klik di sini

Download Report

Transcript klik di sini

TUJUAN AUDIT
DAN BUKTI AUDIT
Tujuan Audit
Tujuan Audit: Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
1. Tujuan umum
Menguji kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan. Kriteria kewajaran adalah tingkat
kesesuaian laporan keuangan dengan Prinsip
Akuntansi Berterima Umum (PABU), misalnya SAK
(Standar Akuntansi Keuangan).
2. Tujuan khusus
Menguji kewajaran elemen-elemen laporan
keuangan atau yang disebut dengan asersi
manajemen. Tujuan umum tidak bisa dicapai tanpa
melalui penyelesaian tujuan khusus.
Asersi Manajemen
• Asersi manajemen adalah pernyataan
manajemen yang dituangkan dalam elemenelemen laporan keuangan, misalnya tentang
saldo kas, piutang, persediaan, penjualan,
dst.
• Secara tersirat asersi manajemen
menyatakan 5 aspek saldo rekening, yaitu:
– Eksistensi atau terjadinya
– Kelengkapan
– Hak dan kewajiban
– Penilaian atau alokasi
– Penyajian dan pengungkapan
Asersi Manajemen
• Eksistensi atau terjadinya  saldo rekening
benar-benar ada dan transaksi benar-benar
terjadi
• Kelengkapan  tidak ada saldo rekening atau
transaksi yang tidak dilaporkan.
• Hak dan kewajiban  saldo rekening benarbenar haknya perusahaan atau kewajiban
perusahaan.
• Penilaian dan alokasi  transaksi telah dinilai
dan dibukukan dengan tepat.
• Penyajian dan pengungkapan  saldo rekening
telah disajikan dan diungkapkan dengan tepat
sesuai dengan PABU.
Ilustrasi Asersi Manajemen
Saldo Piutang
Rp11.000.000,00
Memenuhi
aspek-aspek
asersi
manajemen
• Eksistensi atau
Terjadinya
• Kelengkapan
• Hak dan kewajiban
• Penilaian atau alokasi
• Penyajian dan
pengungkapan
Bukti Audit
Bukti audit adalah bukti-bukti pendukung
laporan keuangan yang dikumpulkan dan diuji
selama proses pelaksanaan audit.
Bukti audit yang berhubungan dengan saldo
akun/rekening dapat dikelompokkan ke dalam
dua macam bukti audit, yaitu:
1. Bukti pembukuan, seperti: jurnal, buku
pembantu, buku besar, dan berbagai
daftar pendukung pembukuan yang lain.
2. Informasi penguat/bukti transaksi,
seperti: faktur penjualan, konfirmasi
piutang, serta informasi lain yang
dikembangkan oleh auditor.
Ketepatan dan Kecukupan Bukti
• Bukti audit harus memenuhi
dua kriteria, yaitu:
1. Tepat/kompeten 
berhubungan dengan
kualitas bukti.
2. Cukup/sufficient 
berhubungan dengan
kuantitas bukti
Kompetensi Bukti
Kurang Kompeten
Relevan tak
langsung
• Dari dalam
perusahaan
• SPI Lemah
• Tidak memahami
langsung
Jauh dari tanggal
laporan keuangn
Subyektif
Faktor
Kompetensi
Relevansi
Sumber
Bukti
Lebih Kompeten
Langsung relevan
• Dari fihak luar
yang independen.
• SPI Kuat
• Memahami
langsung
Ketepatan Pada tanggal
Waktu
neraca
Obyektifitas Obyektif
Pengaruh Sirkulasi Bukti
• Bukti luar yang dikirim
langsung ke auditor
• Bukti luar yang diarsip
oleh klien
• Bukti interen yang dikirim
ke pihak luar (turn-arround
documents).
• Bukti interen yang tidak
pernah beredar di luar
perusahaan.
Lebih Kompeten
Kurang Kompeten
Kecukupan Bukti
Kebutuhan jumlah/kuantitas bukti
dipengaruhi oleh:
1. Tingkat materialitas salah saji
2. Tingkat risiko audit
3. Pertimbangan ekonomis
pengumpulan bukti.
4. Karakteristik populasi bukti, dalam
kaitannya dengan potensi salah saji.
