pemberian aspal
ditentukan berdasarkan kecepatan pengaliran dari pompa
aspal.
AMP Jenis Menerus
AMP jenis menerus memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu :
 Gradasi agregat kurang begitu terjamin kesesuaiannya dengan gradasi
pada FCK, disebabkan karena kontrolnya hanyalah dilakukan dari
bukaan pintu bin dingin saja, dan tidak terdapatnya kontrol kedua
seperti pada jenis AMP takaran.
 Pengaturan jumlah pasokan agregat tidak begitu teliti jika hanya
mengandalkan pengaturan bukaan bin dingin tanpa ada alat kontrol lain
(misalnya pengontrol kecepatan ban berjalan).
 Jumlah pasokan aspal yang diberikan saat pencampuran dengan
agregat panas sangat tergantung dari viskositas aspal, sehingga
apabila terjadi penurunan temperatur aspal akan menyebabkan jumlah
aspal yang diberikan tidak sesuai dengan kadar aspal optimum pada
JMF.
 Temperatur campuran kadang-kadang terjadi penyimpangan
 Kelebihan AMP tipe drum adalah pengoperasiannya lebih sederhana
dan mudah, item pengontrolan lebih sedikit.
Bagan Alir Pengoperasian AMP Batch Plant
1. Bin Dingin … (1)




Bagian pertama dari AMP adalah bin dingin (cold bin), yaitu
tempat penyimpanan fraksi agregat kasar, agregat sedang,
agregat halus dan pasir.
Bin dingin harus terdiri dari minimum 3 sampai 5 bak
penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan
gradasi tertentu.
Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain,
untuk menjaga keaslian gradasi dari masing-masing bin
sesuai dengan rencana gradasi pada formula campuran
kerja (FCK/JMF ).
Jenis bin dingin yang umum dikenal adalah : (1) ban
berjalan menerus, (2) getar, dan (3) aliran. Jenis pertama
(continuous) cocok untuk agregat halus, sedangkan yang
lainnya cocok untuk agregat kasar.
Skematik Bin Dingin (1)
Skematik Bin Dingin (2)
•Pintu pengeluaran agregat pada bin dingin (cold feed gate) dipasang di bagian
bawah dari bin dingin, lubang pintu ini dilengkapi dengan skala yang angkanya
menunjukkan besarnya lubang bukaan yang dapat diatur sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kebutuhan.
•Besarnya bukaan pintu pada setiap bin dingin yang telah berisi agregat dan
siap untuk digunakan dalam pencampuran, harus dikalibrasi terlebih dahulu
pada setiap kondisi dan jenis agregat yang akan digunakan.
2. Pengering (Dryer)



Dari bin dingin agregat dibawa melalui elevator dingin dinaikkan ke
dalam pengering (dryer) untuk dipanaskan dan dikeringkan pada
temperatur yang diminta.
Pengering mempunyai fungsi: (1) menghilangkan kandungan air pada
agregat; dan (2) memanaskan agregat sampai temperatur yang
disyaratkan.
Komponen yang terdapat pada sistim pengering adalah:
1.
Silinder berputar (pengering) yang umumnya berdiameter 91 cm
sampai 305 cm dan panjang 610 cm sampai 1219 cm.
2.
Ketel pembakar (burner) yang berisi gas atau minyak bakar untuk
menyalakan pemanas.
3.
Kipas (fan) sebagai bagian dari system pengumpul debu dan
mempunyai fungsi utama untuk memberikan udara atau oksigen
dalam sistim pemanas.
Skematik Alat Dryer
3. Pengumpul debu (dust collector)



Alat pengumpul debu (dust collector) harus
berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara di
lingkungan lokasi AMP.
Gas buang yang keluar dari sistim pengering
ditambah dengan dorongan kipas pengeluar
(exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu.
Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan
baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara,
dan ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu
di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi
AMP.
Skematik Pengumpul Debu
4. Unit ayakan panas (hot screening unit)


Kebanyakan AMP menggunakan unit ayakan
panas (hot screening unit) jenis mendatar
dengan sistim penggetar yang umumnya
terdiri dari empat susunan.
Agregat yang telah dikeringkan dan
dipanaskan diangkut dengan mangkok
elevator panas (hot elevator bucket) untuk
disaring dengan susunan unit ayakan panas
dan dipisahkan dalam beberapa ukuran yang
selanjutnya dikirim ke bin panas (hot bin).
Skematik Unit Ayakan Panas
Saringan dalam Hot Screening


Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada
ukuran yang berdekatan. Unit ayakan panas harus dibersihkan
dan diperiksa setiap hari untuk menghindarkan dari kemungkinan
rusak atau robek.
Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan
ukuran butir agregat maksimum 19 mm adalah :
 Saringan pertama / teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang
ukurannya lebih besar (oversize) dibuang ke saluran pembuang.
 Saringan ke-dua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir
agregat antara 19 mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1
 Saringan ke-tiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir
agregat antara 9,5 sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.
 Saringan ke-empat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir
agregat antara 4,75 sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3.
Sementara agregat yang lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin 4.
5. Bin panas (hot bin)


Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP jenis
takaran (batch).
Pada AMP jenis takaran umumnya akan
terdapat 4 bin yang dilengkapi dengan
pembatas yang rapat dan kuat dan tidak
boleh berlubang serta mempunyai tinggi yang
tepat sehingga mampu menampung agregat
panas dalam berbagai ukuran fraksi yang
telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan
panas.
6. Sistim pemasok bahan pengisi (filler
elevator)


Bahan pengisi (filler) sangat sensitif untuk mengeras
karena pengaruh kadar air, oleh karena itu
diperlukan wadah khusus (silo) agar bahan pengisi
bebas dari pengaruh air.
Umumnya bahan pengisi dimasukkan ke dalam
AMP melalui penimbang yang biasa disediakan
untuk menimbang agregat panas, namun terdapat
juga AMP yang menyediakan penimbang khusus
untuk bahan pengisi.
7. Tangki aspal (asphalt storage)



Tangki aspal pada AMP harus cukup besar sehingga dapat
menampung aspal yang memenuhi kebutuhan aspal saat AMP
dioperasikan, dan aspal yang terdapat di dalamnya dapat
dengan mudah terlihat.
Pada beberapa AMP terdapat beberapa tangki aspal yang saling
berhubungan satu dengan lainnya. Tangki pertama mempunyai
fungsi menampung aspal yang baru datang dari pemasok, dan
tangki lainnya mempunyai fungsi untuk menampung aspal yang
telah dipanaskan dan siap untuk ditimbang dan dimasukkan ke
dalam pencampur (mixer/pugmill).
Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah alat sensor
thermometrik yang telah dikalibrasi sehingga temperatur aspal
dari tiap tangki akan terkontrol.
8. Timbangan agregat (aggregate weight
hopper)


Pada AMP jenis takaran terdapat dua macam
timbangan untuk agregat yaitu timbangan untuk
agregat dan timbangan untuk bahan pengisi (filler).
Timbangan untuk agregat ditempatkan langsung di
bawah bin panas (hot bin). Hasil penimbangan dari
agregat langsung ditransmisikan oleh mekanisma
timbangan pada skala penunjuk tanpa pegas,
sehingga berat agregat tiap bin serta jumlah tiap
takaran dapat dibaca.
9. Timbangan aspal (asphalt weight
hopper)
Setelah aspal dipanaskan dalam tangki aspal
pada temperatur yang ditentukan
berdasarkan tingkat keencerannya, maka
aspal panas dialirkan melalui pipa
pemasokuntuk ditimbang beratnya sesuai
dengan yang dibutuhkan sebelum
dimasukkan ke dalam pencampur
(mixer/pugmill).
Skematik Timbangan Aspal
10. Pencampur (mixer atau pugmill)



Setelah aspal, agregat dan bahan pengisi (bila perlu) ditimbang
sesuai dengan komposisi yang direncanakan, bahan tersebut
dimasukkan ke dalam pencampur (mixer/pugmill). Waktu
pencampuran harus sesingkat mungkin untuk mencegah oksidasi
yang berlebih namun harus diperoleh penyelimutan yang
seragam pada semua butir agregat.
Pencampur terdiri dari ruang (chamber) dan poros kembar (twin
shaft) yang dilengkapi dengan dengan kayuh atau pedal (paddle).
Untuk menghasilkan pengadukan yang baik, pedal harus dalam
kondisi baik (tidak aus) dan posisinya sedemikian rupa sehingga
ruang bebas (clearance) antara ujung pedal dan dinding ruang
pencampuran kurang dari 1,5 kali ukuran maksimum agregat.
Pengisian yang terlalu banyak akan menyebabkan hasil
pengadukan menjadi kurang sempurna, sementara pengisian
terlalu sedikit tidak efisien.
Skematik Pencampur
Bagian 3
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Kegiatan Penghamparan Campuran Beraspal



