dasar-dasar pemetaan

Download Report

Transcript dasar-dasar pemetaan

Universitas Katholik Parahyangan Fakultas Teknik - Jurusan Teknik Sipil
DASAR-DASAR PEMETAAN
TTS241 - 2011
Prof. Dr. Ir. Ishak Hanafiah Ismullah, DEA
BUKU REFERENSI
1. Ilmu Ukur Tanah
- Soetomo W
2. Ilmu Ukur Tanah
- Jacub Rais
3. Introd. To Modern Photogrammetry
- E. M. Mikhail
4. Remote Sensing & Image Interpretation
- Lillesand
5. Surveying for Civil Engineering
- P. Kissam
6. Surveying for construction
- W. Irvine
7. Terrain Analysis & Remote Sensing
- Townshend
8. Surveying Practice
- P. Kissam
DATA (GE0)-SPASIAL (PETA) &
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
REAL WORLD - 1
Pengukuran/pengum
pulan data
Data
Sumber
Data masukan
Tindakan
REAL WORLD - 2
Manjemen Data
Pengguna
Informasi untuk
Pengambilan
Keputusan
Analisis
Pemilihan Data
& Analysis
DATA dan
& INFORMASI
DATA
INFORMASI




Data ? ‘bahan dasar’ yang diolah/
diproses sehingga menjadi suatu
informasi
Informasi (mungkin saja) diproses
kembali menjadi bentuk data baru
untuk keperluan membuat informasi
lain
Data dapat dikumpulkan, disimpan dan
dimanipulasi.
Sumber data: peta, buku statistik, buku
telpon, survey lapangan, komputer,
dsb.
KONVERSI & VISUALISASI DATA / INFORMASI
TEKSTUAL KE DALAM BENTUK GRAFIK / GAMBAR
(Statistik , Tabel, Buku dll)
JAWA BARAT
Informasi Geografis:
Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara
5°50' - 7°50' LS dan 104°48' - 104°48" BT dengan
batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan
dengan Laut Jawa bagian barat dgn DKI Jakarta dan
Propinsi Banten,
sebelah timur berbatasan dengan
Propinsi Jawa Tengah. Terdiri atas daratan dan pulaupulau kecil (48 Pulau di Samudera Indonesia, 4 Pulau di
Laut Jawa), luas wilayah Jawa Barat 44.354,61 Km2 atau
4.435.461 Ha.
Kondisi geografis yang strategis ini merupakan
keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi
komunikasi
dan
perhubungan.
Kawasan
utara
merupakan daerah berdataran rendah, sedangkan
kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai
serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan
tengah.
INFORMASI DESKRIPTIF DILENGKAPI DENGAN
GAMBAR (PETA)
orbit: 149,600,000 km (1.00 AU) from Sun
mass: 5.972e24 kg
diameter: 12,756.3 km
SISTEM PROYEKSI/KOORDINAT
0
o
0
o
equator
SISTEM
SISTEMPROYEKSI/KOORDINAT
PROYEKSI/KOORDINAT
 Posisi suatu unsur geografik di permukaan bumi dapat
dinyatakan oleh nilai lintang (latitude) dan bujur (longitude)
unsur tersebut dengan unit satuan derajat.
 Selain itu dapat juga dinyatakan dalam sistem proyeksi peta;
mis. Mercator, Transvers Mercator, dll.
0
o
0
o
Yang dipakai
di Indonesia
equator
 Indonesia menganut sistem proyeksi Tranvers Mercator (TM
6o) dengan sistem koordinat UTM (Universal Tranvers
Mercator).
SISTEM DI
PROYEKSI/KOORDINAT
INDONESIA
 Dalam sistem UTM dikenal adanya sistem pembagian zona
koordinat. Setiap zona mempunyai lebar 6o sepanjang garis
Bujur.
96
102
UTM ZONE 47
108
UTM ZONE 48
114
120
UTM ZONE 49 UTM ZONE 50
126
UTM ZONE 51
132
UTM ZONE 52
138
UTM ZONE 53
6
6
0
0
6
6
96
102
108
114
120
126
132
138
Pemetaan

