SESI 7 INFEKSI DAN PENYAKIT MENULAR

Download Report

Transcript SESI 7 INFEKSI DAN PENYAKIT MENULAR

SESI 6
INFEKSI, PENYAKIT MENULAR
“TORCH”
METODE KB & IMMUNISASI
Disusun
Oleh
dr. Mayang Anggraini Naga
1
DESKRIPSI
Materi membahas tentang definisi infeksi dan
penyakit infeksi menular, khususnya yang terkait
dengan bumil dan masalah yang ditimbulkan
“TORCH “ pada neonatal; konseling di bidang
pelayanan KIA; berbagai metode KB dan
kausa infertility; program imunisasi penyakit
infeksi khusus bagi wanita dan balita.
2
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Paham tentang batasan pengertian infeksi dan cara
pencegahann, berbagai penyakit infeksi menular,
khususnya yang terkait dengan bumil dan masalah
yang ditimbulkan oleh infeksi “TORCH “ pada
neonatal; pentingnya konseling dan peran konseler;
berbagai metode KB dan sebab-sebab infertility
wanita dan pria; jenis imunisasi yang rutin perlu
dijalankan pada wanita dan balita.
3
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
& POKOK/SUBPOKOK BAHASAN
Menjelaskan dan mendiskusikan:
pengertian infeksi
berbagai jenis penyakit infeksi menular
Masalah gangguan kongenital yang
ditimbulkan “TORCH” pada janin dan bayi
neonatal
Konseling
berbagai metode KB
berbagai kausa infertility pada wanita & pria;
jenis imunisasi yang rutin diprogramkan
pelayanan kesehatan masyarakat..
4
INFEKSI
Mapannya koloni mikroorganisme penyebab sakit
di dalam tubuh (bisa bakteri, virus atau fungi).
Mikroorganisme terkait secara aktif memproduksi
dan penyebabkan timbulnya kondisi sakit dengan:
secara langsung merusak sel tubuh atau
tidak langsung dengan melepas racun mereka.
Secara normal Infeksi membangkitkan response
sistem imune tubuh yang bertanggungjawab
terhadap berbagai penampilan keadaan infeksinya.
5
SIMTOMA TOXIC
• Simtoma kondisi keracunan (toxic) kuman,
di antaranya:
demam,
lemah, dan
sakit persendian,
yang merupakan ekspresi umum adanya penyakit
infeksi.
Pada kasus yang demikian, mikroorganisme seringnya,
menyebar keseluruh bagian tubuh, ini yang disebut
“systemic” infection.
6
SIMTOMA (Lanjutan-1)
Infeksi bisa terlokalisasi hanya terjadi pada
jaringan atau area tubuh tertentu, namun
demikian terkadang melalui mikroorganisme
dari suatu bagian yang umumnyna di situ
mereka tidak ganas  ke tempat lain 
di tempat yang baru ini mereka menjadi ganas
(Contoh: melalui kebocoran usus sehingga mereka
keluar usus sampai ke rongga peritoneum
abdomen dan menimbulkan  peritonitis)
7
SIMTOMA (Lanjutan-2)
Masuknya mikroorganisme dari tanah melalui
luka kulit atau luka operasi serta tindakan lain,
juga merupakan sebab umum terjadinya infeksi
yang terlokalisir/setempat.
Pada zaman dulu hal tersebut menyebabkan
angka laju kematian menjadi tinggi, saat kini
melalui teknik operasi antiseptik sudah dapat
ditekan rendah secara bermakna.
8
Cara Menghindari
Infeksi terlokalisir dapat dihindari melalui penerapan
pemantauan standard hygienic,
di antaranya:
tangan yang bersih
tidak memungut sampah/kotoran
mencuci dan membalut/menutup
goresan/lecet
minta dokter merawat luka
periksa gigi dengan teratur
9
SIMTOMA, DIAGNOSIS & TERAPI
• Infeksi setempat (terlokalisir) umumnya disertai tanda
inflamasi yang mengakibatakan aliran darah setempat
bertambah  membawa sel leukosit berserta komponen
lain sistem imunitas.
• Simtoma dan gejala termasuk:
rasa sakit
merah
bengkak
formasi abses bernanah
kadang disertai peningkatan temperatur badan.
10
SIMTOMA, DIAGNOSIS & TERAPI (Lanjutan)
Setiap ada kecurigaan infeksi harus diperiksakan
ke dokter.
Bila kuman penyebabnya diketahui, pengobatan
dapat segera dilaksanakan dengan pemberian
obat antimikroba (antibiotika) yang sesuai untuk
membunuh kuman penyebabnya.
11
INFEKSI KONGENITAL
• Infeksi Kongenital yang didapat sejak lahir.
Ini bisa diperoleh bayi:
saat masih di dalam kandungan bumil atau
saat jalan di jalan lahir bumil
Infeksi yang didapat saat bayi di dalam UTERUS:
Banyak virus, bakteria, dan mikroorganisme lain
yang dapat kewat darah ibu melalui plasenta ke
dalam sirkulasi darah bayi yang sedang tumbuh.
Beberapa di antaranya yang serious adalah rubella.
sifilis, toxoplasmosis dan citomegalovirus (TORCH)
12
INFEKSI KONGENITAL (Lanjutan-1)
• Infeksi Kongenital yang didapat sejak
dilahirkan:
Kelompok infeksi ini umumnya didapat
saat bayi sedang melalui vagina, terkena
sekresi vaginal atau cairan uterine bumil
yang terinfeksi mikroorgansme terkait.