Kecukupan Bukti
1. Tingkat materialitas salah saji
Prinsip umum: semakin tinggi
potensi salah saji, misalnya
karena SPI lemah, semakin rendah
materialitas salah saji, atau
semakin hati-hati sikap auditor
terhadap salah saji, maka semakin
banyak bukti audit yang
diperlukan.
Kecukupan Bukti
2. Tingkat risiko audit
Prinsip umum: semakin tinggi
potensi salah saji, misalnya
karena SPI lemah, semakin rendah
risiko audit yang diambil, atau
semakin hati-hati auditor, maka
semakin banyak bukti audit yang
diperlukan.
Kecukupan Bukti
3. Pertimbangan ekonomis pengumpulan
bukti.
Sesuai dengan kualifikasi SPI, diyakini
bahwa penambahan jumlah bukti tidak akan
mengubah kesimpulan auditor, maka
penentuan jumlah bukti harus dikaji dengan
pertimbangan ekonomis.
4. Karakteristik populasi bukti, dalam
kaitannya dengan potensi salah saji.
Semakin tinggi potensi kesalahan pada
elemen populasi bukti, semakin banyak
bukti audit yang diperlukan.
Prosedur Audit
Prosedur audit adalah metode
yang digunakan oleh auditor untuk
mendapatkan bukti (yang
kompeten/tepat dan dalam jumlah
yang cukup)
Kategori Prosedur Audit
1. Prosedur pemahaman SPI
2. Prosedur pengujian SPI
3. Prosedur pengujian substantif
• Prosedur awal
• Prosedur analitis
• Prosedur pengujian transaksi
• Prosedur pengujian saldo rekening
• Prosedur pengujian estimasi akuntansi
• Prosedur pengujian penyajian dan
pengungkapan
Kategori Prosedur Audit
Catatan:
Prosedur pemahaman dan pengujian SPI
ditujukan untuk mengukur kecukupan dan
efektifitas SPI, yang hasilnya digunakan
untuk menentukan kedalaman pengujian
substantif, yang mencakup:
1. Sifat pengujian substantif
2. Saat pengujian substantif
3. Luas atau lingkup pengujian substantif.
Jenis-jenis Prosedur Audit
Secara spesifik prosedur audit
terdiri dari beragam jenis sebagai
berikut:
•
•
•
•
•
•
Analitis
Inspeksi
Konfirmasi
Wawancara
Penghitungan
Tracing
• Vouching
• Observasi
• Pengerjaan ulang
(reperforming)
• Teknik audit
berbantuan
komputer
Jenis-jenis Bukti Audit
1. Bukti analitis, merupakan produk dari
prosedur analitis, contoh: rasio penjualan
sesungguhnya dengan anggaran
penjualan.
2. Bukti dokumenter, merupakan produk dari
prosedur tracing, vouching, dan inspeksi,
contoh: tracing dari faktur penjualan ke
buku besar piutang, vouching dari buku
besar ke faktur penjualan, inspeksi
terhadap laporan bank.
3. Bukti konfirmasi, merupakan produk dari
prosedur konfirmasi, contoh: konfirmasi
piutang dan konfirmasi saldo rekening
bank.
Jenis-jenis Bukti Audit
4. Bukti matematis, merupakan produk dari
prosedur penghitungan ulang (recalculation),
contoh: penghitungan ulang pendapatan
bunga atau biaya bunga.
5. Bukti fisik, merupakan produk dari prosedur
inspeksi, penghitungan, dan observasi,
contoh: inspeksi bangunan gudang baru,
penghitungan uang, observasi perhitungan
persediaan.
6. Bukti pernyataan tertulis, merupakan
produk dari prosedur wawancara yang diikuti
dengan permintaan untuk membuat
pernyataan tertulis.
Jenis-jenis Bukti Audit
7. Bukti lisan, merupakan produk dari
prosedur wawancara yang berfungsi
sebagai bahan masukan dalam
merumuskan prosedur audit yang lebih
tepat untuk pengujian obyek audit tertentu,
contoh: wawancara/ pertanyaan tentang
kemungkinan adanya persediaan yang
usang atau rusak.