Pemeriksaan kesiapan alat penghampar
Pemeriksaan campuran beraspal secara
visual
Pelaksanaan penghamparan dan
pemadatan
Persiapan Peralatan Penghampar



Alat penghampar mekanis bermesin (finisher) dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu jenis yang menggunakan roda karet dan
jenis yang menggunakan roda rantai baja (track /crawler).
Jenis track lebih tahan terhadap dorongan truk pada saat
pengisian dan pada saat mendorong truk selama proses
penghamparan. Jika finisher bergerak/bergeser akibat dorongan
truk, maka hasil penghamparan akan menjadi kurang baik/tidak
rata dan timbul bekas geseran.
Jenis track mempunyai kecepatan yang lebih rendah
dibandingkan dengan jenis ban karet. Kecepatan yang rendah
tersebut dapat juga menyulitkan saat melakukan
mobilisasi/demobilisasi alat dari satu lokasi penghamparan ke
lokasi yang lain.
Bagian Alat Penghampar
Unit Traktor (Tractor Unit)
 Unit Sepatu (Screed Unit)

Skematik Unit Alat Penghampar (1)
Skematik Unit Alat Penghampar (2)
Unit Traktor (Tractor Unit)



Unit ini berfungsi menerima campuran beraspal dari
truk dan kemudian mendistribusikan ke ulir pembagi
(augers) dan selanjutnya ke unit sepatu (screed).
Unit traktor dilengkapi dengan roda karet atau roda
rantai besi (track), dan mempunyai mesin
penggerak sendiri untuk bergerak ke depan, dan
mendorong truk pengangkut ke depan jika
diperlukan.
Bagian-bagian utama dari unit ini adalah roda
pendorong truk (truck push roller), pemasok (feeder)
yang terdiri dari : penampung (hopper), penyalur
(conveyor), pintu masukan (gate), dan ulir pembagi
(auger).
Beberapa Catatan Penting dalam Operasional Pavement
Finisher (1)
1) Roda atau rantai baja (tracks)
Jika finisher menggunakan roda karet, maka tekanan roda harus
diperiksa dan mempunyai tekanan yang sama untuk setiap roda.
Jika menggunakan tracks harus terpasang dengan baik dan tidak
terlalu kencang.
Tekanan roda yang kurang atau pemasangan tracks yang kurang
kencang dapat mengganggu pergerakan finisher dan berakibat
hasil penghamparan tidak merata.
Jenis roda dengan rantai baja (tracks) lebih tahan terhadap
geseran akibat dorongan truk pada saat pengisian campuran
beraspal, akan tetapi mempunyai kecepatan bergerak yang
relatif lebih rendah.
Beberapa Catatan Penting dalam Operasional
Pavement Finisher (2)
2) Roda pendorong (push rollers)
Roda pendorong terletak di bagian depan dari penampung
(hopper), dan berfungsi sebagai bidang kontak antara finisher
dengan roda truk pengangkut. Roda pendorong harus bersih dan
dapat berputar dengan bebas sehingga truk dapat bergerak ke
depan seirama dengan pergerakan finisher. Jika roda pendorong
tidak bersih dan tidak dapat bergerak dengan bebas maka roda
truk akan slip dan berakibat tambahan beban bagi finisher, dan
finisher menjadi sulit dikendalikan.
Kadang-kadang dilengkapi juga dengan pengait yang menjaga
roda pendorong (push roller) tetap menyatu dengan roda truk,
sehingga pergerakannya menjadi seirama.
Beberapa Catatan Penting dalam Operasional
Pavement Finisher (3)
3) Pemasok (feeder)
Bagian ini memegang peranan yang penting dalam
menghasilkan campuran beraspal panas yang seragam. Bagianbagian utamanya adalah bak penampung (hopper), sayap-sayap
(hopper wings), penyalur (conveyor), pintu masukan hopper
(hopper gates), dan ulir pembagi (augers).
 Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap (hopper
wings) yang dapat dilipat dan digerakkan. Sayap tersebut dilipat,
pada saat muatan campuran aspal hampir habis atau untuk
membuang sisa campuran beraspal yang sudah dingin.
Pelipatan sayap-sayap pada hopper untuk menghabiskan
campuran beraspal harus dilakukan sejarang mungkin, untuk
menghindari terjadinya segregasi.
Alat Penghampar – Bagian 1
Beberapa Catatan Penting dalam Operasional
Pavement Finisher (4)



