jangan cek nadi

Download Report

Transcript jangan cek nadi

ADVANCED CARDIAC LIFE
SUPPORT
• SA NODE: IRAMA SINUS
• AV NODE: IRAMA JUNCTIONAL
• SERABUT PURKINJE: IRAMA
IDIOVENTRIKULAR
• 90 % pasien henti jantung dengan ventrikel
fibrilasi dan ventrikel takikardi tanpa nadi
• Indonesia Raya ACLS: cek nadi, cek napas, cek
Bp. (dilakukan setiap dua menit, atau
perubahan EKG)
UNORGANIZED RHYTM
• Ventrikel fibrilasi (coarse, fine)
• Asystole
JANGAN CEK NADI
ALGORITME
• NADI NEGATIVE (-)
• NADI POSITIVE (-)
NADI NEGATIVE
• VENTRIKEL FIBRILASI DAN VENTRIKEL TAKIKARDI TANPA NADI
(-)
• PEA
- Sinus rhytm
- Sinus bradicardi
- Sinus takikardi
- Junctional rthym
- IVR
- AVB
- etc
• ASYSTOLE
- Flat
NADI POSITIVE
BRADIKARDI
•
•
•
•
SINUS BRADIKARDI
JUNCTIONAL RHYTM
IVR
AVB
TAKIKARDI
•
•
•
•
•
•
SVT
VT
MAT
JT
Af
AF
Electrocardiographic Paper
• The electrocardiogram (ECG) strip is printed on graph
paper, with each small block measuring 1 mm in
height and width.
• ECG recorders and monitors are standardized at a
speed of 25 mm/sec.
• Time is measured on the horizontal axis. At this
speed, each small block represents 0.04 second.
• Five small blocks make up one large block = 0.20
second.
• Five large blocks, represent 1 second, and 30
large blocks represent 6 seconds.
Normal Components of the EKG Waveform
EKG paper is a grid where time is
measured along the horizontal
axis.
Each small square is 1 mm in
length and represents 0.04
seconds.
Each larger square is 5 mm in
length and represents 0.2
seconds.
Voltage is measured along the
vertical axis.
10 mm is equal to 1mV in
voltage.
P wave
Indicates atrial depolarization
Normal duration is not longer than 0.12 seconds
Amplitude (height) is no more than 3 mm
No notching or peaking
QRS complex
Indicates ventricular depolarization
Normally 0.06 – 0.12 seconds in duration
R waves are deflected positively and the Q and S waves
are negative
Q pathologis = > 25 % tall R
T wave
Indicates ventricular repolarization
Not more that 5 mm in amplitude in standard leads and 10 mm
in precordial leads
Rounded and asymmetrical
ST segment
Normally not depressed more than 0.5 mm
May be elevated slightly in some leads (no more than 1 mm)
PR interval
Indicates AV conduction time
Duration time is 0.12 to 0.20 seconds
QT interval
Measured from the Q to the end of the T.
Represents ventricular depolarization and repolarization (sodium
influx and potassium efflux)
QT usually less than half the R-R interval
Electrocardiographic Analysis
1. Determine the heart rate
-
if the rhythms are irregular, the nurse must use
the 6 second strip method for accuracy.
Irregular
6 second = 30 big blocks
5 second = 25 big blocks
Regullar
a.
b.
c.
