Transcript File

PROFESI
KEPENDIDIKAN
UMMAH KARIMAH, M.Pd
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.
DR. HAMKA
JAKARTA 2012
Rintisan
Gerakan konseling di
Indonesia dimulai tahun
1960-an dengan nama
Bimbingan dan Penyuluhan
(disingkat BP)
2
Tahun 1963 dibuka jurusan BP
di LPTK
Lulusan jurusan BP bertugas di
sekolah
Tahun 1975 BP diintegrasikan
ke dalam kurikulum SMA
3
 Tahun
1975 didirikan Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia
(IPBI – Indonesian Guidance
Personnel Association)
 Tahun
1993 istilah Bimbingan dan
Penyuluhan diganti dengan
Bimbingan dan Konseling (BK)
4
MEMASUKI
ABAD 21
5
Awal tahun 2000-an
IPBI di ubah menjadi ABKIN
Istilah bimbingan dan konseling
cenderung diubah menjadi konseling
Pendidikan Profesi Konselor (PPK)
Ikatan Konselor Indonesia (IKI)
6
Perkembangan BK di Amerika
Serikat
Bimbingan konseling berawal di Amerika
Serikat yang dipelopori oleh seorang tokoh
besar yaitu Frank Parson melalui gerakan
yang terkenal yaitu guidance movement
(gerakan bimbingan).
Upaya mengatasi semakin banyaknya
veteran perang yang tidak memiliki peran
dan memberi bimbingan vocational
sehingga veteran-veteran tersebut tetap
dapat berkarya sesuai kondisi mereka.
BIMBINGAN DAN KONSELING
Syamsu Yusuf (2009 : 37),
mengartikan Bimbingan dan
Konseling sebagai “Guidance” dan
“Counseling”. Guidance berasal
dari kata guide yang artinya (to
direct), memandu (to pilot),
mengelola (to manage) dan
menyetir (to steer).
Counseling dalam bahasa Indonesia
berarti “Proses Interaksi”. Bimbingan
berarti suatu proses bantuan yang
diberikan oleh seseorang yang
memiliki profesionalitas sebagai guru
agar konseli memiliki suatu
pemahaman diri, dapat mengarahkan
diri, memiliki kemampuan dalam
memecahkan permasalahan yg
dihadapi sehingga memiliki
kemampuan dlm mengambil
keputusan dlm membuat suatu pilihan
sesuai dg potensi yg dimiliki.
Shertzer dan Stone (1971 : 40),
Bimbingan merupakan “process of
helping on individual to understand
him self and his world” artinya
bimbingan adalah proses pemberian
bantuan kpd siswa agar mampu
memahami diri dan lingkungannya
Prayitno ((2004 : 95) Bimbingan sebagai
suatu bantuan yg diberikan kepada
individu dalam membuat pilihan-pilihan
dan penyesuaian-penyesuaian yg
bijaksana.
Frank Parson, dalam Jones, 1951.
Bimbingan sebagai bantuan yang
diberikan kepada individu untuk dapat
memilih, mempersiapkan diri, dan
memangku suatu jabatan serta mendapat
kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya
itu.
Kesimpulan dari berbagai ahli tentang
pengertian bimbingan adalah :
 proses bantuan yg diberikan oleh seseorang yg
memiliki profesi
 membantu konseli
 konseli memiliki suatu kemampuan dalam
memahami diri
 konseli mampu mengembangkan diri sesuai dg
potensi yg dimiliki
 konseli dpt memecahkan permasalahan yg
dihadapi
 konseli memiliki kemampuan dlm membuat,
suatu keputusan sanggup untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat sehingga mampu berkembang secara
optimal
Pengertian Konseling
M. Surya & Roman (1986 : 25) Konseling
adalah semua bentuk hubungan antara
dua orang dimana seorang klien dibantu
untuk lebih mampu menyesuaikan diri
secara efektif terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya.
Robert L. Gibson & Mariane H. Mitchell
(2011 : 205) Konseling adalah sebuah
ketrampilan dan proses yg harus
dibedakan dari sekedar memberikan
nasehat, memberi pengarahan,
mendengarkan secara simpatik.
Boy dan Pine dalam Depdikbud (1983 :
14) Tujuan Konseling adalah membantu
siswa menjadi lebih mengaktualisasi
dirinya, membantu siswa maju dg cara
memanfaatkan, sumber-sumber &
potensinya sendiri.