Suatu pekerjaan yang tujuan akhirnya adalah visualisasi
informasi :
• umumnya dikenal dalam bentuk lembar peta,
• disertai dengan kelengkapan ( simbol, warna,
tulisan/texts, keterangan) sesuai dengan bidang
aplikasinya

Teknologi pemetaan:
•

Terestrial, Airborne/Fotogrametri dan Spaceborne
Hasil pekerjaan pemetaan adalah
dokumen statis
LUAS AREA PEMETAAN
a. Untuk Pekerjaan Teknik Sipil umumnya luas area pemetaan
relatif kecil / sempit dibandingkan pekerjaan Tata ruang
atau Tata wilayah ( < 36 km x 36 km ), sehingga area yang
dipetakan dapat “dianggap” bidang datar. Dengan demikian
koreksi-koreksi akibat kelengkungan bimi dapat diabaikan.
b. Untuk wilayah yang luas, ( > 36 km x 36 km ) distori harus
diperhitungkan, baik distorsi jarak maupun arah.
PETA & KARAKTERISTIK-NYA
Pemodelan
(dalam bentuk gambar)
Sebagian atau seluruh permukaan bumi ke dalam
suatu bidang yang dipilih, misalnya bidang datar
atau yg dapat didatarkan dengan skala tertentu
dan sistem proyeksi dipilih.
Karakteristik/ketentuan
•Skala
•Sistem Proyeksi/Koordinat
•Sistem Penyimpanan
•Sistem Visualisasi
peta:
SKALA PETA
 Jarak merupakan bagian penting dalam hal hubungan spasial diantara
unsur-unsur geografik. Jarak sering perlu diketahui/dihitung.
 Untuk mengetahui ukuran (jarak) di peta haruslah diketahui perbandingan
jarak di peta dengan jarak di lapangan (real world).
 Perbandingan jarak di peta dengan jarak di lapangan didefinisikan sebagai
skala peta.
•perbandingan angka
•kesamaan nilai
•grafis
0
---
1:100.000
--- 1 cm sama dengan 100.000 Cm
5
10
15
20
25 km
 Pada sistem digital skala ini terkait dengan resolusi yaitu “kepadatan”
informasi unit satuan luas tertentu.
 Meskipun pada sistem digital secara visual peta adalah scale-less, namun
kulitas informasi (mis. Ketelitian geometrik) tetap terkait dengan resolusi
data pada saat dilakukan pengukuran (acquisition).
SISTIM PROYEKSI
a. Bidang Datar
Azimuthal Normal, Miring, Transversal
Proyeksi ini biasanya hanya digunakan
untuk wilayah kutub (selatan maupun
utara)
b. Bidang yang dapat didatarkan
- Kerucut Normal, Miring, Transversal
- Selinder Normal Miring, Transversal
Proyeksi ini biasanya hanya digunakan untuk
wilayah (negara) yang berlokasi di lintang
tertentu
Proyeksi ini umumnya digunakan untuk negaranegara di ekuator ( Normal dan Transversal)
SISTIM KOORDINAT
a. Sistim Koordinat Cartesian
- 2 Dimensi
- 3 Dimensi
Y
Setiap posisi dinyatakan
dalam X dan Y
Contoh : P ( Xp , -Yp )
0
X
P
Z
Y
P
0
X
Posisi setiap titik dinyatakan
dalam X, Y dan Z
Contoh : P (-Xp, Yp, Zp)
b. Koordinat Polar
U
Setiap titik dinyatakan
dalam jarak dan azimuth
Contoh : P ( Sp, θp )
θp
Sp
P
c. Koordinat Geografi
P
φ
Gr
λ
Setiap titik dinyatakan
dalam Lintang dan
Bujur.
Contoh : P ( θp, λp )
UNIT SATUAN YANG DIGUNAKAN
DALAM PEMETAAN
1. Panjang/Jarak
- Metrik
: Km, Hm, Dm, M, dm, cm, mm
- Non Metrik : Mil, Yard, Feet, Inch
2. Sudut
- Sistim Sexagesimal, Derajat, Menit, Detik
- Sistim Centisimal, Grade, Centigrade, CcG
PENGERTIAN KUADRAN
0/400 0/360
IV
I
III
II
270/300
180/200
90/100
HITUNGAN KOORDINAT, AZIMUTH/ARAH
DAN JARAK
Y
Q(Xq,Yq)
φpq
θqp
Dpq
P(Xp,Yp)
0
X
φpq
= Azimuth/arah P ke Q
θqp
= Azimuth/arah Q ke P
Dpq
= Jarak dari P ke Q
P(Xp,Yp) = Koordinat ttk P
Q(Xq,Yq) = Koordinat ttk Q
Pemetaan