Apabila membrane kantung ketuban ruptur dini,
bayi berkemungkinan terinfeksi oleh mikroorganisme
di jalan lahir yang masuk ke uterus.
13
INFEKSI KONGENITAL (Lanjutan-2)
Kondisi gangguan akibat infeksi jalan lahir ini di
antaranya, adalah:
konjungtivitis GO.
Herpes,
Chlamydia,
dan infantile diare akibat salmonella.
Juga:
meningitis,
hepatitis B,
listeriosis,
infeksi streptococcal dan staphylococcal 
Bayi yang menghirup kuman terkait  pneumonia.
14
Pencegahan Infeksi Kongenital
• Risiko terkena infeksi tersebut di dalam uterus bisa
diminimalkan dengan mengimunisasi semua anak
perempuan terhadap rubella pada masa kanak-kanak
dan bumil harus menghindari PSM (menjalani terapi
yang serious bila terkena)
• Apabila bumil menderita herpes genital aktif saat
mendekati masa kelahiran bayinya  Seksio kaiser,
mengingat infeksi herpes terkait pada bayi baru lahir
adalah serious dan fatal.
15
TERAPI
Apabila bayi terdiagnose menderita infeksi
kongenital maka terapi harus segera dijalankan.
Setiap gangguan pertumbuhan yang didapat
akibat infeksi intra-uterin umumnya tidak bisa
diperbaiki.
Sebagian memang dapat di terapi namun
sebagian tidak bisa.
16
BEBERAPA PENYAKIT INFEKSI: “TORCH”
• TOXOPLASMOSIS:
-
Penyakit infeksi menyerang:
mammalia,
burung, dan
reptil
yang bisa menyerang manusia.
-
Tidak memberi efek sakit, kecuali bila ditularkan
ibu ke janin yang dikandung, atau kepada orang
dengan gangguan imunodefisiensi.
17
Toxoplasmosis (Lanjutan-1)
Kausa & Insidens
penyebab adalah protozoa Toxoplasma Gondii.
-
infeksi pada manusia akibat makan daging mentah
hewan terinfeksi. 25% dari daging babi, dan
10% dari kambing.
-
Organisme parasit ini tumbuh di usus kucing,
1% kucing terkait menyekresi cysta yang
mengandung telur parasit terkait.
-
Infeksi ke manusia lewat tangan (memegang
kucing atau tersentuh fecesnya)
18
Toxoplasmosis (Lanjutan-2)
TOXOPLASMOSIS bumil yang tertular saat hamil,
1/3 kasus ditransmisi ke janinnya, janin mengalami
multiple defek.
Infeksi ini umum, di USA, dari hasil test darah
menunjukkan ½ populasi terinfeksi.
Simtoma dan tanda-2
Apabila sistem imun bekerja normal cukup bisa
mencegah infeksi ini  tidak ada simtoma yang
muncul.
Walau demikian walau sistem imun normal, infeksi
menimbulkan: demam (mirip demam mononucleosis), dapat menimbulkan retinitis dan choroiditis.
19
Toxoplasmosis (Lanjutan-3)
Pada janin masa hamil muda:
 miscarriage atau
 stillbirth.
Pada bayi akan timbul pembesaran hati dan
limpa, hydrocephalus, buta, retardasi mental,
bisa meninggal saat masih bayi.
-
Infeksi pada trimester akhir  tidak menimbulkan
gangguan.
Juga menyerang orang imunodeficiensi (AIDS)
 merusak paru dan jantung dan encephalitis berat.
20
Toxoplasmosis (Lanjutan-4)
Diagnosis :
Diagnosis atas dasar hasil test darah.
Hanya bumil yang perlu terapi dan:
kanak-kanak yang disertai berbagai simtoma
orang-orang yang imunodefisiensi
adanya retinitis atau choroiditis
Terapi Obat:
antimalaria (pyrimethamine kombinasi
dengan obat-obat sulfonamid).
21
RUBELLA
-
Infeksi viral (Campak Jerman, German measles).
Menimbulkan gejala ringan pada kanak-kanak,
lebih menonjol pada dewasa.
Paling serius adalah bila menyerang Bumil
trimester 1, saat mana virus bisa menyerang
janin  sindroma rubella.
Causa dan Insidens:
Bumil ke janin, manusia-ke-manusia lain lewat
droplets.
Inkubasi 2-3 minggu.
Program vaksinasi nyata menurunkan insidens
22
RUBELLA (Lanjutan-1)
Simtoma dan Komplikasi:
-
-
-
Infeksi timbul pada usia 6-12 tahun dan sangat mild.
Skin rash pada kulit muka meluas ke badan
terus ke tungkai.
Hanya dalam beberapa hari akan hilang.
Bisa demam disertai pembesaran kelenjar limfe
di bagian belakang leher.
Pada kasus tertentu infeksi menghilang tanpa
gejala apa-apa.
23
RUBELLA (Lanjutan-2)
Apabila menyerang akilbalig atau dewasa:
 gejala lebih serius:
sakit kepala yang menonjol.
skin rash (ruam kulit)
dengan demam tinggi
-
-
Masa infeksius mulai beberapa hari sebelum
gejala/skin rash timbul sampai satu hari
sesudah menghilang.
Timbul polyarthritis yang dimulai saat skin rash
hilang.