Jumlah campuran beraspal di dalam hopper diusahakan selalu
memenuhi conveyor dengan tinggi menutupi pintu masukan
penampung (hopper gate).
Jumlah yang kurang dapat menyebabkan keseragaman tekstur
permukaan menjadi buruk, karena adanya segregasi. Untuk itu
kontinuitas kedatangan campuran aspal panas harus
diperhatikan. Kontinuitas tersebut bergantung dari kelancaran
produksi atau pengiriman campuran beraspal dan kecepatan
penghamparan.
Hopper harus dibersihkan secara rutin dari campuran aspal yang
tersisa dan telah dingin. Bahan-bahan yang telah dingin harus
dibuang di luar jalur lalu-lintas.
Beberapa Catatan Penting dalam Operasional
Pavement Finisher (5)


Di bagian bawah dari hopper terdapat conveyor dengan rantai
penarik yang bergerak secara menerus mengalirkan campuran
aspal dari hopper ke ulir pembagi (auger). Rantai penarik pada
conveyor harus masih dalam kondisi baik dan tidak aus sehingga
kontinuitas dan keseragaman aliran material terjaga.
Ulir pembagi (auger) harus dapat membagi dengan arah gerak
yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara
merata di depan screed (sepatu) dan dapat disambung. Panjang
auger dapat diperpanjang/diperpendek menyesuaikan dengan
panjang screed dan lebar penghamparan, sehingga campuran
terbagi dan teraduk secara merata. Jumlah campuran beraspal
tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak sehingga
memenuhi auger. Perubahan kuantitas campuran beraspal juga
akan mempengaruhi efektivitas kerja unit sepatu (screed). Untuk
itu kecepatan dari conveyor harus diatur sedemikian rupa
sehingga material di auger seperti yang disarankan.
Alat Penghampar – Bagian 2
Jumlah Campuran Material pada Auger
Unit Sepatu (Screed Unit)




Unit ini mempunyai dua fungsi utama yaitu ; (a) penghamparan
campuran beraspal dengan tebal, kemiringan dan kerataan yang
sesuai, dan (b) memberikan prapemadatan.
Unit ini menentukan tekstur, lebar, ketebalan, dan kemiringan melintang
dari campuran beraspal.
Bagian-bagian dari unit ini adalah; lengan penarik sepatu (screed tow
arms), pelat sepatu (screed plate), unit pemanas (heating unit),
pemadat tumbuk (tamping bars) atau pemadat getar (vibrating).
Hal yang perlu mendapat perhatian pada unit ini adalah sudut yang
dibentuk antara pelat sepat (screed) dengan bidang horisontal. Sudut
ini biasanya disebut sudut gesek atau sudut serangan (angle of attack).
Sudut ini menentukan gaya tekan dan gesek yang diterima campuran
beraspal, yang berarti juga menentukan tekstur dari campuran beraspal
yang dihasilkan.
Kinerja Screed (1)

Dengan posisi tersebut pelat screed menggantung
dan berfungsi seperti setrika seirama dengan
pergerakan alat penghampar ke depan. Dengan
prinsip seperti itu maka sudut yang dibentuk antara
pelat screed dengan bidang horisontal (angle of
attack) dapat berubah sesuai perubahan
keseimbangan gaya-gaya yang bekerja. Gaya-gaya
yang bekerja akan selalu dalam kondisi
keseimbangan (equilibrium). Gaya-gaya tersebut
adalah, yaitu gaya tarik ke depan (P), gaya berat
sendiri screed dan lengannya (W), dan gaya
tahanan gesek campuran beraspal arah vertikal dan
horisontal (V dan H)
Alat Penghampar – Bagian 3
Unit Sepatu (Screed Unit)
Kinerja Screed (2)



