02 KLH Pelaksanaan PLO

Download Report

Transcript 02 KLH Pelaksanaan PLO

Kementerian
Lingkungan Hidup
Pelaksanaan Program
Perlindungan Lapisan Ozon
di Indonesia
SALAK, 25 NOVEMBER 2014
Pendahuluan
Lapisan ozon dihancurkan oleh bahan perusak ozon
(BPO) ketika bahan kimia tersebut dilepaskan ke
atmosfer dan kemudian bereaksi dengan molekulmolekul ozon.
 Peningkatan radiasi ultraviolet yang mencapai bumi
akibat penipisan ozon dapat mengakibatkan
dampak besar pada kehidupan dan alam, termasuk
kanker kulit dan katarak dan sistem kekebalan
tubuh yang lemah.
 Hal ini juga dapat merusak kehidupan tumbuhan di
darat, termasuk tanaman, dan ekosistem perairan,
mis. fitoplanton.

Gas secara alami terdapat di atmosfer
Masing-masing molekul ozon terdiri dari tiga buah
atom oksigen, dinyatakan sebagai O3
O ZON :
Ozon dijumpai di dua wilayah atmosfer:
1. Lapisan Troposfer: terdapat ± 10% ozon
(Troposfer: wilayah atmosfer paling dekat
permukaan Bumi , dari permukaan bumi hingga
ketinggian 10-16 km).
2. Lapisan Stratosfer: terdapat ± 90% ozon
(Stratosfer: wilayah atmosfer dari puncak
troposfer hingga ketinggian
50 km)  Keberadaan ozon di stratosfer
sering kali disebut lapisan ozon.

Lapisan Atmosfer Bumi
Proses Rusaknya Ozon oleh CFC
Proses Pembentukan Ozon
Red area
over Russia
and
Scandinavia
indicates
low ozone
coverage.
(Map courtesy NOAA Environmental Visualization Lab)
http://www.dirgantara-lapan.or.id/jizonpolud/htm/ozontotal.htm
HCFC dan HFC mempunyai nilai GWP sehingga dapat
memberikan kontribusi thdp pemanasan global
Perlindungan Lapisan
Ozon:
- Diatur dalam Montreal
Protocol
- Yang merusak lapisan ozon
 Clorin
 Bromin
- HFC sebagai pengganti
HCFC
- BPO dinilai oleh ODP
Pemanasan Global :
- Diatur dalam Kyoto
Protocol
- Gas yang termasuk GRK :
Karbondioksida (CO2)
Dinitroksida (N2O)
Metana (CH4)
Hidroflurokarbon ( HFC)
Sulfurheksaflurosida SF6)
Perflurokarbon (PFC)
- GWP
Sifat-sifat Refrigeran
PERMASALAHAN DAN DAMPAK
“ Menipisnya lapisan ozon menyebabkan meningkatnya
radiasi ultraviolet matahari terutama UV-B yang
mampu mencapai permukaan bumi”
UNEP
UNEP
UNEP
UNEP
Dampak penipisan lapisan ozon
KATARAK MATA
PENURUNAN IMMUNITAS TUBUH
Sinar ultra ungu intensitas
tinggi yang sampai ke
permukaan bumi akibat
rusaknya lapisan ozon dapat
menyebabkan katarak mata
Adanya sinar ultra ungu
intensitas tinggi akan
menyebabkan penurunan
immunitas (daya tahan)
tubuh manusia sehingga
mudah terserang
penyakit
KANKER KULIT
Rusaknya lapisan ozon sangat mungkin
menyebabkan kanker kulit
Di Punta Arenas, Chili terjadi peningkatan kasus
kanker kulit sebesar 66%selama 1994 - 2004
Bahan Perusak Ozon (BPO)