-
1500
small blocks R-R
300
big blocks R-R
Memorization
1 big block = 300
2 big blocks = 150
3 big blocks = 100
4 big blocks = 75
-
5 big blocks = 60
6 big blocks = 50
7 big blocks = 43
8 big blocks = 37
9 big blocks = 33
10 big blocks = 30
3. Analyze the P waves
4. Measure the P-R
Interval
5. Measure the QRS
duration
6. Interpret the rhythm
NORMAL SINUS RHYTHM
• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = 60 – 100 kali/menit
• Gelombang P = Normal ( + di L II dan – di aVR),
P : QRS = 1:1
• Interval PR = 0,12 – 0,20 detik
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit)
SINUS BRADYCARDIA
• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = < 60 kali/menit
• Gelombang P = Normal ( + di L II dan – di aVR),
P : QRS = 1:1
• Interval PR = 0,12 – 0,20 detik
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit)
SINUS TACHYCARDIA
• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = 100 – 150 kali/menit
• Gelombang P = Normal ( + di L II dan – di aVR),
P : QRS = 1:1
• Interval PR = 0,12 – 0,20 detik
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit)
SINUS ARRYTHMIA
• Irama = Tidak Teratur
• Frekuensi (HR) = Umumnya 60 – 100 kali/menit, dapat
juga < 60 atau > 100 kali/menit
• Gelombang P = Normal ( + di L II dan – di aVR),
P : QRS = 1:1
• Interval PR = 0,12 – 0,20 detik
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
ATRIAL EKSTRASISTOL
• Irama = Tidak Teratur karena ada irama Ekstrasistol
• Frekuensi (HR) = Tergantung Irama dasarnya
• Gelombang P = Timbulnya lebih awal dan bentuknya
berbeda dengan bentuk gelombang irama dasarnya
• Interval PR = Bervariasi antara 0,12 – 0,20 detik, atau
<0,12 detik jika sumber ekstrasistolnya di atrium bawah
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
SUPRAVENTRIKEL TAKIKARDIA (SVT)
•
•
•
•
•
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = > 150 kali/menit
Gelombang P = Terlihat kecil, kadang tidak ada
Interval PR = Memendek atau tidak ada
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit)
MULTIFOKAL ATRIAL TAKIKARDI
• Irama = Tidak Teratur
• Frekuensi (HR) = >100 kali/menit
• Gelombang P = Kadang terlihat besar, kadang kecil (berubah
bentuk)
• Interval PR = Memendek
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit)
ATRIAL
FLUTTER
Irama = Umumnya teratur dapat juga tidak teratur
•
• Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium 250 – 350 kali/menit
Frekuensi ventrikel bervariasi.
– Jika HR < 60 X/mnt disebut slow response
– Jika HR 60 – 100 X/mnt disebut normo response
– Jika HR > 100 X/mnt disebut rapid response
• Gelombang P = Terlihat banyak seperti “gigi gergaji”
ATRIAL FLUTTER
• Interval PR = Tidak dapat dihitung
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit), dapat juga lebar jika disertai adanya blok
interventrikuler
ATRIAL FIBRILASI
• Irama = Tidak Teratur
• Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium > 350 kali/menit
Frekuensi ventrikel bervariasi.
– Jika HR < 60 X/mnt disebut slow response
– Jika HR 60 – 100 X/mnt disebut normo response
– Jika HR > 100 X/mnt disebut rapid response
ATRIAL FIBRILASI
• Gelombang P = Tidak dapat diidentifikasi, bahkan kadang
seperti garis lurus
• Interval PR = Tidak dapat dihitung
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit),
dapat juga lebar jika disertai blok interventrikuler
JUNCTIONAL EKSTRASISTOL (JES)
• Irama = Tidak teratur karena ada irama Ekstrasistol
• Frekuensi (HR) = Tergantung Irama dasarnya
• Gelombang P = Ada tapi kadang tidak terlihat, jika ada, timbul
sesudah gelombang QRS, dan bentuknya akan terbalik
(negatif) di L II dan positif di L aVR
• Interval PR = Memendek atau tidak dapat diukur
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit)
JUNCTIONAL RHYTHM
• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = 40 – 60 kali/menit
• Gelombang P = Ada, kadang tidak terlihat, jika terlihat, timbul
sebelum atau sesudah gelombang QRS
• Interval PR = Memendek atau tidak dapat diukur
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit)
ACCELERATED JUNCTIONAL RHYTHM
• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = 60 – 100 kali/menit
• Gelombang P = Ada, tapi kadang tidak terlihat, jika terlihat
ada di depan, di tengah, atau dibelakang gelombang QRS
• Interval PR = Memendek atau tidak dapat diukur
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik
(sempit)
JUNCTIONAL TAKIKARDI
• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = > 100 kali/menit
• Gelombang P = Ada, tapi kadang tidak terlihat, jika terlihat
ada di depan, di tengah, atau dibelakang gelombang QRS
• Interval PR = Memendek atau tidak dapat diukur
• Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit)
VENTRIKEL EKSTRASISTOL (VES)
•
•
•
•
•
Irama = Tidak teratur karena ada irama Ekstrasistol
Frekuensi (HR) = Tergantung irama dasarnya
Gelombang P = Tidak ada
Interval PR = Tidak ada
Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
VES BIGEMINY
VES UNIFOKAL
VES MULTIFOKAL
VES CONSECUTIF (SALVO)
IDIOVENTRICULAR RHYTHM (IVR)
•
•
•
•
•
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = 20 – 40 kali/menit
Gelombang P = Tidak ada
Interval PR = Tidak ada
Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
•
•
•
•
•
ACCELERATED IDIOVENTRIKULAR
RHYTM
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = 40 – 100 kali/menit
Gelombang P = Tidak ada
Interval PR = Tidak ada
Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
VENTRIKULAR TACHYCARDIA
•
•
•
•
•
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = > 100 kali/menit
Gelombang P = Tidak ada
Interval PR = Tidak ada
Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
MONOMORPHIC
TORSADE DE POINTES (salah satu bentuk
VT POLYMORPHIC)
VENTRIKEL FIBRILASI (VF)
•
•
•
•
•
Irama = Tidak Teratur
Frekuensi (HR) = > 350 kali/menit
Gelombang P = Tidak ada
Interval PR = Tidak ada
Lebar Gelombang QRS = > 0,12 detik (Lebar)
KASAR (COARSE)
HALUS (FINE)
ASISTOL
• Tidak ad gambaran listrik jantung, gambaran
yang terlihat hanya berbentuk garis lurus
AV BLOCK DERAJAT I
•
•
•
•
•
Irama = Teratur
Frekuensi (HR) = Umumnya normal antara 60 – 100 kali/menit
Gelombang P = Normal
Interval PR = Memanjang > 0,20 detik dan konstan
Lebar Gelombang QRS = Tidak lebih dari 0,12 detik (sempit)
AV BLOCK DERAJAT II TIPE I
(WENCHENBACH)
• Irama = Irama atrial teratur, Irama ventrikel tidak teratur
• Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium > frekuensi ventrikel,
Umumnya dalam batas normal 60 – 100 kali/menit
• Gelombang P = Normal, ada satu P yang tidak diikuti
gelombang QRS
AV BLOCK DERAJAT II TIPE I
(WENCHENBACH)
• Interval PR = Makin lama makin panjang, sampai ada
gelombang P yang tidak diikuti gelombang QRS (drop beat),
kemudian siklusnya berulang
• Lebar Gelombang QRS = Tidak Lebih dari 0,12 detik (sempit)
AV BLOCK DERAJAT II TIPE 2
• Irama = Irama atrial teratur, Irama ventrikel tidak teratur
• Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium > frekuensi ventrikel
• Gelombang P = Normal, ada satu atau lebih gel. P yang tidak
diikuti gel QRS
AV BLOCK DERAJAT II TIPE 2
• Interval PR = Normal atau memanjang tetapi konstan
• Lebar Gelombang QRS = Sempit, dapat juga lebar,
tergantung dari mana aktivitas ventrikel berasal
AV BLOCK DERAJAT III (TOTAL AV
BLOCK)
• Irama = Teratur
• Frekuensi (HR) = Frekuensi atrium > frekuensi ventrikel
Frekuensi ventrikel tergantung dari
mana aktivitas ventrikel berasal (AV
Node atau Purkinje)
AV BLOCK DERAJAT III (TOTAL AV
BLOCK)
• Gelombang P = Normal, baik bentuk maupun ukuran, ada
beberapa gelombang P tidak diikuti gelombang QRS
• Interval PR = Tidak dapat diukur, oleh karena tidak ada
hubungan antara gelombang P dan gelombang QRS
AV BLOCK DERAJAT III (TOTAL AV
BLOCK)
• Lebar Gelombang QRS = Sempit, dapat juga lebar,
tergantung dari mana aktivitas ventrikel berasal
– Lebar  jika sumber listriknya berasal dari ventrikel
– Sempit  jika sumber listriknya berasal dari AV
OBAT-OBATAN PENDUKUNG
KARDIOVASKULER
EPINEFRIN (ADRENALIN)
• Menstimulasi reseptor ∝adrenergik (vasokonstriksi). Efek
∝adrenergik dari epinefrin dapat meningkatkan tekanan
perfusi arteri koroner dan serebral selama RJP.