Suatu pekerjaan yang tujuan akhirnya
adalah visualisasi informasi :
• umumnya dikenal- dalam bentuk lembar
peta,
• disertai dengan kelengkapan (simbol, warna,
tulisan/texts, keterangan) sesuai dengan
bidang aplikasinya

Teknologi pemetaan:
•
terestrial, fotogrametri dan dijital
Hasil pekerjaan pemetaan adalah
dokumen statis
PETA TOPOGRAFI

SPACE MAP
(Peta hasil pencitraan satelit)
Data Geografik


Data geografik adalah semua obyek atau unsur geografik
(geographic features) baik yang dibawah, diatas dan di
permukaan bumi.
Di peta (yang punya geo-referensi) obyek geografik
diperlihatkan / digambar dalam bentuk:
 Titik
(untuk obyek yang memperlihatkan satu lokasi dalam ruang
seperti titik kontrol geodesi, titik tinggi, kota, dsb)
 Garis
(untuk obyek yang bentuknya linier seperti sungai, jalan,
batas administrasi, dsb)
 Luas / Area
(untuk obyek yang bentuknya tertutup seperti persil,
kecamatan, kabupaten, dsb).
 Permukaan (surface)
(untuk obyek berbentuk 3 dimensi)
Bentuk Penyajian Data Geografik
Mekkah
 Negara Irak (luas/area))
 Kota Suci Mekkah (titik)
 Batas administrasi
negara Saudi Arabia
dengan Yaman Selatan
(garis)
 Permukaan (bentuk 3
dimensi)
TEKNOLOGI PEMETAAN
1. TERESTERIAL
Pengukuran langsung ke lapangan ( In – Situ )
- Pengukuran Jarak
- Pengukuran Sudut
- Pengukuran beda tinggi
- Pengukuran Posisi horisontal
- Pengukuran posisi vertikal (tegak )
2. AIRBORNE / Pesawat Terbang
Penggunaan Foto udara sebagai data masukan, sering disebut
dengan Teknologi Fotogrametri
3. SPACEBORNE / Pesawat Antariksa (Satelit dsb )
Penggunaan citra satelit sebagai data masukan.
1. TERESTERIAL
a. Pengukuran Jarak
Jarak yang digunakan dalam pemetaan /hitungan adalah
jarak mendatar, sehingga semua hasil pengukuran jarak
harus dikonversi / di-ubah menjadi jarak datar.
B
Sab
θ
A
Sab
Sab
= Jarak miring
Sab
= Jarak mendatar
Peralatan yang digunakan
:
- Mistar ukur (baja , kayu, plastik, fiber glass )
- Rantai ukur
- Pita Ukur ( baja, plastik, )
- Teodolit ( sering disebut dgn jarak optis )
- EDM ( Electronic Distance meter/measurement )
Mana yang paling teliti ?
TEODOLIT , tampak pada lensa okuler dan
rambu / mistar ukur
ba
bt
bb
ba = benang atas
bt
Lensa Okuler
= benang tengah
bb = benang bawah
Pengukuran jarak optis dengan Teodolit
ba
bt
bb
?
D ≈ 100 (ba – bb )
ba
p
i
bt
bb
D
EDM
- Electronic Distence Meter / Measurement
D
D = ½ .C . t
C = Kecept. Cahaya
t = Waktu yg diperlukan,
pergi - pulang
TEODOLIT dan Prinsip penggunaannya
Sb-2
Sb-1
Berbagai jenis Teodolit dan pembuatnya
1. WILD / LEICA
- T0, T1, T2, T3, T4
- Total Station / Digital Teodolit
2.
Sokisha / SOKIA - Th16, Th02
3.
Topcon
4.
Nikon
5.
Zeiss
6.
Kern
7.
Breithaupt
8.
DLL
SEBELUM MELAKUKAN PENGUKURAN
DENGAN TEODOLIT
Harus dipenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Sumbu I harus benar-benar tegak
2. Sumbu II harus benar-benar mendatar
3. Garis bidik harus tegak-lurus sumbu II
PENGUKURAN SUDUT MENDATAR / HORISONTAL
bki
Sb-I
β
β = bka - bki
bka
Perputaran teropong mengelilingi sumbu I (sumbu vertikal )
METODA PENGUKURAN SUDUT MENDATAR
1. REPETISI
B
C
A
Bila pengukuran pada posisi ( B ) = B
P
Maka hasil bacaan ( LB ) akan
= B + 180
D
Untuk setiap sudut selalu dilakukan pengukuran dengan
posisi Biasa ( B ) dan Luar biasa ( LB )
2. REITERASI
B
A
C
Q
D
3.
SCHRIBER
B
A
C
R
D
PENGUKURAN SUDUT TEGAK - VERTKAL
Z
h
Bila pada posisi teropong mendatar, bacaan = 90 maka
yang terbaca adalah sudut Zenith
= z
Bila pada posisi teropong mendatar, bacaan = 0 maka
yang terbaca adalah sudut tegak
= h
Perputaran teropong mengelilingi sumbu II - ( Sb. Horisontal )