Chlorofluorocarbons (CFCs)
Hydrochlorofluorocarbons (HCFC)
Halon
Carbon tetrachloride (CTC)
Methyl chloroform (TCA)
Methyl bromide (Mebr)
BPO dan Penggantinya
Sebagai pendingin: CFC-12, HCFC-22,
HCFC-123
Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim
Sebagai propelan: CFC-12
•Personal Care / Cosmetic
•Home Insecticide
•Automotive Care
•Home Care / Sanitary
•Industrial Maintenance
•Special Occation
•Paint Spray & Additive
•Pharmaceutical (MDI)
 Sebagai blowing agent : CFC-11, HCFC -141b
Sebagai
insulasi
Halon, HCFC-123
Halon 1301
Halon 1211
Sebagai pengembang tembakau: CFC
CFC, HCFC,
TCA, CTC
Metil Bromida
Kebijakan nasional
Perlindungan Lapisan Ozon”
Landasan Hukum Nasional
1.
Keputusan Presiden No. 23 tahun 1992
Ratifikasi Konvensi Wina, Protokol Montreal
dan Amandemen London
2.
Keputusan Presiden No. 92 Tahun 1998
Ratifikasi amandemen Kopenhagen
3.
Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2005
Ratifikasi amandemen Beijing
4.
Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2005
Ratifikasi amandemen Montreal
Kewajiban Para Pihak
Kewajiban utama:
 Memenuhi jadwal pembekuan dan
penghapusan BPO
 Menerapkan tindakan pengawasan BPO
 Pelaporan data produksi dan konsumsi
Definisi :
Konsumsi = (Produksi + Impor) – Ekspor
Peraturan Menteri Perdagangan
No 3/M-Dag/Per/01/2012
Tentang Ketentuan Impor BPO
1.
2.
3.
4.
Larangan impor BPO jenis Carbon Tetraklorida (CTC), Methyl
Chloroform (TCA), Halon, CFC (termasuk R-500 dan R-502) dan Metil
Bromida untuk non-karantina dan pra-pengapalan (QPS)
BPO yang masih diperkenankan diimpor adalah HCFC dan MBr untuk
aplikasi QPS
Pengaturan impor HCFC
 Impor hanya boleh dilakukan oleh Importir Terdaftar dan/atau
Importir Produsen
 Pengakuan IT / Penunjukan IP diberikan Kementerian Perdagangan
atas rekomendasi dari KLH dan Kementerian Perindustrian
 Kewajiban verifikasi/penelusuran teknis impor di negara asal muat
barang (sebelum barang dikapalkan)
Pembatasan pintu masuk BPO:
 Belawan, Merak, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Sukarno
Hatta (Makassar) dan Batu Ampar (Khusus IP-BPO)
Peraturan Menteri Perindustrian:
No 33/M-Ind/Per/4/2007

Larangan memproduksi BPO
 Dilarang menggunakan BPO yang telah dihentikan
impornya pada produksi:








Air Conditioning yang digunakan dalam ruangan dan kendaraan bermotor,
lemari es rumah tangga,
pemadam api
Foam
Mesin pendingin
Aerosol
Mulai 1 Juli 2008, BPO hanya boleh untuk kegiatan
pemeliharaan dan perawatan (servicing)
CFC dan Halon yang didaur ulang boleh dipergunakan
untuk pemeliharaan barang yang sistem kerjanya
menggunakan CFC atau Halon
 Pengaturan
lebih lanjut pengelolaan Halon (hanya untuk
kebutuhan critical use)

Barang baru yang menggunakan bahan non-BPO wajib
menggunakan logo
Peraturan Menteri Negara LH
No. 02 Tahun 2007
Tentang Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi
Pelakanaan Retrofit dan Recycle pada Sistem Refrigerasi
Teknisi
yang akan melakukan retrofit dan recycle wajib
memiliki sertifikat kompetensi
Bengkel yang mempunyai teknisi bersertifikat wajib registrasi
ke KLH
Sertifikat Kompetensi diperoleh setelah mengikuti Uji
Kompetensi
Lembaga Pelatihan harus memenuhi persyaratan mutu
Dilarang melepas refrigeran jenis CFC dan HCFC ke
atmosfer
Menyediakan informasi publik mengenai registrasi
perusahaan/bengkel servis
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 35/2009 tentang Pengelolaan Halon



