Transcript CRO
Prinsip kerja CRO analog dan digital dibagi menjadi tiga bagian seperi diuraikan dalam link berikut Osiloskop Osiloskop terdiri atas CRT ( Cathode Ray Tube) yang dihubungkan kontol-kontrol tertentu dan rangkaian input. Pada CRT elektron dibangkitkan oleh katoda yang dipanaskan yang dibentuk menjadi seperti tabung dan dipercepat menuju layar yang dapat berpendar. Berkas elektron disimpangkan secara vertikal dan horizontal dengan tegangan yang diberikan pada piringan pendefleksi. Pentingnya penggunaan Osiloskop Mampu menyajikan informasi yang lebih lengkap tentang signal yang sedang diuji dari pada menggunakan alat lain. Dapat mengukur ampliudo, frekuensi dan bentuk sinyal, perbedaan fase, lebar pulsa, dan waktu tunda. Dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kualitatif dan kuantitatif. Mampu mengukur sinyal A.C. Secara akurat OSILOSKOP Panduan osiloskop secara ringkas Secara ringkas bagaimana menggunakan osiloskop dapat dipelajari dari link berikut Tampilan CRO Tampilan layar Layar CRO terdiri atas dua bagian yakni sumbu x untuk mengukur periode sinyal dan sumbu y untuk mengukur amplitudo sinyal. CRT (Cathode Ray Tube) Diagram vertikal Cara kerja CRT Secara lengkap cara kerja CRT dapat dipelajari dari link berikut OSILOSKOP (BK Precision Model 2125A) OSILOSKOP (BK Precision Model 2120B) y a sin ( t ) Persamaan gelombang sinus: 2 gelombang dengan amplitudo berbeda tetapi berfase awal sama y 4 sin t y 2 sin t 2 gelombang dengan amplitudo sama tetapi berfase awal berbeda y 4 sin t y 4 sin (t / 4) 2 gelombang dengan amplitudo sama tetapi berfase awal berbeda y1 4 sin (t / 2) y2 4 sin (t / 2) Bagaimana jika y1 + y2 ? Superposisi dua gelombang Pengoperasian X-Y Dua isyarat x dan y membentuk pola LISSAJOUS Untuk x A sin ωt y B cos ωt Tampilanbe rupae lipsoida: x2 y 2 2 1 2 A B Untuk fy : fx = 2 : 1 Untuk fy : fx = 3 : 1 Untuk fy : fx = 3 : 1 dengan posisi beda fase yang berbeda Untuk fy : fx = 3 : 1 dengan posisi beda fase yang berbeda Mengatur tampilan dengan dengan mengubah sensitivitas vertikal Vpp = 8 volt Mempunyai tampilan : R 5V/div B 2V/div D 1V/div Mengatur tampilan dengan dengan mengubah sensitivitas horizontal 1 kHz mempunyai tampilan: D 0.5 msec/div B 0.2 msec/div R 0.1 msec/div Rising-edge Triggered Suatu input dapat ditrigger: R0V B +1 V D -2 V Falling-edge Triggered Suatu input dapat ditrigger: R0V B +1 V D -2 V AC-Coupled Triggering Triggering terjadi pada titik yang sama pada bentuk gelombang, walaupun masingmasing input mempunyai level dc R1V B0V D -1 V DC-Coupled Triggering Triggering terjadi pada titik yang sama pada layar, walaupun masingmasing input mempunyai level dc R +1.25 V B0V D -1.25 V Mengukur Amplitudo •Tampilan awal ( R ) susah untuk dibaca amplitudonya •Perlu digeser secara vertikal sampai menyentuh garis tertentu ( B ) •Kemudian digeser secara horizontal sampai puncaknya menyentuh sumbu-y yang terkalibrasi (D) •Terbaca Vpp = 5.3 Contoh lain: D = 4.0 div p-p B = 5.65 div p-p R = 7.0 div p-p Mengatur Fase Input •Input awal nampak seperti R •Input di-ground-kan dan dipindah ke pusat layar (AC-coupled input akan berpusat pada 0 V (B) ). •Kemudian “timebase” dikalibrasi hingga kedua titik nolnya terpisah sejauh 9 div (= 180O), atau 1 div = 20O (D). Menentukan Beda Fase 2 Input •Dua buah input mulamula terlihat seperti G dan B (tanpa level dc) •Kemudian diatur masingmasing seperti nampak pada R dan D •Nampak D tertinggal terhadap R sebesar 37 derajat. Contoh lain: •B tertinggal terhadap R sebesar 26 derajat •D mendahului R sebesar 54 derajat Ilustrasi Komponen Ac dan DC Tampilan: 2.2 div p-p superimposed dengan +2.5 div DC Tampilan dengan AC-Coupled (komponen DC dibuang) Tampilannya kemudian diperbesar