PENGUKURAN BEDA TINGGI
Alat Ukur Beda Tinggi
1. Sipat Datar ( Waterpass )
2. Teodolit ( Metoda Trigonometris )
3. Barometer ( Metoda Barometris )
4. GPS (Global Positioning Systems)
ALAT UKUR SIPAT DATAR - WATERPASS
Pada alat ukur ini, hanya ada sumbu-1 ( vertikal)
Teropong mengelilingi sumbu ini
PENGUKURAN BEDA TINGGI
a. Dengan Sipat Datar
Alat diantara 2 rambu ukur
Alat diluar 2 rambu ukur
Alat diluar 2 rambu atau dgn Tinggi garis
bidik ( Tgb )
Pengukurun beda tinggi memanjang
(Sering disebut dgn sipat datar memanjang)
A
h1
a
h2
b
h3
c
Tinggi titik B = Tinggi A +
h4
 hi
B
KETELITIAN PENGUKURAN SIPAT DATAR
MEMANJANG
A. Bila pengukuran dilakukan antara dua titik yang tidak diketahui
tingginya, maka dikatakan
Pengukuran tingkat 1 , bila pengukuran PP berbeda sebesar ± ( 2 √Skm) mm
Pengukuran tingkat 2 , bila pengukuran PP berbeda sebesar ± ( 3 √Skm) mm
Pengukuran tingkat 3 , bila pengukuran PP berbeda sebesar ± ( 6 √Skm) mm
B. Untuk pengukuran yang dilakukan yang diikat oleh 2 titik
yang diketahui tingginya, maka,
Pengukuran tingkat 1, bila hasilnya berbeda sebesar ± ( 2 ± 2√Skm ) mm
Pengukuran tingkat 2, bila hasilnya berbeda sebesar ± ( 3 ± 3√Skm ) mm
Pengukuran tingkat 3, bila hasilnya berbeda sebesar ± ( 6 ± 6√Skm ) mm
Pengukuran
beda tinggi Trigonometris
menggunakan Teodolit dengan mengukur
sudut tegak h dan jarak Sab
Jarak
Sab
biasanya diukur
dengan memasang EDM diatas
Teodolit
h
h
h = Sab Sin h
PENGUKURAN PROFIL
A. Profil Memanjang
Pengukuran dilakukan dengan metoda tinggi garis
bidik
Hasil pengukuran berupa gambar
profil dengan skala tegak dan skala
mendatar tertentu
Hasil gambar profil memanjang dengan
skala mendatar dan skala tegak tertentu
B. Profil Melintang
Pengukuran dilakukan melintang terhadap posisi
profil memanjang.
Cara pengukuran sama dengan pengukuran profil
memanjang.
B
4
2
1
A
3
Global Positioning System
GPS
SATELIT NAVSTAR
KONFIGURASI 24
SATELIT MENGORBIT
BUMI
Pendahuluan Teknologi GPS
Sistem ini didesain untuk memberikan informasi tentang posisi dan
kecepatan dalam ruang 3D, serta informasi waktu teliti.
Cakupan sistem GPS adalah seluruh Dunia (dimana saja kita dapat
menggunakan GPS sepanjang sinyal dari satelit dpt diterima oleh receiver)
Sistem ini beroperasi secara kontinyu (pagi hari, siang hari, bahkan malam
hari kita dapat mengoperasikan sistem GPS)
Penggunaan sistem tidak tergantung cuaca (meskipun hujan, cuaca buruk,
kita tetap dapat mengoperasikan sistem GPS)
Dapat digunakan oleh banyak orang pada saat yang sama
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
Segmen Penyusun Sistem GPS
Segmen penyusun GPS yaitu Segmen Satelit, Sistem Kontrol, dan Pengguna
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
Segmen Satelit
Satelit GPS analoginya seperti stasiun radio di angkasa
yang memancar pada 2 frekuensi sinyal
Sistem ini dilengkapi dengan antena yang dapat
menerima dan mengirim sinyal dalam spektrum L Band
Dilengkapi dengan jam Atom dan solar panel di bagian
sayapnya untuk energi bagi sistem satelit
Satelit GPS diletakan dalam 6 orbit mendekati bentuk
lingkaran dengan tinggi dari permukaan bumi sekitar
20200 km.
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
Segmen Satelit
Orbit Satelit GPS mempunyai sudut inklinasi 55 derajat,
serta periode orbit 12 jam.
Dalam 1 orbit diletakkan 4 buah satelit yang disusun
sedemikian rupa sehingga 4-10 satelit GPS selalu terlihat
dimana saja dan kapan saja di batas horison di bumi ini.
Jumlah nominal satelit sejak 1994 adalah 24 satelit.
Kecepatan Satelit adalah 4 Km/detik.
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
