sesi 6 MATERI ARTIKEL ILMIAH

Download Report

Transcript sesi 6 MATERI ARTIKEL ILMIAH

PENDAHULUAN

dan

PENDEKATAN

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH NASIONAL

Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

A. LATIEF WIYATA

[email protected]

(2012)

1

PENDAHULUAN

1. Sebagai pengantar, kemukakan secara singkat dan jelas latar belakang penulisan artikel ilmiah yang mengacu baik pada temuan-temuan penelitian sendiri, penelitian terdahulu, teori-teori maupun pengalaman-pengalaman dan wawasan-wawasan pemikiran terbaru penulisnya sesuai dengan topik dan substansi artikel.

2. Kemukakan pula secara eksplisit namun singkat dan jelas tentang maksud, tujuan serta kegunaan artikel baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi khalayak akademik tertentu (spesifik) yang membutuhkannya. [email protected]

2

PENDAHULUAN

3. Pergunakan dan kembangkan kata-kata kunci sesuai dengan topik dan permasalahannya kemudian rangkaikan menjadi kalimat-kalimat dengan menggunakan tata bahasa yang baku (Mien A. Rifiai: 2005).

4. Penyajiannya, yang biasanya tertuang dalam alinea-alinea, haruslah runut secara kronologis dan sistematis. Artinya, kaitan logika antarpemikiran itu harus jelas dan menunjukkan adanya relevansi satu sama lain, [email protected]

3

PENDAHULUAN

5.

Kalimat-kalimat awal dalam “Bab Pendahuluan” seharusnya merupakan hasil pemikiran sendiri, bukan kutipan. 6.

Kembangkan (semua) pemikiran itu berdasarkan wawasan dan referensi terbaru penulisnya, barulah kemudian mengacu pada pemikiran-pemikiran atau temuan-temuan penelitian orang lain yang relevan sebagai bahan dialog dan komparasi yang kritis. [email protected]

4

PENDAHULUAN

7. Sesuai dengan aturan format penulisan artikel ilmiah semua pemaparan tadi tidak lagi dipilah-pilah ke dalam sub-sub bab, melainkan s emuanya telah “dilebur” menjadi satu kesatuan yang utuh dalam “Bab Pendahuluan ”. 8. Pemaparan tentang Metodologi sepanjang tidak diatur dalam persyaratan penulisan yang ditentukan oleh pengelola jurnal (gaya selingkung), sebaiknya juga tidak dibahas tersendiri dalam suatu sub-bab.

[email protected]

5

PENDAHULUAN

9. Kalaupun harus ada pemaparan khusus tentang Metodologi hendaknya tidak perlu panjang, cukup point point pentingnya saja, apalagi bila hal itu menyangkut tentang rumus-rumus yang berbelit-belit.

10. Kalimat-kalimat awal dalam “ Bab Pendahuluan” hendaknya dimulai dengan kalimat pemaparan langsung terhadap pokok atau topik yang akan dibahas. Artinya, hindari pernyataan-pernyataan yang bersifat terlalu umum sehingga terkesan “melambung-lambung” dan berlebihan. [email protected]

6

CONTOH-CONTOH KALIMAT AWAL DALAM “BAB PENDAHULUAN”

(Peserta Pelatihan terdahulu)

Judul: PERILAKU WANITA DALAM PENGGUNAAN KOSMETIK

Manusia dilahirkan dalam keadaan menyukai yang indah-indah dan senang dengan yang bagus-bagus. Tanpa keindahan, manusia akan lahir sebagai orang yang biadab...

[email protected]

7

Judul; EVALUASI DAN EFEKTIVITAS PEMANFAATAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI SUMATERA UTARA

Kenaikan harga minyak mentah dunia yang cukup tinggi dan telah menyebabkan semakin tingginya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harus ditanggung oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Oleh karena itu kebijakan mengurangi subsidi BBM yang diberikan oleh pemerintah tidak banyak dinikmati oleh penduduk/keluarga miskin, padahal mereka inilah yang sangat merasakan akses dari kenaikan harga BBM tersebut . (…) [email protected]

8

Judul: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA HUTAN MELALUI PENGELOLAAN HUTAN SOSIAL SECARA SINERGIS ADAPTIF BERKELANJUTAN

Salah satu dari tiga agenda utama dalam program pembangunan nasional adalah “meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia”.