24
Infeksi Kongenital RUBELLA:
-
Infeksi bumil pada 4 bulan pertama  bahaya
 abortus.
Bayi lahir dengan multiple defects:.
Yang paling umum adalah:
- tuli,
- penyakit jantung kongenital,
- retardasi mental,
- katarak mata,
- gangguan mata lain-lain,
- purpura,
- cerebral palsy,
- abnormalitas tulang.
25
Infeksi Kongenital RUBELLA (Lanjutan)
-
20% Bayi meninggal muda
Bayi terinfeksi bisa menularkannya melalui:
- urine,
- feces,
- dan saliva
selama 1 tahun atau lebih post natal.
• Diagnosis dan Terapi:
Isolasi kuman/virus asal tenggorokan, di
laboratorium.
Juga melalui test-test (adanya antibodi dalam darah)
Tidak ada terapi khusus.
Analgetika/antipyretika.
26
Prevention: RUBELLA
-
-
-
Vaksinasi, kombinasi antara Rubela, Rubeola dan
mumps pada bayi usia 15 bulan.
Infeksi menimbulkan imunitas.
Imunisasi dengan immune globulin bisa untuk
prevensi infeksi pada janin
Bumil yang tidak pasti apakah ia imun
 diperiksa imunitasnya
Vaksinasi diberikan hanya apabila ia belum dalam
keadaan hamil (takut vaksin menimbulkan
infeksi pada janin)
Bumil non-imun, hindari kontak dengan rubella
 bila terjadi, segera konsul ke dokter.
Diberi imunisasi pasif dengan imune-globulin.
27
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
Satu dari grup herpes-type virus yang
bisa menimbulkan banyak ragam penyakit.
Dapat mengakibatkan penyakit serius pada
bayi baru lahir (infant) dan pada pasien yang
sedang menjalani terapi obat yang menekan
daya imunitas tubuh, seperti yang terjadi pada
pasien post transplantasi organ.
28
CYTOMEGALOVIRUS (CMV) (Lanjutan-1)
Penyakit cytomegalocvirus menimbulkan
gejala: rasa lelah,
demam,
pembesaran kelenjar limfe,
pneumonia,
disertai defek hati dan limpa.
Penyakit-penyakit bakterial dan fungal lain bisa timbul
akibat perlambatan/penurunan respons imunitas
tubuh pasien, ini merupakan efek umum dari infeksi
herpesvirus.
29
CYTOMEGALOVIRUS (CMV) (Lanjutan-2)
• Cytomegalic Inclusion Disease (CID)
Satu infeksi akibat cytomegalovirus yang
utama menyerang bayi sebelum lahir.
 Mengakibatkan bayi lahir dengan:
microcephalus,
pertumbuhan lambat,
defek hati dan limpa,
anemia hemolitik
dan fraktur tulang panjang.
30
CHLAMYDIAL INFECTION:
-
-
Ukuran kuman antara bakteri dan virus,
menyerang manusia dan hewan.
Hidup seperti virus (hanya berkembang-biak di sel
hidup) berlaga seperti bakteri dan dapat diberantas
dengan antibiotika.
Ada 2 (dua) jenis yang infeksius bagi manusia:
- Chlamydia Trachomatis  menyerang genital,
mata dan nodi limfatik.
- Chlamydia Psittaci  hanya menyerang burung,
kadang ke manusia menyerang paru.
31
CHLAMYDIAL INFECTION (Lanjutan):
Chlamydia Trachomatus:
Infeksi genital: sexually transmitted disease
(lymphogranuloma venereum)  non-specific
urethritis (NSU)
Pada pria  urethritis dan pembesaran testes
 infertile.
Pada wanita: kadang NSU tanpa simtoma, ada
vaginal discharge, dysuria, cervicitis,
salpingitis.
Di USA 5-13% wanita terinfeksi chlamydia.
Terapi: - antibiotika (tetrasiklin, eritromisin.
32
CHLAMYDIAL INFECTION (Lanjutan-1):
Infeksi mata:
pada bayi yang terkena infeksi mata
= ophthalmia (tertular di servik ibu).
Bila daya tahan rendah, hygiene rendah
 infeksi mata akibat trachoma mudah timbul.
Penularan melalui lalat.
Bisa mengakibatkan buta.
Infeksi pernapasan:
pneumonia. 1-4/1000 bayi di USA,
50% terkena infeksi mata, bayi sesak,
batuk-batuk tanpa demam  perlu antibiotika.
33
CHLAMYDIAL INFECTION (Lanjutan-2):
Chlamydia psittaci:
pneumonia psittacosis
infeksi lewat:
beo,
parkit,
merpati
atau unggas
 dapat diatasi dengan antibiotika,
namun fatal pada manula dan yang
daya tahan lemah.
-
34
HERPES
Herpes genital: skin rash pada genital, dan rasa sakit.
Penyebab: virus herpes simplex
(herpesvirus hominis tipe 2)
Simtoma:
inkubasi: 7 hari
gatal, pedih, panas  blister  ulcerasi
sampai 10-21 hari.
limfonodi di inguinal membengkak
 rasa sakit berat. sakit kepala, demam.
Pada wanita: - dysuria, kadang ada sariawan pada mulut.
35
HERPES (Lanjutan-1)
Terapi: tak bisa diobati.
Pengobatan dini  mengurangi serangan jadi berat.
Antivirus acyclovir sering digunakan
 ini mengurangi rasa sakit dan
mempercepat lesi jadi kering.