Syamsu Yusuf (2005 : 8) Konseling
menurut ASCA adalah hubungan tatap
muka yg bersifat rahasia, penuh dg sikap
penerimaan & pemberian kesempatan dari
konselor kepada klien. Konselor
mempergunakan pengetahuan &
ketrampilan untuk membantu kliennya
mengatasi masalah-masalahnya.
Kesimpulan Konseling
Konseling Komprehensif adalah konseling yg
berlaku bagi konseli yg berbagai macam
karakter, dilaksanakan melalui suatu proses
interaksi antara konselor dan konseli,
bersifat sangat pribadi dlm memberikan
bantuannya agar konseli memiliki
kemampuan untuk tumbuh kembang
seoptimal mungkin & mengarah pada suatu
pilihan dalam hidupnya sesuai dengan
potensi yg dimiliki.
BIMBINGAN DAN KONSELING
Proses interaksi dua belah pihak, yaitu
konselor & konseli. Dalam membantu
konseli agar memiliki suatu
pemahaman diri, penyesuaian diri, dan
kemampuan dalam menentukan
keputusan yg tepat dalam
memecahkan permasalahannya
sehingga dapat hidup sesuai dengan
keadaan dlm lingkungan keluarga,
masyarakat dan sekolah.
Tujuan Bimbingan Konseling
Agar siswa dapat :
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupannya di
masa yg akan datang
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan
yg dimilikinya seoptimal mungkin
3. Menyesuaikan diri dg lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat serta lingkungan
kerjanya
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yg dihadapi
dalam studi, penyesuaian dg lingkungan
Konsep dasar Bimbingan dan
konseling
Bimbingan dan konseling merupakan
salah satu komponen dlm keseluruhan
sistem pendidikan khususnya di sekolah;
guru sbg salah satu pendukung unsur
pelaksana pendidikan yang mempunyai
tanggung jawab sebagai pendukung
pelaksana layanan bimbingan pendidikan
di sekolah, dituntut untuk memiliki
wawasan yang memadai terhadap konsepkonsep dasar bimbingan dan konseling di
sekolah.
Pola Organisasi Bimbingan di
Sekolah
ORANG TUA
SISWA
GURU
KEPALA SEKOLAH
WALI KELAS
PARA SISWA
GURU
KONSELOR
Fungsi-fungsi BK
1. Fungsi Pemahaman
2. Fungsi Fasilitas
3. Fungsi Penyesuaian
4. Fungsi Penyaluran
5. Fungsi Fasilitas
6. Fungsi Pencegahan
7. Fungsi Perbaikan
8. Fungsi Penyembuhan
9. Fungsi Pemeliharaan
10. Fungsi Pengembangan
Prinsip-prinsip BK
1. Bimbingan untuk semua individu
2. Bimbingan bersifat individualisasi
3. Bimbingan menekankan hal yang
positif
4. Bimbingan merupakan usaha
bersama
5. Pengambilan Keputusan Hal yang
Esensial dalam Bimbingan
6. Bimbingan Berlangsung dalam
Berbagai Setting Kehidupan
Asas-asas
Bimbingan Konseling
1. Kerahasiaan
2. Kesukarelaan
3. Keterbukaan
4. Kegiatan
5. Kemandirian
6. Kekinian
7. Kedinamisan
8. Keterpaduan
9. Kenormatifan
10. Keahlian
11. Alih Tangan
Kasus
12. Tut Wuri
Handayani
1. Kerahasiaan
Asas bimbingan dan konseling
yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan
tentang peserta didik (konseli)
yang menjadi sasaran layanan,
yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak
diketahui oleh orang lain.
2. Kesukarelaan
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik (konseli)
mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang diperlukan
baginya. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban membina
dan mengembangkan kesukarelaan
tersebut.
3. Keterbukaan
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar peserta didik (konseli) yang
menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat
terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Keterbukaan ini amat
terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan
dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik
yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar
peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing
terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura.
4. Kegiatan
Bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar peserta
didik (konseli) yang menjadi
sasaran layanan berpartisipasi
secara aktif di dalam
penyelenggaraan
layanan/kegiatan bimbingan.
5. Kemandirian
Asas bimbingan dan konseling
yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan
konseling, yakni: peserta didik
(konseli) sebagai sasaran
layanan bimbingan dan
konseling diharapkan menjadi
siswa-siswa yang mandiri.