Gaya tahanan campuran ditentukan oleh sudut yang dibentuk oleh
pelat screed dengan bidang horisontal (sudut gesek). Jika terjadi
perubahan salah satu gaya maka akan terjadi perubahan sudut pelat
screed untuk mengimbanginya, sampai tercapai kondisi keseimbangan
(equilibrium). Perubahan sudut tersebut dimungkinkan karena, pinsip
screed yang menggambang/menggantung.
Perubahan keseimbangan (equilibrium) dapat terjadi karena beberapa
faktor, seperti misalnya jika terjadi perubahan kecepatan atau
perubahan kuantitas campuran beraspal yang masuk ke pelat screed,
dan perubahan temperatur campuran beraspal.
Keseimbangan akan tercapai kembali kira-kira setelah alat penghampar
bergerak sejauh 5 kali panjang lengan penarik (tow). Sementara itu
sudut yang dibentuk antara pelat screed dengan bidang horisontal
sangat menentukan ketebalan dan tekstur campuran beraspal yang
akan dihasilkan.
Catatan Penting !(1)
Pengaruh perubahan sudut pelat sepatu (screed) dengan bidang horisontal (angle of
attack) pada tekstur dan ketebalan dari hamparan campuran aspal panas
1) Pengaruh perubahan kecepatan
Sudut pelat screed dapat berubah jika terjadi perubahan kecepatan
penghamparan, dan baru stabil kembali setelah terjadi keseimbangan
(equilibrium). Penambahan kecepatan akan menyebabkan sudut yang
dibentuk pelat screed mengecil, dan sebaliknya jika pengurangan
kecepatan akan menyebabkan sudutnya membesar. Karena itu
kecepatan dari alat penghampar harus dijaga tetap konstan selama
proses penghamparan agar diperoleh tekstur dan ketebalan yang
disyaratkan.
Kecepatan alat penghampar disesuaikan dengan kapasitas produksi unit
pencampur aspal. Sebagai contoh untuk produksi unit pencampur aspal
(AMP) 454 ton (500 ton) per jam, untuk lebar penghamparan 3,7 m, dan
ketebalan lapisan 5 cm (tebal padat), maka kecepatan alat penghampar
(finisher) adalah sekitar 11,5 m per menit, atau dengan rumus :
Kecepatan alat (meter/jam) = produksi AMP (m3/jam) / luas hamparan
(m2)
Catatan Penting !(2)
Pengaruh perubahan sudut pelat sepatu (screed) dengan bidang horisontal (angle of
attack) pada tekstur dan ketebalan dari hamparan campuran aspal panas
2) Pengaruh dari perubahan kuantitas campuran beraspal yang masuk
ke screed
oleh karena prinsip sepatu (screed) yang menggantung/mengambang,
maka apabila kuantitas campuran beraspal yang masuk ke screed terlalu
berlebih, maka pelat screed berputar dan berakibat sudut yang dibentuk
pelat screed berubah menjadi lebih besar. Dan sebaliknya jika campuran
beraspal yang masuk berkurang, akan menyebabkan sudut tersebut
mengecil, sampai kemudian tercapai kondisi keseimbangan (equilibrium).
Perubahan kuantitas campuran beraspal yang masuk ke screed dapat
disebabkan karena dihidupkan/dimatikan (on/off) pergerakan conveyor.
Prosedur ini benar jika pintu masukan penampung (hopper flow gate)
belum diatur secara benar dan pengaturan dilakukan dengan cara
manual.
Pengaturan secara manual memerlukan keahlian operator yang baik
untuk menjamin kontinuitas aliran material ke screed. Jika memungkinkan
disarankan untuk menggunakan sistem pengontrol pasokan otomatis,
sehingga pasokan material dapat dijaga relatif konstan.
Catatan Penting !(3)
Pengaruh perubahan sudut pelat sepatu (screed) dengan bidang horisontal (angle of
attack) pada tekstur dan ketebalan dari hamparan campuran aspal panas
3) Pengaruh dari perubahan temperatur campuran
beraspal
Perubahan temperatur campuran beraspal juga dapat
mempengaruhi perubahan sudut yang dibentuk pelat screed.
Campuran beraspal yang dingin akan relatif kaku dan tekanan ke
pelat screed menjadi lebih besar dan berakibat sudut pelat screed
membesar. Demikian sebaliknya untuk campuran beraspal yang
relatif lebih panas, akan menyebabkan sudut pelat screed
mengecil, sampai kemudian mencapai kondisi keseimbangan
(equilibrium).
Catatan Penting !(4)
Pengaruh perubahan sudut pelat sepatu (screed) dengan bidang horisontal (angle of
attack) pada tekstur dan ketebalan dari hamparan campuran aspal panas
4) Pengaruh dari penghentian operasi alat penghampar
Jika alat penghampar (finisher) dapat dioperasikan secara terus
menerus dengan kecepatan yang tetap, maka tekstur dan
ketebalan campuran beraspal yang dihasilkan akan sangat baik.
Pada umumnya alat penghampar (finisher) akan berhenti
sementara jika truk pengangkut campuran beraspal terlambat