Analgetika perlu untuk mengurangi rasa sakit.
Mandi air panas tambah garam sangat membantu.
Bumil terinfeksi ini apabila bayi akan lahir
maka  seksio kaiser.
36
Herpes (Lanjutan-2)
Outlook:
- Sekali kuman masuk ia akan tinggal terus disitu.
- 40% yang pernah terserang infeksi, tidak pernah
terinfeksi lagi.
- Yang lain dapat serangan bolakbalik tahunan
bertahun-tahun semakin lama jangka waktu
serangan semakin panjang, gejala sakit semakin
berkurang.
Terbukti virus herpes menjadi salah satu sebab
kanker servik  Wanita penderita herpes virus
harus rajin rutin Pap smear test.
37
HERPES GESTATIONIS
Hanya timbul saat hamil:
Blister pada kaki dan abdomen, tidak sama
dengan herpes simplek
Terapi:
-
kortikosteroid,
perlu rawat untuk kemungkinan abortus.
Gejala menghilang post partum, namun bisa timbul
kembali saat hamil berikutnya.
38
HEPATITIS B (Serum hepatitis)
Transmisi:
Virus ada di darah dan cairan tubuh orang terinfeksi.
Menyebar lewat jarum suntik dan hubungan seksual
Tenaga kesehatan rentan infeksi melalui darah.
Di Afrika dan Asia penularan dari bumil ke janin sangat
umum.
Insidens: Mendunia, sebagian di Afrika dan Asia
(20% populasi menjadi carrier).
39
Hepatitis B (Lanjutan-1)
Grup ber-risiko: -
Homoseksual,
Multiple sek partner.
Narkoba intra-vena
Tenaga kesehatan
Anak dari ibu carrier.
Inkubasi: beberapa minggu sampai berbulan-bulan
post infeksi.
Gejala sakit: hepatitis B lebih berat dari hepatitis A
 progression jadi Chronic hepatitis
 gangguan hati lain.
Kadang tanpa nampak sakit.
40
Hepatitis B (Lanjutan-2)
• Pencegahan: Hidup dengan sek yang sehat.
Hindari penularan darah
Vaksinasi atau immunisasi pasif bagi
grup berisiko.
(Vaksinasi hanya diberikan/rekomendasi kepada
yang berisiko tinggi)
Imunisasi pasif dengan imunoglobulin bisa
menolong  direkomendasi untuk yang akan
menuju ke daerah risiko tinggi.
41
Hepatitis B (Lanjutan-3)
Hepatis B imunoglobulin diberikan pada bayi
yang bumilnya carrier hepatitis B.
Pencegahan Hepatitis B:
Pakai kondom
Tidak menggunakan jarum suntik bersama.
Jangan membuat tato atau tindik bila alat
tidak steril
Cara ini berlaku juga bagi AIDS.
42
KONSELING
Proses pemberian informasi obyektif dan lengkap
disertai keterampilan komunikasi interpersonal
tentang kondisi saat terkait, disertai
tehnik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik.
Bertujuan:
membantu seseorang mengenali kondisinya
dan masalah yang sedang dihadapi,
menentukan jalan keluar atau upaya untuk
mengatasi masalah tersebut.
43
Tujuan
Konseling Kesehatan Reproduksi
adalah:
Membantu pasien/klien (keluarga) untuk:
(1) memahami peristiwa kehamilan, persalinan,
nifas dan risiko yang mungkin dihadapi sehingga
dapat dilakukan upaya preventif terhadap hal-hal
yang tidak diinginkan.
(2) menentukan kebutuhan asuhan kehamilan,
pertolongan persalinan yang bersih dan aman
atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan.
44
KONSELING (Lanjutan-1)
(3) membuat pilihan salah satu metode kontrasepsi
yang memenuhi kondisi kesehatan dan sesuai
dengan keinginan mereka.
(4) mengenali gejala atau tanda-tanda tentang akan
kemungkinan terjadinya suatu risiko reproduksi
(5) mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan
yang sesuai/mampu menanggulangi berbagai
risiko atau komplikasi yang terjadi.
45
KONSELING (Lanjutan-2)
Konseling tidak hanya merupakan bimbingan
untuk memilih metode kontrasepsi bagi
pasien/klien tetapi juga berkaitan dengan:
•
•
•
•
•
Hak klien untuk memperoleh informasi
Indikator mutu pelayanan
Membantu klien dalam menentukan pilihan
Memahami kondisi yang dihadapi
Memberikan rasa puas.
46
KONSELING (Lanjutan-3)
Berdasarkan tahapan pemberian informasi,
konseling dibagi:
(1) konseling awal,
(2) konseling khusus atau pemantapan,
(3) konseling kunjungan ulang.
47
KONSELING (Lanjutan-4)
Ketrampilan konseling diperoleh melalui:
-
Pelatihan khusus terkait:
Aspek Ketrampilan dan
Pengetahuan Klinik, serta
Ketrampilan memulai dan
memelihara komunikasi.
48
ISI INFORMASI
Dari isi informasi dalam komunikasi
dibedakan:
(1) motivasi,
(2) penyuluhan dan
(3) konseling
49
Kemampuan Konselor
Seorang konselor harus berkemampuan
berkomunikasi positif secara efektif,
yakni mampu:
(1) menciptakan suasana nyaman dan aman
bagi klien
(2) menimbulkan rasa saling percaya di antara
klien-konselor.