6. Kekinian
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar objek sasaran
layanan bimbingan dan konseling
ialah permasalahan peserta didik
(konseli) dalam kondisinya sekarang.
Layanan yang berkenaan dengan
“masa depan atau kondisi masa
lampau pun” dilihat dampak dan/atau
kaitannya dengan kondisi yang ada
dan apa yang diperbuat sekarang.
7. Kedinamisan
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan (konseli)
yang sama kehendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan
terus berkembang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke
waktu.
8. Keterpaduan
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun
pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan
terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru
pembimbing dan pihak-pihak yang berperan
dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
itu harus dilaksanakan dengan sebaikbaiknya.
9. Kenormatifan
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma
yang ada, yaitu
a. nilai dan norma agama,
b. hukum dan peraturan,
c. adat istiadat,
d. ilmu pengetahuan, dan
e. kebiasaan yang berlaku.
Lanjutan
Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan
dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan
norma yang dimaksudkan itu. Layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling justru
harus dapat meningkatkan kemampuan
peserta didik (konseli) memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai dan
norma tersebut.
10. Keahlian
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan
atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam
hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling hendaklah tenaga
yang benar-benar ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling. Keprofesionalan
guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan
kegiatan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan
konseling.
11. Alih Tangan Kasus
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang
tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (konseli)
mengalihtangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli.
Lanjutan
Guru pembimbing dapat
menerima alih tangan kasus dari
orang tua, guru-guru lain, atau
ahli lain ; dan demikian pula guru
pembimbing dapat
mengalihtangankan kasus kepada
guru mata pelajaran/praktik dan
lain-lain.
12. Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjuk pada suasana
umum yang hendaknya tercipta dalam
rangka hubungan keseluruhan antara
pembimbing dan yang dibimbing
lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas
ini makin dirasakan manfaatnya, dan
bahkan perlu dilengapi dengan “ing
ngarsa sung tulada, ing madya
mangun karso”.
Lanjutan
Arti dari semboyan ini adalah :
a. Tut wuri handayani (dari belakang
seorang guru harus bisa memberikan
dorongan dan arahan),
b. Ing madya mangun karsa (di tengah
atau di antara murid, guru harus
menciptakan prakarsa dan ide), dan
c. Ing ngarsa sung tulada (di depan,
seorang pendidik harus memberi
teladan atau contoh tindakan yang
baik).
Dari beberapa asas bimbingan
dan konseling di atas, yang
paling pokok ialah
(1) asas kerahasiaan
(2) asas kesukarelaan dan (3)
asas keterbukaan.
Persamaan antara Bimbingan dan
Konseling
Terletak pada tujuan yang hendak
dicapai yaitu sama-sama diterapkan
dalam program persekolahan, samasama berusaha untuk memandirikan
individu, dan sama-sama mengikuti
norma-norma yang berlaku di
lingkungan masyarakat tempat kedua
kegiatan itu diselenggarakan.
Perbedaan antara Bimbingan dan
Konseling,
Terletak pada
segi isi kegiatan
Bimbingan lebih banyak bersangkut
paut dengan usaha pemberian
informasi dan kegiatan pengumpulan
data tentang siswa dan lebih
menekankan pada fungsi pencegahan,
sedangakan konseling merupakan
bantuan yang dilakukan dalam
pertemuan tatap muka antara dua
orang manusia yaitu antara konselor
dan klien.
Dari segi tenaga, bimbingan dapat
dilakukan oleh orang tua, guru,
wali kelas, kepala sekolah, orang
dewasa lainnya. Namun, konseling
hanya dapat dilakukan oleh
tenaga-tenaga yang telah terdidik
dan terlatih. Dengan kata lain,
konseling merupakan bentuk
khusus bimbingan yaitu layanan
yang diberikan oleh konselor
kepada klien secara individu.
peran bimbingan dan konseling di
dalam meningkatkan mutu pendidikan
terletak pada bagaiamana bimbingan dan konseling itu
membangun manusia yang seutuhnya dari berbagai
aspek yang ada di dalam diri peserta didik. Karena
seperti diawal telah dijelaskan bahwa pendidikan yang
bermutu bukanlah pendidikan yang hanya
mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi
saja tetapi juga harus meningaktkan profesionalitas
dan sistem manjemen, dimana kesemuanya itu tidak
hanya menyangkut aspek akademik tetapi juga aspek
pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem
nilai. Peran BK dalam keempat aspek inilah yang
menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam
peningkatan mutu pendidikan.