• Pada henti jantung epinefrin dapat diberikan 1 mg melalui
IV/IO setiap 3-5 menit selama henti jantung
• Jika IV/IO sulit atau terlambat di pasang, epinefrin dapat
diberikan melalui ETT dengan dosis 2-2.5 mg
• Pada terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinefrin
per infus dengan mengambil 1 mg dilarutkan dalam 500 ml
NaCl atau dekstrose 5%. Dosis awal 1 ųg/mnt. Dosis dapat
mencapai 2-10 ųg/mnt.
VASOPRESIN
• Vasopresin adalah vasokonstriksi perifer
non adrenergik dapat menyebabkan
vasokonstriksi pada arteri koroner dan
ginjal.
• Satu kali vasopresin 40 U IV/IO dapat
menggantikan pada pemberian dosis
pertama atau kedua epineprin dalam terapi
henti jantung
SULFAS ATROPIN
• Asistol dapat terjadi akibat reflek vagal, pemberian obat
vagalitik merupakan pendekatan psikologis yang tepat.
• Atropin murah, mudah dalam pemberiannya, dan mempunyai
sedikit efek samping dan untuk itu dapat diberikan pada
asistol dan PEA dengan HR < 60 x/mnt.
• Dosis Atropin yang direkomendasikan untuk henti jantung
adalah 1 mg IV, dan dapat diulang setiap 3 sampai dengan 5
menit
• Dosis maksimal adalah 3 kali pemberian atau 3 mg.
OBAT ANTIARITMIA
ADENOSIN
• Adenosin dapat menghambat aktivitas SA dan AV
node.
• Berikan 6 mg IV bolus cepat. Berikan 1-3 detik dan
dilanjutkan dengan 20 ml NaCl serta tangan diangkat.
• Jika tidak ada perubahan irama selama 1-2 menit,
berikan kembali 12 mg IV bolus cepat, berikan
kembali 12 mg IV olus cepat jika dalam 1-2 menit
tidak terjadi perubahan irama.
AMIODARON
• Amiodaron dapat dipertimbangkan pemberiannya
pada VF atau VT tanpa nadi yang tidak bereaksi oleh
defibrilasi, RJP dan vasopresor.
• Dosis awal adalah 300 mg IV/IO dan dapat di ulang
dengan dosis 150 mg IV/IO
• Dosis maintenance: 360 mg/6 jam kemudian
dilanjutkan dengan 540 mg/8 jam.
LIDOKAIN
• Lidokain dapat dipertimbangkan sebagai terapi
alternatif selain amiodaron
• Dosis awal adalah 1-1.5 mk/kg BB IV.
• Jika VF atau VT tanpa nadi menetap, dosis
tambahan 0.5-075 mg/kg BB IV bolus dan
diberikan dengan jarak 5-10 menit, dosis
maksimal 3 mg/kgBB
MAGNESIUM SULFAT
• Magnesium sulfat direkomendasikan untuk
pengobatan Torsades de Pointes VT dengan atau
tanpa henti jantung.
• Berikan magnesium sulfat 1-2 gr dilarutkan dalam 10
ml D5 IV/IO selama 5-20 menit pada henti jantung,
tetapi pada kondisi torsades dengan nadi dosis yang
sama dilarutkan dalam 50-100 ml D5W selama 5-60
menit.
DOPAMIN
• Dopamin HCL adalah katekolamin.
• Selama resusitasi sering dipergunakan untuk
terapi hipotensi, khususnya jika bersamaan
dengan bradikardi simptomatik.
NATRIUM BIKARBONAT
• Dalam situasi resusitasi khusus, seperti keadaan
asidosis metabolik, hiperkalemia, natrium bikarbonat
dapat bermanfaat.
• Dapat diberikan dengan dosis 1 mEq/KgBB
• Jika memungkinkan pemberian natrium bikarbonat
harus mengetahui konsentrasi bikarbonat dalam
darah atau dengan menggunakan analisa gas darah.
PENGOBATAN DENGAN LISTRIK
TERAPI LISTRIK
A. DEFIBRILASI
• Defibrilasi adalah pengobatan yang
menggunakan aliran listrik dalam waktu yang
singkat secara sinkron
• Indikasi : VF dan VT tanpa nadi
Defibrilasi harus dilakukan sedini mungkin
dengan alasan:
• Irama yang didapat pada permulaan henti jantung
umumnya adalah VF
• Pengobatan yang paling efektif untuk ventrikel
fibrilasi adalah defibrilasi
• Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang
kemungkinan keberhasilannya
• Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah menjadi
asistol dalam waktu beberapa menit
Alat yang dipergunakan:
1. Defibrilator
• Defibrilator adalah alat yang dapat memberikan syok listrik
dan dapat menyebabkan depolarisasi sementara dari jantung
yang denyutnya tidak teratur, sehingga memungkinkan
timbulnya kembali aktifitas listrik jantung yang terkoordinir.
