Transcript Document

ETIKA PENULISAN BERITA KONTEKS KEHUMASAN

IBNU HAMAD

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemdikbud Disampaikan pada

Workshop Website Ditjen Kebudayaan Kemdikbud

Jakarta, 26 Nopember 2014

NORMA (MINDSET)

 Jurnalis (Eksternal) : • “Bad News is Good News” • “Anjing menggigit orang, bukan berita” • “Orang menggigit anjing, baru berita”  Humas (Internal) : • Kebaikan institusi sebagai modal • Kejelekan institusi mesti dikelola • Krisis citra mesti ditangani secara sistematik

Penulisan Jurnalistik vs Penulisan Humas

 Aturannya: • Setiap penulisan harus “obyektif” (lihat slide setelah ini) • Setiap penulisan memakai bahasa (verbal dan non-verbal) • Setiap penulisan merupakan upaya “menceritakan” suatu kenyataan

Obyektivitas Berita versi Westersthal (1983) Obyektivitas Faktualitas Impartialitas Kebenaran Relevansi Keseimbangan Netralitas

Tapi ini Faktanya:

Kompas

(Edisi On Line, Selasa 22 Nopember 2005).

Pelecehan Seksual di Hutan UI, Korban Masih Trauma

Depok, Kompas Tindak kejahatan kembali terjadi di lingkungan Kampus Universitas Indonesia, Depok. Hari Minggu (20/11) petang, seorang mahasiswi menjadi korban pelecehan seksual yang menjurus ke arah perkosaan. Tidak hanya itu, korban sempat dilukai sehingga sampai saat ini dirinya masih trauma.

lalu.

Dst… Tindak kejahatan itu terjadi di jalan setapak hutan di depan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya. Di lokasi itu, Deliu Aga Gunawan (21), mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer UI, juga terbunuh setelah ditodong pada April

Warta Kota

(Edisi On Line, Selasa 22 Nopember 2005):

Pemerkosa Keliaran di UI Depok, Warta Kota

Jalan pintas di Kampus UI Depok ternyata begitu rawan. Dulu mahasiswa dibunuh di sana, belakangan seorang mahasiswi nyaris diperkosa.

Kasus terakhir ini menimpa Tamara (bukan nama sebenarnya). Tamara yang berusia 19 tahun merupakan mahasiswi Diploma III Fakultas Ilmu Budaya. Mahasiswi ini sudah pingsan dihajar tiga lelaki yang hendak memperkosanya. Tamara pun pingsan. Beruntung, ketiga lelaki itu urung memperkosanya karena ada orang lewat.

Dst.

Harian Non-Stop

(Edisi (Cetak, Selasa 29 Nopember 2005):

UI Sarang Pemerkosa Cowok Gondrong di Hutan Kampus Harus Dicurigai Dalam Seminggu Mahasiswi Jadi Korban

NONSTOP, UI-Kampus Universiatas Indonesia (UI) Depok kini tak lagi aman. Para pemerkosa keliaran di sekitar hutan kampus. Dalam waktu seminggu, dua mahasiswa UI menjadi korbannya.

Tindak kejahatan pemerkosaan kembali terjadi di lingkungan kampus Universitas Indonesia, Depok. Jalan-jalan setapak di kampus UI pada malam hari sering gelap. Masih banyak semak yang belum dibersihkan sehingga terlihat banyak lokasi strategis untuk tindak kejahatan.

Setelah satu minggu sebelumnya sempat terjadi kejadian serupa, (Minggu, 27/11) malam lalu kembali seorang mahasiswi menjadi korban kejahatan yang menjurus ke arah pemerkosaan.

Ternyata...

 Fakta yang sama bisa ditulis secara berbeda  Kepentingan Penulis mempengaruhi rasa tulisan dan citra obyek tulisan  Tulisan bisa digunakan untuk melancarkan hajat penulisnya (bukan sekadar mendeskripsikan fakta)

Jika tulisan bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam kepentingan, pertanyaannya...