Kelompok utama sasaran peningkatan kesejahteraan adalah masyarakat tergolong miskin . (…). Upaya pemberdayaan masyarakat miskin di wilayah kantong-kantong kemiskinan memerlukan penekanan, perumusan dan formulasi yang berbasis pada otonomi komunitas, kemandirian dan keswadayaan lokal . (…). Kajian dengan konsentrasi pada pemberdayaan masyarakat miskin di desa sekitar hutan tidak lepas dari program revitalisasi hutan di Indonesia yang saat ini sedang digalakkan yaitu melalui pengelolaanhutan sosial (…) [email protected]

9

Judul: PEMETAAN DISTRIBUSI DAN DENSITAS MONYET HITAM SULAWESI (

macaca nigra

) DI SULAWESI UTARA

Monyet hitam Sulawesi (

macaca nigra)

merupakan satu dari tujuh species monyet Sulawesi yang tersebar secara alopatrik (Bynum, 1979), di samping

macaca nigrescens

,

macaca tonkeana, macaca maurus, macaca ochreata,

dan

macaca brunnescens.

Beberapa ahli sekarang memperkenalkan takson kedelapan, yaitu

macaca togianus

yang tersebar di ujung distal semenanjung timur Pulau Sulawesi dan Pulau Malenge yang merupakan bagian dari Kepulauan Togian (Supriatna & Wahyono, 2000).

[email protected]

10

PENDAHULUAN

11. Oleh karena artikel ilmiah yang akan dimuat di jurnal ditulis berdasarkan hasil penelitian tentu saja uraian uraian “Bab Pendahuluan” tidak harus sama persis dengan uraian bab Pendahuluan pada laporan penelitian. 12. Itu sebabnya, lakukan pengeditan secermat mungkin terhadap laporan penelitian itu, tidak saja tentang penggunaan bahasa yang pada umumnya sangat formal dan terkesan kaku, namun yang terpenting adalah tentang substansinya. Bisa jadi, oleh karena berbagai alasan akademik, substansi artikel ilmiah agak berbeda dengan substansi laporan lenelitian. [email protected]

11

PENDAHULUAN

13. Pilih dan pilah bagian-bagian materi laporan penelitian mana yang dianggap penting untuk dipertahankan dan mana pula yang harus dibuang, disesuaikan dengan substansi artikel ilmiah.

14. Buatlah catatan-catatan khusus pada bagian-bagian laporan penelitian yang dianggap perlu dimasukkan dalam “Bab Pendahuuan” terutama setelah muncul pemikiran-pemikiran terbaru sebagai pengembangan dari temuan-temuan yang ada agar artikel ilmiah yang akan ditulis benar-benar menyajikan informasi mutakhir.

[email protected]

12

PENDAHULUAN

15. Dialogkan secara kritis pemikiran-pemikiran terbaru tersebut dengan konsep-konsep teoretis serta temuan temuan penelitian sebelumnya agar penulisan artikel ilmiah menjadi semakin tajam, dan terfokus. 16. Pencantuman temuan-temuan empirik dari penelitian sebelumnya selain untuk pengayaan serta penajaman substansi artikel ilmiah, pada dasarnya penting juga untuk menghindari terjadinya redundansi penelitian, [email protected]

13

PENDAHULUAN

17. Hindari munculnya “parade pernyataan orang” dalam “Bab Pendahuluan ” yang justru mengesankan penulis artikel ilmiah tersebut sama sekali tidak memiliki kontribusi pemikiran keilmuan. Hal ini dapat dilihat darii terlalu seringnya ditemui kalimat: “Berdasarkan beberapa kutipan tersebut, dengan demikian maka …” 18. Posisi keilmuan penulis dalam keseluruhan tulisan artikel ilmiah sedapat mungkin sudah harus muncul dalam “Bab Pendahuluan ”, agar pembaca secara lebih awal sudah dapat menangkap dan memahami arah pemikiran, pendekatan serta paradigma yang digunakan.

[email protected]

14

PENDAHULUAN

19. Semua uraian dalam pendahuluan harus menjadi acuan utama untuk bab-bab selanjutnya, agar konsistensi dan keutuhan tulisan artikel ilmiah dapat terjaga dengan baik.

20. Semua uraian dalam “Bab Pendahuluan” seyogyanya hanya sekitar 2-3 halaman (untuk bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora), dan lebih singkat lagi untuk bidang Ilmu-ilmu Eksakta.

[email protected]

15

PENDEKATAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Pendekatan kualitatif

1. Induktif 2. Subyektif, relativisme, dan “ tidak bebas nilai”.

3. Subyektivitas menjadi penting dalam melakukan interpretasi.

4. Hubungan

relasional

antarfenomena dan antarkondisi harus dikemukakan secara jelas.

5. Setiap fenemona sosial-budaya harus diungkapkan secara rinci, proporsional, kontekstual dan komprehensif. [email protected]

16

PENDEKATAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF

6. Tulisan artikel ilmiah harus dapat mengungkapkan dengan jelas

hubungan relasional

antara kondisi yang satu dengan yang lainnya sehingga fenomena fenomena sosial (dan budaya) dapat dipahami secara proporsional dan kontekstual.