Segmen Sistem Kontrol
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
modul 9 - 11
Segmen Pengguna
GPS tipe navigasi
GPS tipe navigasi
GPS tipe navigasi
GPS Total Station (Tipe
Pemetaan)
Sumber : Google Search
GPS tipe Nav Militer
GPS tipe Geodetik
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
modul 9 - 12
Sinyal dan Data GPS
Sumber : Hasanuddin .Z Abidin 1994
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
modul 9 - 16
Keunggulan Sistem GPS
Keunggulan Sistem GPS yaitu memberikan informasi tentang posisi,
kecepatan, dan waktu secara akurat, murah, dengan cakupan yang luas,
dimana saja di muka bumi ini, tanpa memerlukan saling keterlihatan antar
titik, pada setiap saat tanpa tergantung cuaca.
Sumber : Hasanuddin .Z Abidin 1994
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
modul 9 - 18
Prinsip Penentuan Posisi dengan
GPS
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
modul 9 - 22
Absolute Positioning
Gambar deskripsi
absolut positioning
* HANYA MEMERLUKAN 1 RECEIVER
* BUKAN UNTUK MENENTUKAN POSISI
SECARA TELITI (hanya 3 – 6 meter)
* APLIKASI UTAMA : NAVIGASI
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
modul 9 - 23
Differential Positioning
Gambar deskripsi relatif
(differential) positioning
* MINIMAL DIBUTUHKAN 2 RECEIVER
* UNTUK MENENTUKAN POSISI SECARA TELITI ( sampai mm )
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
Aplikasi-Aplikasi Sistem GPS
Aplikasi-aplikasi di bidang militer seperti navigasi
pasukan, tracking, penuntun arah misil dan bom,
penyelamatan (rescue) dan lain-lain.
Aplikasi-aplikasi di bidang survey dan pemetaan (darat dan laut seperti)
penentuan titik kontrol, tracking, ground control point, dan lain-lain.
Aplikasi-aplikasi di bidang pertanahan seperti penentuan batas persil
tanah, rekonstruksi persil tanah, penentuan lokasi tanah, dan lain-lain.
Aplikasi-aplikasi di bidang geodesi, geodinamika, dan deformasi seperti
pembangunan kerangka referensi global, pemantauan pergerakan lempeng,
monitoring land subsidence, land slide, dan lain-lain
Aplikasi-aplikasi di bidang Transportasi, seperti navigasi, VTS, ILS
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
modul 9 - 29
Aplikasi-Aplikasi Sistem GPS
Aplikasi-aplikasi di bidang Pertanian dan perkebunan, seperti precise
farming untuk penyiraman tumbuhan, penanaman bibit, dan lain-lain.
Aplikasi-aplikasi di bidang Fotogrametri dan Remote Sensing, serta Sistem
Informasi Geografis (GIS) seperti Ground Control Point, Ground Check,
Positioning Objek, Mapping, dan lain-lain.
Aplikasi-aplikasi di bidang Kelautan seperti pengamatan pasut lepas pantai
(GPS Buouy), pengamatan posisi bawah laut, penentuan titik dan lajur
pemeruman (batimetri), pengamatan arus laut, TEWS, dan lain-lain.
Aplikasi-aplikasi di bidang studi Atmosfer seperti penentuan kandungan
Uap Air di Troposfer, Total Electron Content (Jumlah elektron-elektron
bebas), Ionosfer disturbance (precursor gempa), dan lain-lain
kelompok keilmuan geodesi fitb itb 2007
GPS experiments – TU Delft
GPS Navigasi di kapal
BERBAGAI JENIS GPS TELITI
PENENTUAN POSISI
PLANIMETRIS ( X,Y )
1. PENGIKATAN KEMUKA ( Intersection )
2. PENGIKATAN KEBELAKANG ( Resection )
3. POLIGON ( Traverse )
4. GPS ( Global Positioning Systems )
5. DLL
PENGIKATAN KEMUKA ( Intersection )
Syarat utama :
1. Diketahui minimal 2 titik Koordinat Planimetris (X,Y)
2. Dilakukan pengukuran sudut mendatar ke arah titik
yang akan ditentukan koordinatnya, dari kedua titik
yang diketahui koordinatnya
P
Titik A dan B diketahui
koordinatnya.
Sudut
A