Bagaimana memanfaatkan tulisan untuk kepentingan humas

Bagaimana membuat tulisan yang sejalan dengan tujuan kehumasan Ditjen Kebudayaan (Kemdikbud)

Mungkin beberapa hal berikut adalah Jawabannya

Penulisan Humas merupakan Pelaksanaan

Moral Obligation

Humas

 Moral Obligation Humas adalah “Maju Tak Gentar Membela yang Bayar”. Tentu dengan cara yang cerdas  Dus, penulisan Humas harus bernada membela kepentingan organisasi (Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud)

Ciri Penulisan Yang Sejalan dengan Moral Obligation Humas

 Nafas Tulisannya bermuatan pembelaan (: menjelaskan duduk perkara) kepada Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud: • Pilihan Faktanya memihak pada kepentingan Kemdikbud (Strategi Framing) • Pemakaian Bahasanya membaguskan citra Kemdikbud (Strategi Signing) • Penyiaraan/pemuatannya yang menjangkau stakeholder Kemdikbud (Strategi Priming)

Penulisan Humas adalah Menulis dengan Sadar untuk Melakukan tiga hal berikut ini Strategi Signing Strategi Framing Taktik Priming Penulis mendayagunaka n lambang bahasa verbal dan non-verbal untuk menggambarka n realitas yang membela citra organisasi Penulis memilah dan memilih fakta mana yang akan dimasukan kedalam naskah. Hanya fakta yang membuat citra organisasi yang akan ditonjolkan Penulis hanya menyajikan naskah yang baik-baik saja untuk organisasi baik dalam soal waktu, konteks maupun tempat

Jika demikian, apakah Penulisan Humas itu selalu Narsis bin Lebay?

 Hal itu sangat tergantung pada kepiawaan dalam penulisan  “Propaganda yang canggih” tetap mempertahkan “Obyektivitas Penulisan” (lihat lagu gambar “obyektivitas” berita) walaupun sesungguhnya hanya bersifat seolah-olah.

Untuk kepentingan pembelajaran, kita lihat contoh kasus di bawah ini

Ini Kasus Fiktif:

     Senin, 24 Nopember 2014, sebuah patung berkepala dua dinyatakan hilang dari museum Purbakala. Jam 7 pagi itu juga polisi sudah berada di TKP, dipimpim AKBP Joko Tiga hari kemudian Kepala Museum, Hartarto, baru akan tiba dari Belanda usai mengikuti seminar kepurbakalaan. Tarjo dari Komunitas Pencinta Museum protes keras. Fatoni, sejarahwan, sangat menyesalkan atas kehilangan patung tersebut.

Apakah ini tulisan Humas (1)

Museum Perbakala Kebobolan Maling

Sebuah patung berkepala dua hilang digondol maling dari dari museum Purbakala. Kejadian baru diketahui Senin, 24 Nopember 2014.

Pihak kepolisian yang tiba pukul 7 pagi langsung memasang garis pengaman di lokasi kejadian. AKBP Joko yang memimpin penyelidikan lansung menanyai sejumlah pegawai museum.

Kepala Museum, Hartarto, sedang berada Belanda ketika itu. Tiga hari kemudian ia akan tiba di Tanah Air usai mengikuti seminar kepurbakalaan.

Tarjo dari Komunitas Pencinta Museum protes keras atas kurang tanggung jawabnya kepala museum.

Fatoni, tersebut.

sejarahwan, sangat menyesalkan atas kehilangan patung yang mengandung nilai sejarah

Apakah ini tulisan Humas (2)

Patung Berkepala Dua Hilang dari Museum Perbakala

Sebuah patung berkepala dua hilang hilang dari dari museum Purbakala. Kejadian baru diketahui Senin, 24 Nopember 2014.

Kepala Museum, Hartarto, yang sedang berada Belanda langsung melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian. Di negeri kincir angin, Hartarto sedang mengikuti seminar kepurbakalaan.

Pihak kepolisian yang tiba pukul 7 pagi hari itu juga langsung memasang garis pengaman di lokasi kejadian.

AKBP Joko memimpin penyelidikan di tempat kejadian perkara.

Tarjo dari Komunitas Pencinta Museum menyayangkan kehilangan ini.

Fatoni, sejarahwan, menyebutkan patung itu mengandung nilai sejarah.

Apakah ini tulisan Humas (3)

Polisi Tangani Patung Berkepala Dua yang Hilang

Kepala Museum, Hartarto, yang sedang berada Belanda langsung melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian atas hilangnya patung berkepala dua dari museum Purbakala.

Kejadian itu sendiri baru diketahui Senin, 24 Nopember 2014. Pukul 7 pagi hari itu juga pihak kepolisian tiba di lokasi dan langsung memasang garis pengaman. AKBP Joko memimpin penyelidikan di tempat kejadian perkara.

Fatoni, sejarahwan, menyebutkan patung Museum mengharapkan diusut tuntas kehilangan ini.

itu mengandung nilai sejarah. Tarjo dari Komunitas Pencinta

Terima Kasih