(3) mengenali hambatan sosio-kultural
setempat,
(4) menyampaikan informasi obyektif, lengkap
dan jelas (bahasa yang dimengerti klien),
50
Kemampuan Konselor (Lanjutan-1)
(5) dan mau mendengar aktif, bertanya efektif
& sopan,
(6) mengenal keinginan klien & keterbatasan
penolong,
(7) menjelaskan & paham tentang berbagai
aspek kesehatan reproduksi.
(8) membuat klien bertanya, berbicara dan
mengeluarkan pendapat.
(9) menghormati hak klien, mau membantu dan
memperhatikan.
51
2 (dua) cara berkomunikasi:
(1) Komunikasi Verbal
(2) Komunikasi Non-verbal
Banyak kelemahan karena sulit untuk dapat
menyelami maksud dan perasaan klien,
sering terjadi salah persepsi, konseler lebih
banyak mengambil inisiatif, bisa terganggu
apabila kedua pihak tidak mengupayakan
komunikasi verbal.
52
cara berkomunikasi (Lanjutan-1):
Walau petugas belum mengikuti pelatihan
keterampilan khusus ini, bukan berarti proses
ini tidak dapat dilakukan, karena masalah penting
pada konseling, selain teknik komunikasi dan
penyampaian informasi adalah isi informasi
yang harus disampaikan
 oleh karenanya semua petugas dan staf klinik
harus paham tentang pengetahuan dan tindakan
klinik dalam kesehatan maternal berserta berbagai
risiko/ komplikasi yang mungkin bisa muncul/akan
terjadi.
53
cara berkomunikasi (Lanjutan-2):
Pelayanan kesehatan maternal (termasuk
gawat-darurat) tidak boleh dikaitkan dengan
kesediaan pasien untuk menerima semua
persaratan klinik atau kemampuan
menyelesaikan biaya pengobatan.
Pada dasarnya, konseling merupakan
bentuk kepedulian petugas kesehatan
akan masalah dan upaya penyelesaiannya
54
cara berkomunikasi (Lanjutan-2):
Pasien memilih dan membuat keputusan
tentang pilihan penatalaksanaan klinik yang
diyakininya sesuai dengan masalah kesehatan
yang dihadapi, kemudian dinyatakan dalam
bentuk persetujuan tertulis (informed
consent) yang disepakati oleh kedua pihak,
 dengan ini pengobatan atau tindakan klinik
akan bisa lebih mantap dijalankan serta
menghindarkan rasa tidak puas atau masalah
hukum di kemudian hari.
55
“GATHER”
• Akronim GATHER (Gallen & Leitenmaier, 1987)
yang dapat dijadikan panduan bagi petugas KB
untuk melakukan konseling:
G = Greet (menyambut, menyapa)
A = Ask
(menanya)
T = Tell
(memberi tahu)
H = Help
(menolong, membantu)
E = Explain (menjelaskan)
R = Refer and Return visit (merujuk dan
kembali berkunjung)
56
cara berkomunikasi (Lanjutan-3):
Informasi yang sangat teknis, sering
mengakibatkan pasien tidak memahami
pesan penting yang seharusnya dimengerti
 gunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Contoh:
Beri tahu pasien bahwa tindakan penjahitan post
episiotomi yang diperlukan adalah juga suatu
tindakan operasi untuk mengembalikan perineum
dan vulva pada kondisi semula.
57
KEMAMPUAN
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
• Pilihan pasien umumnya pada fasilitas pelayanan
yang dekat dengan tempat tinggalnya.
• Bila karena alasan tertentu pasien datang ke tempat
pelayanan yang jauh dari tempat tinggalnya,
hendaknya petugas klinik mampu membantu
menjelaskan fasilitas kesehatan terdekat yang dapat
memberikan pelayanan perawatan dan pelayanan
kesehatan lanjutan.
58
KEMAMPUAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN (Lanjutan)
Fasilitas kesehatan tersebut harus memiliki
kemampuan yang dapat diandalkan untuk
melayani berbagai:
keperluan pemulihan kondisi kesehatan,
pertolongan gawat darurat yang memadai
atau pelayanan kontrasepsi yang
komprehensif
bagi pasien-pasien yang membutuhkan.
59
METODE PEMBAYARAN
• Metode pengobatan yang memiliki ketergantungan
yang besar pada fasilitas pelayanan akan sulit
dilanjutkan apabila pasien tidak memiliki kemampuan
untuk menjangkau fasilitas terkait.
Untuk hal ini pasien harus diberi informasi tentang
beberapa metode alternatif yang merupakan
perpanjangan tangan Pukesmas
(Contoh: misalnya penyediaan toko obat, apotik desa,
polindes yang menyediakan berbagai cara
kontrasepsi).
60
METODE PEMBAYARAN (Lanjutan)
Hal lain yang harus diperhatikan adalah:
kemudahan untuk mendapat pelayanan
dan pengobatan
keterjangkauan biaya yang harus
dikeluarkan untuk suatu prosedur
agar fungsi pelayanan kesehatan dan sosial
menjadi berimbang.
61
CONTRACEPTION (KONTRASEPSI)
Kontrasepsi merupakan metode pencegahan
konsepsi (kehamilan).
Menggunaan alat atau zat kimia untuk memblokir
atau cara lain untuk mencegah sperma mencapai
ovum  mencegah terjadinya:
fertilisasi dan
kehamilan.