8. Bukti elektronik, merupakan produk dari
prosedur audit berbantuan komputer,
contoh: pembandingan antara harga yang
tercantum dalam faktur dengan harga yang
tercantum dalam master file harga.
Ilustrasi Tracing dan Vouching
Arah Pengujian
VOUCHING
(Menguji potensi overstatement)
Bukti
Transaksi
Jurnal
Asersi
Eksistensi atau
terjadinya
Buku
Besar
TRACING
(Menguji potensi understatement)
Kelengkapan
Pengujian Bukti Audit
Dalam membuat perencanaan audit, auditor
harus membuat empat keputusan penting:
1. Sifat atau tingkat kedalaman
pengujian
2. Saat pengujian, transaksi akhir tahun,
tengah tahun, ataukah awal tahun.
3. Luas pengujian atau jumlah bukti
yang akan diuji.
4. Penentuan anggota tim yang akan
melakukan pengujian
Program Audit
• Program audit adalah dokumen tertulis
yang berisi deskripsi tentang prosedur
audit yang dipandang penting untuk
mendapatkan keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan menyajikan secara
wajar semua hal yang dipandang
material.
• Bentuk program audit bisa bermacammacam, disesuaikan dengan situasi dan
keadaan.
Ilustrasi Program Audit – Piutang Dagang
Prosedur awal
1. Dapatkan pemahaman tentang produk
dan jasa, pasar, kompetisi, konsumen,
industri, dan peraturan pemerintah.
Pahami bagaimana faktor-2 tersebut
terhadap penjualan.
2. Lakukan prosedur awal atas piutang
dagang dan pembukuan yang akan
menjadi objek audit selanjutnya,
mencakup:
Ilustrasi Program Audit – Piutang Dagang
a. Telusur saldo awal piutang dan CKP ke kertas
kerja tahun sebelumnya.
b. Review mutasi dalam buku besar dan CKP,
investigasi mutasi tidak normal.
c. Dapatkan daftar piutang dan pastikan
kesesuaiannya dengan data pembukuan, melalui:
• Footing dan pengujian kesesuaian dengan
jumlah saldo dalam buku pembantu/master file
dan saldo dalam buku besar.
• Pengujian kesesuaian nama konsumen dan
saldo piutang dalam daftar piutang dengan data
dalam buku pembantu piutang.
Ilustrasi Program Audit – Piutang Dagang
3. Lakukan prosedur analitis:
c. Lakukan perbandingan data piutang dengan
data tahun lalu, data industri, data anggaran,
atau data lain yang relevan.
d. Lakukan perbandingan dengan data
pembelian persediaan atau data produksi.
e. Lakukan perhitungan rasio sebagai berikut:
•
•
•
•
Rasio hari rata-rata piutang
Rasio piutang dengan total aset lancar.
Rasio CKP dengan data penjualan kredit bersih.
Rasio beban kerugian piutang dengan
penghapusan piutang.
Ilustrasi Program Audit – Piutang Dagang
Pengujian detil transaksi
4. Lakukan vouching terhadap sampel piutang ke
dokumen pendukungnya.
a. Vouching debit ke faktur penjualan, dokumen
pengiriman, dan pesanan penjualan.
b. Vouching kredit ke bukti pelunasan piutang atau ke
memo peluansan piutang serta penyesuaian
penjualan, misalnya untuk retur penjualan dan
penghapusan piutang.
5. Lakukan pengujian pisah batas (cutoff) untuk
penjualan dan retur penjualan:
Ilustrasi Program Audit – Piutang Dagang
Pengujian detil transaksi
a. Pilih sampel transaksi penjualan untuk beberapa
hari sebelum dan sesudah tanggal neraca, periksa
dokumen pendukungnya untuk memastikan
ketepatan pisah batas transaksi.
b. Pilih sampel memo kredit yang dikeluarkan setelah
akhir tahun buku, lakukan pemeriksaan dokumen
pendukungnya untuk memastikan ketepatan cutoff
transaksi. Juga lakukan pemeriksaan atas retur
penjualan setelah tanggal neraca untuk memeriksa
kemungkinan terjadinya pengiriman tanpa otorisasi.
Perhatikan pula volume retur penjualan, untuk
memastikan kemungkinan adanya pengiriman retur
penjualan tanpa otorisasi.
Terima Kasih