7. Oleh karena data dan informasi dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan metode

paticipant observation

maka temuan-temuan lapangan semakin lengkap bilamana “catatan harian lapangan” (

field notes

) dimanfaatkan pula sebagai dasar penulisan artikel ilmiah. [email protected]

17

PENDEKATAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF

8. Selain itu, cara penulisan artikel ilmiah lebih bersifat naratif-interpretatif. Hal ini dimaksudkan agar makna makna simbolik yang terkandung dalam setiap fenomena dapat diungkapkan dan dipahami sesuai dengan proporsi dan konteksnya.

9. Meskipun demikian tidak berarti bahwa dalam penulisan artikel ilmiah yang didasarkan pada pendekatan penelitian kualitatif mengabaikan sama sekali data-data kuantitatif (khususnya data statistik). Data-data ini tetap diperlukan namun sebatas sebagai pendukung temuan temuan lapangan. [email protected]

18

PENDEKATAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF

10. Dalam penulisan artikel ilmiah yang menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

subyektivitas

penulis sangat dihargai dalam arti pemahaman dan penafsiran pribadi penulis terhadap semua temuan-temuan lapangan tidak ditabukan. 11. Kualitas tulisan sangat bergantung pada tingkat kualitas pemahaman dan penafsiran penulisnya dalam artian terkait dengan tingkat ketajaman dan kedalamannya, bukan pada “benar” atau “salah” menafsrikan.

[email protected]

19

PENDEKATAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF

12. Tulisan-tulisan artikel ilmiah yang didasarkan pada penelitian kualitatif hampir tidak pernah berpretensi menghasilkan suatu generalisasi. Kalaupun harus membuat suatu generalisasi sifatnya hanya pada lingkup obyek penelitian.

13. Setiap informasi, data dan pernyataan tentang sesuatu hal yang menggunakan kata-kata atau ungkapan ungkapan lokal seharusnya ditulis lengkap dalam bahasa lokal sesuai dengan aslinya (pendekatan

emik

). Kemudian berilah penjelasan serinci mungkin. Semua ini dimaksudkan agar makna-makna simbolik yang terkandung di dalamnya tetap dapat dipertahankan.

[email protected]

20

PENDEKATAN DALAM PENELITIAN KUANTITATIF

Pendekatan kuantitatif

1. Deduktif.

2. Obyektif, positivistik, dan “bebas nilai”. 3. Subyektivitas sedapat mungkin sangat dihindari.

4. Hubungan antarfenomena, kondisi, obyek, atau variabel bersifat

kausalitas

(sebab-akibat atau

korelasional

). Hubungan kausalitas ini harus dikemukakan secara jelas, obyektif, konkrit,

reliable

, dan

testable

dengan menggunakan alat-alat pengukuran numerik, matematis atau statistik.

[email protected]

21

PENDEKATAN DALAM PENELITIAN KUANTITATIF

5. Hasil-hasil atau temuan-temuan lapangan dipaparkan dengan lebih mementingkan penggunaan penghitungan dan pengukuran matematis yang disajikan dalam bentuk tabel-tabel, diagram, gambar/foto, serta bentuk-bentuk ilustrasi lainnya.

6. Oleh karena data dan informasi dikumpulkan berdasarkan alat-alat (instrumen) yang terstruktur dengan besaran populasi dan sampel yang sudah ditentukan maka kebenaran temuan dapat diketahui dengan cepat, tepat dan akurat. Semuanya itu harus tercermin dalam penulisan artikel ilmiah.

[email protected]

22

PENDEKATAN DALAM PENELITIAN KUANTITATIF

7. Kualitas artikel ilmiah yang ditulis berdasarkan pendekatan kuantitatif ini sangat ditentukan oleh kualitas obyektifitas data atau temuan-temuan lapangan. 8. Dengan demikian, temuan-temuan tadi kemudian dapat dijadikan dasar melakukan generalisasi yang obyektif dengan kadar kepercayaan yang tinggi serta mampu melakukan prediksi yang akurat. (*) [email protected]

23

LIHATLAH KURA-KURA!

SATU-SATUNYA KESEMPATAN YANG BISA MEMBUAT KURA-KURA MELANGKAH MAJU ADALAH KETIKA DIA BERANI MENJULURKAN KEPALANYA KELUAR (enviromagz)

[email protected]

24

TERIMA KASIH

Email: [email protected]

Blog: http://wiyatablog.blogspot.com HP: 081332244666 dan 087854504545

25