datang, akibatnya akan terjadi perubahan sudut pelat screed.
Harus diusahakan meskipun relatif sulit, agar truk datang secara
kontinyu dan pengisian kembali dilakukan sebelum campuran
beraspal dalam hopper berada di bawah elevasi pintu masukan
(flow gate) hopper.
Catatan Penting !(5)
Pengaruh perubahan sudut pelat sepatu (screed) dengan bidang horisontal (angle of
attack) pada tekstur dan ketebalan dari hamparan campuran aspal panas
4) Pengaruh dari penghentian operasi alat penghampar …
Alat penghampar diusahakan bergerak terus dengan kecepatan relatif
konstan. Penghentian sementara dihindari sebisanya. Jika terjadi
penghentian yang lama akibat dari sesuatu hal, maka perlu
dipertimbangkan untuk menghentikan penghamparan dan
menyiapkan konstruksi sambungan di lokasi tersebut. Selanjutnya
dilakukan pemadatan untuk mencapai kerataan dan kepadatan yang
disyaratkan.
Seperti diketahui untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan
pengaruh temperatur sangat penting. Jika temperatur campuran
beraspal yang berada di dekat/di bawah alat penghampar (finisher)
dibiarkan dingin sampai di bawah temperatur pemadatan yang
disyaratkan, maka pada segmen tersebut tidak akan tercapai
kepadatan dan kerataan yang disyaratkan. Karena pentingnya
pengaruh temperatur terhadap pencapaian kepadatan campuran
beraspal yang disyaratkan, maka jika campuran beraspal telah dingin
(temperaturnya di bawah persyaratan), campuran tersebut harus
dibuang.
Pra-Pemadatan dalam Unit Screed
Proses selanjutnya pada unit screed adalah prapemadatan dengan pemadat :
1. Jenis pemadat tumbuk (tamping bars-type)
2. Jenis pemadat getar (vibrating type).
Skematik Jenis Penambat Tumbuk
1) Jenis pemadat tumbuk (tamping bars type)
Jenis ini memadatkan campuran beraspal dengan cara seperti
menumbuk dan memposisikan material di bawah pelat screed,
sesuai dengan ketebalan yang diinginkan.
Skematik Jenis Penambat Getar
2) Jenis pemadat getar (vibrating type)
Prinsip kerja dari jenis pemadat getar secara umum serupa dengan
jenis pemadat tumbuk (tamping bar type), perbedaanya hanya pada
tenaga pemadat, yaitu dihasilkan dari penggetar elektrik.
Bagian Pendukung Screed Unit (1)
1). Pemotong screed (Screed strikeoffs)
Screed pada beberapa finisher dilengkapi
dengan alat yang diletakkan pada ujung
depan pelat screed dan biasanya disebut
dengan pemotong (strike-off). Alat ini
berfungsi mengontrol kuantitas campuran
beraspal yang melewati depan screed dan
juga mengurangi keausan yang mungkin
terjadi pada ujung pelat screed.
Bagian Pendukung Screed Unit (2)
2). Pemanas screed (screed heaters)
Screed dilengkapi dengan unit pemanas (heating unit) yang berfungsi
memanaskan pelat sepatu (screed plate) pada awal operasi. Pemanas ini
tidak difungsikan pada seluruh proses penghamparan, hanya di awal.
Pemanasan screed dilakukan sampai dengan temperatur kurang lebih
sama dengan temperatur campuran beraspal. Lamanya pemanasan
berkisar antara 10 menit sampai 20 menit. Umumnya setelah pemanasan
selama 10 menit, temperatur yang diperlukan telah tercapai dan pemanas
dapat dimatikan. Harus dijaga jangan sampai terjadi kelebihan pemanasan
yang dapat menyebabkan pelat screed melenting (menjadi tidak rata).
Tidak diijinkan menggunakan pemanas screed ini untuk memanaskan
campuran beraspal yang telah dingin, karena hanya bagian atas dari
campuran beraspal yang akan panas.
Jika pelat sepatu (screed plate) tidak dipanaskan pada awal operasi, maka
hasil penghamparan campuran beraspal akan tampak kasar dan
bertekstur terbuka, seperti halnya campuran yang terlalu dingin. Hasil
penghamparan seperti itu akan tampak di awal dan akan hilang setelah
temperatur pelat screed naik menyamai temperatur campuran beraspal.
Bagian Pendukung Screed Unit (3)
3) Pelengkap screed (screed accessories)
Pelengkap screed umumnya terdiri dari tiga, yaitu pemanjang
screed (screed extensions), sepatu pemotong (cut-off shoes), dan
pelat slope (slope plates).
Pemanjang screed digunakan untuk memperpanjang screed, sesuai
dengan lebar penghamparan campuran beraspal. Pemanjangan
dapat dilakukan sampai dengan lebar 7,3 m dalam satu kali
penghamparan. Sepatu pemotong mempunyai fungsi sebaliknya,
yaitu pelat metal yang digunakan untuk mengurangi lebar
penghamparan. Pelat slope adalah pelat metal yang dapat
digunakan mengukur sudut sampai dengan 450 .
Pengaturan Ketebalan dan Kemiringan
Melintang (1)