• Energi dialirkan melalui suatu elektrode yang disebut paddle
• Defibrilator diklasifikasikan menurut 2 tipe
bentuk gelombangnya yaitu monophasic dan
biphasic
2. Jeli
• Jeli digunakan untuk mengurangi tahanan dada dan
membantu menghantarkan aliran listrik ke jantung, jeli
dioleskan pada kedua paddle
• Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi 360 joule dengan
menggunakan monophasic defibrilator, dapat diulang setiap 2
menit dengan energi yang sama.
• Jika menggunakan biphasic defibrilator energi yang diperlukan
berkisar antara 120-200 joule
Prosedur defibrilasi:
• Nyalakan defibrilasi
• Tentukan energi yang diperlukan dengan cara
memutar atau menggeser tombol energi
• Paddle diberi jeli secukupnya
• Letakkan paddle dengan posisi paddle apex
diletakkan pada apex jantung dan paddle sternum
diletakkan pada garis sternal kanan di bawah
klavikula
• Isi (charge) energi, tunggu sampai energi terisi
penuh, untuk mengetahui energi sudah penuh,
banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang
dipakai, ada yang memberi tanda dengan
menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang
memberi tanda dengan bunyi bahkan ada juga yang
memberi tanda dengan nyala lampu
• Jika energi sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan
jelas agar tidak ada lagi anggota tim yang masih ada kontak
dengan pasien atau korban, termasuk juga yang
mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh:
- Energi siap
- Saya siap
- Tim lain siap
- Gambaran EKG tetap.....
- Discharge
• Kaji ulang layar monitor defibriltor, pastikan irama masih
VF/VT tanpa nadi, pastikan energi sudah sesuai dengan yang
diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah asinkron, jika
semua benar, berikan energi tersebut dengan cara menekan
kedua tombol discharge pada kedua paddle. Pastikan paddle
menempel dengan baik pada dada pasien (beban tekana pada
paddle kira-kira 10 kg)
• Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah
irama berubaha atau tetap sama seperti
sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek
nadi untuk menentukan perlu tidaknya
dilakukan RJP, jika tidak berubah lakukan RJP.
B. KARDIOVERSI
• Kardioversi adalah pengobatan yang
menggunakan aliran listrik dalam waktu
singkat secara sinkron
• Indikasi: VT, SVT, Afl, AF
Alat yang digunakan:
•
•
•
•
•
Defibrilator yang mempunyai modus sinkron
Jeli
Troli emergensi, terutama alat bantu nafas
Obat-obat analgetik dan sedatif
Elektrode EKG
Energi:
• Energi awal untuk SVT dan atrial flutter adalah 50 joule,
apabila tidak berhasil energi dapat dinaikkan menjadi 100
joule, 200 joule, 300 joule dan 360 joule
• Untuk VT monomorphic dan atrial fibrilasi, energi awal adalah
100 joule dan dapat dinaikkan sampai 360 joule
• Sedangkan VT polymorphic besarnya energi dan modus yang
dipakai sama dengan yang digunakan pada tindakan defibrilasi
Prosedur:
• Prosedur tindakan kardioversi sama dengan tindakan
defibrilasi, hanya pada saat menekan tombol
discharge kedua tombol tersebut harus ditekan agak
lama, karena modul yang dipakai adalah modul
sinkron dimana pada modul ini, energi akan
dikeluarkan (diberikan) beberapa milidetik setelah
defibrilator tersebut menangkap gelombang QRS.
• Pasien dengan takikardi walaupun mungkin
keadaanya tidak stabil akan tetapi kadang
pasiennya masih sadar, oleh sebab itu jika
diperlukan tindakan kardioversi, maka pasien
perlu diberikan obat sedasi dengan atau tanpa
analgetik
ALGORITME
ALGORITME HENTI JANTUNG
•
1.
2.
3.