B

dan  diukur
Koordinat titik P
dihitung
PENGIKATAN KEBELAKANG ( Resection )
Syarat Utama :
1. Diketahui minimum Posisi 3 ( tiga ) titik ( koordinatnya )
2. Dilakukan pengukuran sudut dari titik yang akan ditentukan
koordinatnya , kearah titik-titik yang diketahui koordinatnya
Titik A , B DAN C diketahui
koordinatnya
A
B

Sudut

dan

diukur
Koordinat titik P dihitung

C
A. METODA COLLINS
A

B

P


D
C
B. METODA CASSINI
C
B
A

M

P
N
POLIGON ( Traverse )
PADA PENENTUAN POSISI DENGAN CARA POLIGON,
DILAKUKAN PENGUKURAN SUDUT DAN JARAK DI TIAP
TITIK.
ALAT YANG DIGUNAKAN ADALAH
1. Alat ukur sudut ( Teodolit )
2. Alat Ukur Jarak
Harus diperhatikan, bila alat ukur sudut yang diguna
kan merupakan Teodolit teliti, maka alat ukur jarak
yang digunakan juga alat ukur jarak teliti.
JENIS - JENIS POLIGON
A. Poligon Terbuka
B. Poligon Terikat
C. Poligon Tertutup
DASAR TEORI POLIGON
Semua sudut diukur :
Y
Semua jarak diukur :

P;

1;

2;

3;