Selama pelaksanaan penghamparan perlu dilakukan
pengaturan terhadap ketebalan dan kemiringan melintang
hamparan campuran beraspal.
Penyesuaian tersebut dapat dilakukan secara manual atau
otomatis. Penyesuaian secara manual dilakukan oleh operator
finisher.
Untuk melihat tebal gembur penghamparan dapat dilakukan
dengan alat pencolok ketebalan. Dari hasil pengukuran
dengan alat pencolok tersebut, maka ketebalan hamparan
dapat dirubah dan disesuaikan.
Hal yang perlu diingat adalah setiap penyesuaian memerlukan
waktu untuk sampai ke kondisi seimbang (equilibrium), seperti
telah dibahas sebelumnya. Jarak untuk mencapai kondisi
seimbang pada ketebalan diinginkan adalah kurang lebih 5 kali
panjang lengan screed.
Pengaturan Ketebalan dan Kemiringan
Melintang (2)
Pengaturan Ketebalan dan Kemiringan
Melintang (3)


Penyesuaian ketebalan dan kemiringan melintang juga dapat
dilakukan dengan pengontrol otomatis. Akan tetapi
penggunaannya memerlukan referensi yang dipakai sebagai
acuan. Referensi tersebut dapat berupa referensi diam
(stationary) atau referensi berjalan (travelling). Referensi yang
diam, misalnya kawat baja yang dipasang memanjang di tepi
perkerasan dengan elevasi sesuai rencana.
Sistem pengontrol pada alat finisher akan secara otomatis
mengatur ketinggian/elevasi dari pelat screed mengikuti elevasi
dari kawat baja tersebut. Pemasangan garis referensi harus
dilakukan dengan akurat, didasarkan pada pengukuran elevasi
dengan alat ukur elevasi, dengan ketelitian yang diinginkan.
Gambar : Finisher (1)
Pengaturan Otomatis dengan Referensi Diam dari Kawat
Baja
Pengaturan Ketebalan dan Kemiringan
Melintang (4)


Sistem pengaturan otomatis yang kedua, yaitu dengan referensi
berjalan, didasarkan pada prinsip pencatatan perubahan kontur
perkerasan dan kemudian mengatur screed sesuai dengan
ketebalan dan kemiringan melintang rencana
Sistem otomatis mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan
dengan sistem pengoperasian secara manual, yaitu :
Dapat dengan segera merubah/menyesuaikan ketebalan dan
kemiringan melintang dibanding dengan cara manual, karena
telah direncanakan terlebih dahulu.
Tidak dipengaruhi oleh gerakan vertikal yang tidak biasa dari
alat penghampar.
Gambar : Finisher (2)
Pengaturan Otomatis dengan Referensi Berjalan
Pengaturan Ketebalan dan Kemiringan
Melintang (5)
Pemilihan pengontrol otomatis apakah pengontrol
otomatis diam (stationary) atau pengontrol
otomatis berjalan (travelling) ditentukan oleh
empat faktor, yaitu :
1. Kondisi permukaan dimana campuran
beraspal akan dihampar,
2. Derajat ketelitian,
3. Ketebalan penghamparan,
4. Kuantitas material yang tersedia.