62
CONTRACEPTION (KONTRASEPSI) (Lanjutan-1)
Cara pemcegahan meliputi:
penggunaan kondom (yang dipasangkan
pada penis yang ereksi)
-
diafragma, contraceptive cap dan
contraceptive sponge, yang diletakkan di
dalam vagina
-
spermaticide bisa digunakan bersama alat
pencegah untuk menghasilkan proteksi yang
maksimal.
63
CONTRACEPTION (KONTRASEPSI) (Lanjutan-2)
• Bagi mereka yang sering berganti pasangan
dianjurkan menggunakan kondom, mengingat
cara ini dapat mencegah:
PMS,
GO,
AIDS dan
hepatitis B.
• Ada berbagai tipe: 
64
KONDOM
Pembungkus terbuat dari latex atau plastik
yang kira-kira panjang 7 inci, yang umumnya
dilumati untuk mempermudah aplikasinya.
Di ujung kondom umumnya dibuat untuk bisa
menampung sperma yang ejakulasi.
Alat ini dapat dibeli di toko obat (tanpa resep),
dengan berbagai ukuran, warna dan tekturnya
dan bisa juga dilapisi spermatisida.
65
Kondom (Lanjutan)
Sebaiknya sebelum digunakan diperiksa untuk
kemungkinan ada lobang atau bocor, dan
berhati-hati untuk membungkus penis saat
sebelum senggama.
Ujung kondom harus diperas untuk memastikan
udara keluar agar tidak robek saat menampung
sperma saat ejakulasi.
Ujung batas kondom harus dilipat menempel
penis saat dilepas dari vagina pada selesai
orgasmus namun sebelum ereksi menghilang.
66
Diafgragma
Terdiri dari karet tipis dilekatkan pada bulatan lingkaran
metal yang dilekatkan menutup lubang dinding depan
vagina dengan ujung atasnya mencapai belakang
serviks dan ujung yang berlawanan menempel di os
pubis.
Dijual dalam berbagai ukuran yang harus tepat bagi
anatomi penggunanya.
Digunakan dengan pelengkap spermaticide dan
didiamkan dalam posisi sampai 6 jam post senggama.
Apabila dalam 6 jam terkait akan melakukan hubungan
kembali maka harus ditambah spermaticidenya.
67
Contraceptive cap:
Ukuran lebih kecil dan lebih kaku dibanding
diafragma.
Terbuat dari latex karet melekat erat pada serviks
(bukan menutup vagina) dengan metode tersedot
(suction).
Ada tiga tipe:
servical caps berbentuk thimbles-shaped,
vault cap bentuk bowl-shape,
dan vimule cap kombinasi antara keduanya.
68
Contraceptive cap (Lanjutan)
Alat digunakan wanita yang tidak cocok
dengan diafragma akibat perubahan anatomik
(propals uteri atau cystocele dsb.).
Seperti juga diafragma cap harus digunakan
dengan spermaticide.
(alat mulai dipasarkan sejak tahun 1988 di USA)
69
Spermaticide
Ada beberapa jenis:
aerosol foams,
creams,
jellies,
pesaries,
soluble plastic film atau foaming tablets,
dengan cara menutupi daerah vagina sedekat mungkin
ke serviks. Produk tertentu dianjurkan untuk digunakan
bersama kondom, diafragma atau caps. Juga bisa
digunakan secara tunggal dengan cara menyemprotkan
dengan aplikator. Sebagian tidak diperkenankan
digunakan bersama dengan alat karet.
70
Spermaticide (Lanjutan)
Spermaticide yang dioleskan saat sebelum senggama
dan harus diulang apabila senggama diulang atau
dipertahankan untuk jangka waktu yang panjang.
Jenis pesaries sangat mirip malam (lilin) dan berbentuk
seperti peluru, dipasang 15 menit sebelum senggama.
Gunakan sesuai petunjuk karena bisa berbeda-beda.
Jangan dihilangkan sebelum lewat 6-8 jam post
senggama.
71
Contraseptic Sponge:
• Foam sponge polyurethane sirkular yang disposable,
dengan ukuran diameter kira-kira 2 inci dan 2 inci tebal
yang disertai penyerapan spermaticide.
Disertai simpul untuk memudahkan menarikan keluar.
Sebelum dipasang harus dibasahi dengan air untuk
mengaktifkan spermaticidenya.
Diamkan selama lebih kurang 2 jam post senggama.
72
Effectiveness:
Bila digunakan secara konsisten dan benar
pencegahan mekanikal dan kimiawi ini sangat
efektif untuk pencegah kehamilan.
Kegagalan:
sekitar 4-7% untuk: - kondom,
- diafragma,
- cap;
9 – 16% untuk sponge,
30-40% hanya dengan spermaticide saja.
73
IUD (INTRAUTERINE DEVICE)
Alat mekanikal yang di-insersi ke dalam uterus
untuk maksud KB kontraseptif.
IUD populer mulai digunakan pada
tahun 1960-1970-an.
TIPE
• Terbanyak terbuat dari plastik dengan berbagai bentuk.
Dilengkapi dengan tali plastik agar mudah untuk dilepas
dan untuk kontrol kehadiran IUD-nya.
74
Tipe IUD (Lanjutan)
• Ada IUD yang inert, yang lain mengandung substansi
bioactive.
Yang inert ukuran lebih besar dan cocok untuk wanita
yang sudah memiliki/melahirkan satu anak, dan diganti
baru setiap 5 tahun.