Halon hanya dapat digunakan untuk pemadaman
kebakaran (tidak untuk pelatihan pemadaman
kebakaran)
Setiap orang yang memiliki Halon wajib
menyimpan, mencatat, melaporkan kepemilikan
halon. Menyusun rencana penghapusan
penggunaan Halon, melaporkan dan memelihara
sistem dan peralatan agar tidak terjadi kebocoran
Halon yang diambil dari sistem terpasang/tabung
harus dipulihkan kualitasnya dan dilaksanakan
oleh Bank Halon
Jenis Halon :
Halon 1211
Bromoklorodiflorometana ( CF2ClBr)
 Halon 1301
Bromotriflorometana (CF3Br)

Penggunaan Halon :







Bidang pertahanan dan kemanan
Bidang penerbangan
Bidang Instalasi Nuklir
Bidang Industri Petrokimia
Bidang Industri minyak dan gas
Objek vital yang ditetapkan oleh yang
berwenang
MESIN DAUR ULANG CFC
Service AC MOBIL
Servis Refrigerasi Domestik/Komersial
Fasilitas Destruksi di Indonesia
 Pengembangan fasilitas dilakukan oleh PT HOLCIM
dengan bantuan teknis dari Pemerintah Jepang
Rencana Ke Depan Penghapusan
HCFC
Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim
HCFC Phase-out Management Plan HPMP
Decision XIX/6:
“ Article 5 Parties to have completed the accelerated phaseout of production and consumption in 2030, on the basis of
the following reduction steps:
•
•
•
•
By 2015 of 10%
By 2020 of 35%
By 2025 of 67.5%
While allowing for servicing an annual
average of 2.5% during the period
2030-2040
40
Respon Pemerintah Indonesia
dalam penghapusan HCFC


Bekerjasama dengan pemangku kepentingan:
instansi pemerintah terkait, industri pengguna
HCFC, asosiasi industri, perguruan tinggi dan
pakar
Membentuk Technical Working Group:
 TWG
1:
 TWG 2:
 TWG 3:
 TWG 4:

AC
Refrigerasi
Foam
Pemadam Kebakaran
Menyusun strategi penghapusan HCFC tahap
pertama yang dituangkan dalam HPMP
HCFC Phase-Out Management Plan
/HPMP
(Rencana Pengelolaan Penghapusan
HCFC)
Indonesia


HPMP Indonesia telah disetujui oleh Executive
Committee Multilateral Fund Protokol Montreal pada
pertemuan ke-64
Implementasi HPMP 2011 – 2018 dengan komponen
kegiatan:
 alih teknologi dari HCFC menjadi non-HCFC
 pengembangan kebijakan dan regulasi
 peningkatan kapasitas dan kesadaran pemangku
kepentingan
Implementasi tahap pertama bagi industri
manufaktur pengguna HCFC (sektor AC, refrigerasi
dan foam)
 Tahap kedua akan disusun rencana penghapusan
HCFC pada sektor servicing

Program Penghapusan HCFC
43
Karateristik Refrigerant
HCFC-22
R-410A
HFC-32
HC-290a
Flammable
No
No
Yes
Yes
GWP
1780
2,100
650
25
Chemical Class
Substance
CFCs
R-11
HCFCs
R-141b
HFCs
Hydrocarbons
Other
ODP (R11=1)
GWP
100 yrs
1
4750
0.11
725
245fa
0
1030
365mfc
0
900
c-pentane
0
11
i-pentane
0
11
n-pentane
0
11
Water (CO2)
0
1
Sumber: Ojala, R. 2013. Foam Expert, Finland
Tidak merupakan Bahan Perusak Ozon (BPO)
 Nilai GWP (Global Warming Potential) rendah
 Aspek safety dalam penanganan refrigeran yang mudah
terbakar
 Ketersediaan teknologi di pasaran