4 ; dan

R
d1 ; d2 ; d3 ; d4 ; dan d5
Semua azimuth/Arah dihitung
Semua koordinat dihitung, termasuk koreksinya.
Q
R
d5
3
P
d1
1
d4
4
d3
d2
S
2
X
HITUNGAN LUAS
Y
LUAS (1234) = L.Tr.(122’1’) + L.Ir.(233’2’)
- L.Tr.(144’1’) – L.Tr.(433’4’)
3
3’
4
4’
2’
1’
2
1
X
2 LUAS (1234) =
Y1
Y2
Y3
Y4
Y1
----
----
----
----
----
X1
X2
X3
X4
X1
A
A
: Nivo
B
: Altimeter
C
: Jarak Utama
F
B
23 Cm / 9’’
(Fokus)
C
D
: Waktu / Jam
E
: Nomor Urut
F
: Fiducial Mark
D
E
23 Cm / 9’’
A.
NIVO
H
Z
h
MSL
B. ALTIMETER
KAMERA UDARA
Magasin
Cone
Lens Systems
SWA
NA
C. JENIS KAMERA
WA
D
Menunjukkan Jam berapa pemotretan
dilaksanakan, untuk setiap foto
Harus diperhatikan hal-hal berikut :
- Pemotretan pagi / sore
- Shutter speed
E
F
Nomor Urut Pemotretan
Fiducial Mark
SKALA FOTO dan SISTIM KOORDINAT FOTO
Skala Foto adalah perbandingan antara jarak di foto dengan jarak
yang bersangkutan di lapangan.
b’
a’
H = Z–h
c
Skala Foto = a’b’/ab
~ c/(Z-h)
a
Z
H
b
h
MSL
SISTIM KOORDINAT FOTO
Sistim Koordint foto adalah sistim koordinat Cartesian,
dimana salib sumbu x an y saling tegak lurus, dengan
Pusat koordinat di titik utama foto.
y
x
Untuk mendapatkan
koordinat lapangan,
harus dilakukan hitungan
transformasi koordinat
konform, dari sistim
koordinat foto menjadi
sistim koordinat lapangan
TRANSFORMASI KOORDINAT KONFORM 2 - DIMENSI
KONFORM : Bentuk
sebelum dan sesudah
transformasi , SAMA
φ
1
a
∆y
Δx
Perubahan yang terjadi :
1. Skala
2. Pergeseran kearah x
dan y
3. Rotasi
2
TRANSFORMASI KOORDINAT KONFORM
Y
2 – DIMENSI , (x,y)
(X,Y)
P
Yp
ΔX
ΔY
φ
X
Xp
Jika : x,y
adalah sistim koord. Foto
dan X,Y Sistim koord. Tanah.
Tentukan Xp , Yp (φ, S, Δx, Δy)
Pergeseran Relief ( Relief Displacement)
O’’
dr
r
O
dr
Pergeseran relief
a
.O’’ b
ab/aO’’ = dr/r =A’B/A’O’ = AB /OO’
A
A’
B
dr/r = AB/OO’
O’
AB = dr.OO’/r
STEREOSCOPIC VISION
R
L
60
90
90
60
60
60
Y
X
AERIAL PHOTOGRAPHY
OVERLAP
dan
SIDELAP
A
STRIP-1
B
STRIP-2
A
B
Overlap / Pertampalan kedepan
Sidelap / Pertampalan kesamping
A
PENGAMATAN 3 - DIMENSI
KIRI
KANAN
KIRI KANAN
CERMIN
CERMIN
b. Anagliph Systems
Pseudoscopic Vision
AERIAL PHOTO INTERPRETATION
Mendifinisikan dan mengukur suatu obyek tanpa
mendekati atau menyinggung obyek tersebut
7 ( Tujuh ) kunci interpretasi foto udara
-
Shape
-
Size
-
Shadow
-
Pattern
-
Tone
-
Texture
-
Topographic Location
FLIGHT PLANNING
2 ( dua ) ASPEK UTAMA
A. Aspek Administrasi
-
Security clearence
-
Flight permit
B. Aspek Teknis
Out put ?
1.Peta Garis
2.Peta Foto
3.Skala Peta Akhir
4.Untuk keperluan tertentu
ASPEK TEKNIS
1. Lokasi / kondisi Area
2. Berapa skala akhir ?
3. Pemilihan Pesawat Terbang
4. Pemilihan Kamera udara
5. Homebase ?
6. Pemilihan/penentuan jalur terbang
7. Hitungan Foto Udara
Perencanaan
Penyuluhan
Signalization/Premarking
AT
Pengukuran GCP
Aerial Photography
Interpretasi Foto Udara
Restitusi Stereo
Plotting
Restitusi Foto Tunggal
Orthofotografi
Rektifikasi
Pembuatan mosaik
Pete Garis
Peta Foto