Yang bioaktif (mengandung progesteron) ukurannya
lebih kecil dan digunakan bagi wanita yang belum
pernah melahirkan anak, sebetulnya hanya direkomendasi untuk wanita yang tidak mau memiliki keturunan.
Alat mengandung copper dan perlu diganti 3 tahun
sekali , sedangkan tipe yang mengandung progesteron
perlu diganti setiap tahun sekali.
75
IUD (Lanjutan-1)
• CARA KERJA IUD
97-98% efektif.
Dugaan cara kerja adalah:
- Benda asing tersebut menimbulkan inflamasi
pada dinding uterus yang menghancurkan sperma
saat mereka lewat di rongga uterus.
Diduga juga bahwa kehadirannya mencegah
implantasi telur yang terfertilisasi pada
dinding uterus.
76
CARA PAKAI IUD
Diinsersi oleh ahli ginekologis atau dokter keluarganya.
• Dapat diinsersi kapan saja saat menstruasi, yang
paling baik adalah saat sedang mens atau segera
sesudah berhenti.
• Post kehamilan aterm harus menunggu sekurangnya
6 minggu untuk pemasangannya.
• Diinsersi melalui vagina  servik uteri dan sampai
ke rongga uterus
• Banyak IUD berada di dalam tube plastik yang
dimasukkan ke saluran vagina kemudian dilepas
dengan mendorong plungernya.
• Lakukan checking untuk memastikan kehadirannya
1-2x seminggu. (mengontrol talinya masih ada/tidak)
77
IUD (Lanjutan-2)
SIAPA KOTRAINDIKASI?
• Wanita yang belum pernah hamil.
- Wanita dengan fibroid
• Wanita dengan riwayat PID atau infeksi tubal.
• Wanita dengan partner multiple
(atau yang partnernya mempunyai partner lain)
mudah terserang PID, sebaiknya menghindari IUD.
• Wanita muda mempunyai laju infeksi lebih inggi
dari pada yang tua.
• Wanita dengan menorrhagia dan dysmenorrhae berat.
78
IUD (Lanjutan-3)
KOMPLIKASI
• Perdarahan berat, sakit dan vaginal discharge.
• Mens jadi iregular, lebih banyak dan lebih sakit.
• Wanita dengan IUD berisiko extra-uterine garviditas,
terutama bila hamil disertai adanya IUD.
• PID bisa jadi hebat  jadi permanent infertile.
• Perforasi uterus  infeksi
OUTLOOK:
Di USA, akibat faktor ekonomik, biaya tuntutan
terlalu melonjak akibat risiko komplikasi terlalu tinggi,
maka IUD sudah banyak ditinggalkan
79
STERILIZATION
• FEMALE
Biasanya sebagai tindakan kontrasepsi permanen
dengan menutup atau memotong tuba falopii untuk
mencegah sperma masuk mencapai ovum.
• 10% wanita di atas 30-an dan ¼ dari wanita yang
telah memiliki 5 anak ber-KB dengan metode ini.
• MENGAPA?
untuk mencegah side efek metode KB lain.
risiko kehamilannya mengancam kesehatannya.
adanya risiko tinggi karena faktor herediter.
80
STERILIZATION (Lanjutan-1)
• Caranya:
Melalui laparoscopy,
Melalui insisi kecil di bawah pusat (minilaparotomy)
yang dilakukan pada minggu-minggu pertama
post partum, saat uterus letak masih tinggi
dan tuba falopii mudah tercapai.
Bisa juga melalui vagina.
Tuba dipotong dan diikat.
Pengangkatan uterus, tuba dan ovari yang dilakukan
untuk kepentingan lain juga bisa untuk maksud ini.
Apabila hanya sebagai tindakan sterilisasi untuk KB
maka ini dipandang terlalu drastis.
81
STERILIZATION (Lanjutan-2)
• Pada metode investigasi dengan histeroscope
(satu tipe endoscope) melalui vagina ke dalam
uterus, pintu keluar tuba ditutup dari dalam.
• Sebagian besar metode sterilisasi dilakukan di
poli rawat jalan.
Outlook:
• Laju kegagalan sterilisasi sangat rendah.
• Kemungkinan terjadinya ekstra-uterine graviditas
10% lebih tinggi dari laju normal.
• Walau ini permanent, melalui teknik mikro-surgery 
restorasi fertititas banyak sukses, 70-75% dari wanita
kelompok ini bisa kembali memperoleh keturunan.
82
STERILIZATION (Lanjutan-3)
MALE:  VASECTOMY
• Operasi sterilisasi pria.
• Termasuk operasi kecil dengan cara memotong
kedua vas deferens (saluran yang mengalirkan
sperma dari testes ke vesicle seminal)
• Ejaculasi normal dengan semen tanpa sprerma
(akan direabsorbsi dalam testes).
83
STERILIZATION (Lanjutan-4)
• MENGAPA?
Adalah metode KB terampuh, 100% efektif,
risiko komplikasi lebih rendah dari sterilisasi wanita.
Perlu diperhatikan bahwa vasectomy adalah
irreversible, dan keputusan harus dimatangkan
dahulu oleh pria maupun teman hidupnya.
• CARANYA:
operasi di layanan poliklinik
anestesi lokal
kira-kira perlu waktu 15 – 25 menit.
84
STERILIZATION (Lanjutan-5)
• Periode Recovery:
bed-rest 24 jam
kadang ada hematom di testes, perdarahan
dari luka luar untuk beberapa hari
hilangkan rasa sakit, acetaminophen lebih
baik dari aspirin.