Alternatif teknologi pengganti HCFC yang
disetujui
oleh MLF Protokol Montreal untuk HPMP
Indonesia
Regulasi Terkait Pelaksanaan Penghapusan
HCFC
1
2
3
48
1.
2.
3.
4.
5.
Pembatasan impor HCFC melalui penetapan kuota
nasional
Pelarangan penggunaan HCFC-22 di industri manufaktur
dan atau perakitan (assembly) Refrigerasi dan AC sejak 1
Januari 2015
Pelarangan penggunaan HCFC-141b sebagai blowing
agent untuk busa insulasi pada peralatan refrigerasi sejak
1 Januari 2015
Pelarangan penggunaan HCFC-141b sebagai blowing
agent untuk manufakturproduk refrigerasi domestik,
freezer, thermoware, refrigerated trucks dan integral skin
sejak 1 Januari 2015
Pelarangan impor barang yang berbasis HCFC-22 (baik
yang berisi maupun tidak berisi HCFC-22) sejak 1 Januari
2015
49
Penetapan kuota nasional impor HCFC :
Dasar penetapan kuota nasional impor HCFC : Target Konsumsi
Nasional (Agreement between GOI and MLF)
Overall Framework for Compliance
* Based on actual 2009-2010 A7 data reporting and calculated HCFC consumption baseline
** Indonesia can still submit HPMP Stage-II in 2015 for compliance with future targets
Penetapan kuota impor HCFC dimulai sejak tahun 2012
50
Dasar Pembagian Kuota Nasional tiap Importir
Kuota nasional dibagi kepada seluruh IT/IP
yang aktif melakukan impor selama 3 tahun
terakhir (kesepakatan rapat KLH, Kemendag,
dan Kemenperin)
 Jumlah kuota untuk masing-masing importir
dialokasikan dengan mempertimbangkan hasil
evaluasi laporan realisasi impor IT/IP selama
3 tahun terakhir
 Kuota didistribusikan kepada :

20
11

Importir Terdaftar
Importir Produsen
Distribusi kuota tiap IT/IP ditentukan oleh
Kementerian Perindustrian
51
Regulasi: Pelarangan penggunaan HCFC
di industri manufaktur
Regulasi akan diberlakukan mulai 1
Januari 2015
 Tujuan regulasi:
Menurunkan kebutuhan impor HCFC
Indonesia  mencapai target
penghapusan HCFC yang ditetapkan
Protokol Montreal
Pelaksanaan alih teknologi HCFC
menjadi non-HCFC
 Berkontribusi dalam penurunan emisi Gas
Rumah Kaca Indonesia sesuai target
Pemerintah Indonesia

52
Regulasi: Pelarangan impor barang yang
mengandung HCFC


Regulasi akan diberlakukan mulai 1 Januari 2015
Tujuan regulasi:
Mengendalikan kebutuhan HCFC yang tinggi
guna keperluan perawatan barang yang
mengandung HCFC di masa mendatang
Menghindari Indonesia sebagai tempat
pembuangan barang yang mengandung HCFC
dari negara lain
53
Surat Menteri Dalam Negeri No. 003.3/4358/SJ tahun
2010 kepada seluruh kepala pemerintah daerah
tingkat provinsi, kabupaten/kota dan DPRD
Melakukan program PLO melalui prinsip tata
pemerintahan yang baik (good governance)
melalui:
Membentuk tim teknis PLO daerah
Melakukan pengawasan pemasukan BPO yang telah dihentikan
importasinya
Melakukan penegakan hukum
Pengawasan penggunaan BPO
Menetapkan peraturan daerah mengenai retrofit/recycle refrigerant
54
Deputi Bidang Pengendalian
Kerusakan Lingkungan dan
Perubahan Iklim
Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24,
Gedung A, Lantai 6, Kebon Nanas,
Jakarta Timur 13410
Telp. (021) 8517164
Fax.: (021) 85902521
E-mail:
[email protected]
[email protected]
Website : www.ozon-indonesia.org
55