HENTI JANTUNG
ALGORITME BHD: minta bantuan dan RJP
Berikan oksigen bila tersedia
Pasang monitor/defibrilasi kalau tersedia
• Cek irama, adakah indikasi defibrilasi ?
• VF/VT (-)
1. Lakukan 1 kali DC
2. Kaji irama, jika irama menetap: lakukan RJP 5
siklus (30:2)
3. Kaji irama, adakah indikasi defibrilasi? (kalau
ada defibrilasi)
4. Bila IV terpasang berikan vasopresor:
- Epineprin 1 mg
- Ulangi setiap 3-5 menit
- Dapat digunakan dosis tunggal vasopresin 40 u.
5.
6.
7.
8.
-
Kaji irama, adakah indikasi defibrilasi?
Defibrilasi
Lakukan RJP setelah defibrilasi
Berikan Anti aritmia
Amiodaron 300 mg IV atau Lidokain 1-1.5
mg/kgBB utk dosis pertama, selanjutnya 0.50.75 mg/kgBB (maksimum: 3 mg)
- Magnesium sulfat 1-2 gr IV untuk Torsades de
Pointes
5. Setelah 5 siklus, kaji kembali
•
1.
2.
-
ASISTOLE/PEA
Lanjutkan RJP selama 5 siklus
Bila IV terpasang berikan:
Epineprin 1 mg IV
Ulangi setiap 3-5 menit atau
Vasopresin 40 u.
Pikirkan pemberian atropin 1 mg IV untuk
asistol atau PEA lambat, ulangi setiap 3-5
menit (3 kali pemberian).
3. Lakukan RJP 5 siklus (30:2)
ALGORITME TANPA HENTI JANTUNG
• BRADIKARDI
1. Frekuensi jantung < 60 x/mnt dan tidak adekuat
untuk kondisi klinik
2. Pertahankan jalan nafas, bila perlu
3. Berikan oksigen
4. Monitor EKG (kaji irama), tekanan darah, saturasi
oksigen
5. Pasang IV
6. Apakah tanda dan gejala gangguan
perfusi disebabkan oleh Bradikardi
(misalnya gangguan status mental, nyeri
dada, hipotensi atau tanda-tanda lain dari
syok)
7. Perfusi adekuat: observasi/monitor
8. Perfusi tidak adekuat:
- Siapkan pacu jantung transkutan; gunakan segera
pada blok derajat II dan III
- Pertimbangkan pemberian Atropin 0.5 mg
- Pertimbangkan pembreian epineprin 2-10 ug/mnt
atau dopamin 2-10ug/kgBB/mnt, sementara
menunggu pacu jantung atau jika pacu jantung
tidak efektif
• Persiapkan pacu jantung transvenous
• Atasi penyebab
• Pertimbangkan konsultasi ke ahli
• TAKIKARDI
1. Syarat: nadi (+), HR > 150 x/mnt, EKG= SVT, VT (+),
perfusi adekuat atau tidak adekuat (tidak stabil)
2. Penyebab, diatasi (tidak stabil): hypertermia,
hipogligemik, hipo-hiperkalemia etc.
QRS SEMPIT
1.
2.
3.
a.
SVT
Anamnesa: Bp, cek lab, saturasi oksigen
SVT stabil
Vagal manuver (sebelum vagal, siapkan SA 0.5 mg) :
batuk, mengedan, pijat karotis
b. Adenosin inj: 6 mg-12 mg-12 mg
4. Kalau pasien menjadi tidak stabil,
rencanakan kardioversi:
- Jelaskan
- Informed consent
- Sedatif/analgetik
- Siapkan alat-alat resusitasi
5. Kardioversi 50 joule (kalau gambaran EKG
tetap joule meningkat dan dapat diulang
setiap 3-5 menit)
QRS LEBAR
• VT (+), MONOMORFIK
1. Stabil: berikan Amiodaron 150 mg dalam
10-20 cc dalam waktu 10 menit, 360 mg/6
jam, 540 mg/8 jam (oral: 3X200 mg)
2. Tidak Stabil: cardioversi 100 joule
•
1.
-
VT POLIMORFIK
Stabil:
MGSO4 1-2 gr
Lidokain 0.5-0.75 mg/kgBB, maintenance 1-4
mg/menit
2. Tidak stabil: defibrilasi 360 joule