• Dalam beberapa hari sudah bisa bekerja normal,
umumnya lewat satu minggu kehidupan seknya
sudah pulih. Dalam 4-6 minggu harus menggunakan
celana dalam penopang scrotum.
• Post vasectomy, pria tetap steril sampai sperma ada di
vas deferens dan diejakulasi atau mati.
85
STERILIZATION (Lanjutan-6)
Antara 2 sampai 4 bulan post operasi,
kontrol sekurang-kurangnya 2x
dengan hasil semen analisis.
Apabila 2x berturut-turut tidak ditemukan
sperma baru dinyatakan sterilisasi berhasil.
Sebelum ini masih harus menggunakan kontraseptik
model lain.
86
STERILIZATION (Lanjutan-7)
OUTLOOK:
Adakalanya gagal akibat vas deferens bersatu
kembali  vasectomy lagi.
Umumnya tidak ada keluhan seksual,
kadang bisa menimbulkan masalah psikologis.
Bila psikoterapi juga gagal  dioperasi kembali
 ½ dari yang re-operasi berhasil jadi subur
kembali.
87
IMUNISASI
Proses menimbulkan kekebalan sebagai ukuran
upaya preventif terhadap penyakit infeksi tertentu.
Tipe Imunisasi:
1. Imunisasi pasif:
Antibodi disuntikan ke dalam tubuh dan akan
dengan segera dapat memproteksi tubuh,
namun tidak tahan lama, terhadap penyakit
bakterial, virus atau toksin mikroorganisme
khusus/tertentu
88
Cara Memperoleh Antibodi untuk Imunisasi pasif
1.
2.
3.
Darah diambil dari seorang atau (jarang) dari
hewan yang telah terekpose mikroorganisme
khusus  darah akan mengandung antibodi
terhadap mikroorganisme terkait
Ekstrak darah yang mengandung antibodi terkait
(disebut imun serum = antiserum)  disuntikkan
ke orang yang akan diproteksi terhadap infeksi
mikroorganisme terkait.
Antibodi terkait akan membantu merusak mikroorganisme yang hadir di darah yang disuntik atau
yang akan masuk beberapa hari kemudian
89
IMUNISASI (Lanjutan)
2.
Imunisasi aktif:
Imunisasi tipe ini akan merangsang tubuh
sendiri untuk menghasilkan antibodi terhadap
mikroorganisme penyerang dan bisa tahan
lama.
Melalui cara imunisasi banyak penyakit infeksi dapat
tercegah dan bahkan ada yang terhapus di dunia ini
(contoh: variola) .
Walau penyakit dipteria, campak, mumps, rubella,
pertusis saat ini sudah jarang ditemukan di negara
berkembamg, imunisasi rutin terhadap mereka tetap
dijalankan.
90
Cara Vaksinasi Imunisasi pasif
1. Orang yang akan diproteksi diokulasi dengan mikroorgansime yang terbunuh atau yang termodifikasi =
vaksin  tidak menimbulkan infeksi (sakit)
2. Sistem imun orang terkait akan terprovokasi untuk
menghasilkan antibodi terhadap mikroorganism yang
termodifikasi; dan antibodi tersebut juga menyimpan
“memori” terhadap mikroorganisme terkait
3. Saat mikroorganism yang nyata masuk darah yang
bersangkutan, akan terbentuk antibodi yang cukup
banyak untuk mencegah terjadinya infeksi.
91
SIAPA YANG HARUS DIIMUNISASI ?
• Apabila banyak dari populasi tidak diimunisasi terhadap
mereka, dikhawatirkan dapat berisiko timbulnya epidemi
baru, mengingat penyakit-penyakit tersebut masih
langgeng dapat diimport.
• Siapa yang harus diimunisasi?
Polio, DPT diberikan pada populasi umum, utama
kanak-kanak dengan penjadwalan sebagai berikut:
Usia 2 bulan: DPT (suntik) + Polio (oral)
Usia 4 bulan: DPT + Polio
Usia 6 bulan: DPT
Usia 15 bulan: MMR  Usia 18 bulan: DPT + Polio
Usia 4 – 6 tahun: DPT + Polio
Pengunjung ke daerah wabah harus divaksinasi.
92
Reaksi adverse imunisasi
• Umumnya tidak timbul reaksi adverse
• Ada vaksin yang menimbulkan rasa sakit dan
pembengkakan pada site suntikan dan menimbulkan
panas serta perasaan kurang nyaman dan rasa lemah.
Bila habis suntikan suhu badan meningkat, pada kanakkanak bisa diberi parasetamol.
Vaksin campak dapat menimbulkan gejala ringan mirip
campak.
Ada vaksin yang menimbulkan kejang, namun jarang.
Risiko vaksinasi jauh lebih ringan daripada terserang
penyakit terkait.
93
SIAPA YANG TIDAK BOLEH DIIMUNISASI ?
• Tidak semua vaksin dapat 100% menimbulkan
kekebalan sepanjang hidup, contoh: Kolera, tifoid yang
hanya menimbulkan kekebalan partial.
• Siapa yang tidak boleh diimunisasi?
pasien penderita ganguan imunodefisiensi
pasien kanker yang meluas
pasien yang dalam terapi kortikosteroid
pasien mengalami reaksi terhadap vaksinasi
Chotypa tidak untuk kanak-kanak
Pasien sedang sakit demam dan terserang infeksi
Vaksin rubella tidak boleh untuk bumil.
94