Tradisi Budaya Bali

Download Report

Transcript Tradisi Budaya Bali

Tradisi Budaya Bali
Upacara Ngaben di Bali
Ngaben adalah upacara Pitra Yadnya, rangkain upacara Ngaben salah satunya prosesi
pembakaran mayat yang bertujuan untuk menyucikan roh leluhur orang sudah
meninggal. Tradisi ini masih dilakukan secara turun-temurun oleh hampir semua
masyarakat Hindhu di Bali. Menurut Agama Hindhu terutama di Bali, tubuh manusia
terdiri dari badan halus dan badan kasar juga karma. Badan kasar terdiri dari 5 unsur
yaitu zat padat, cair, panas, angin dan ruang hampa, lima elemen ini disebut Panca
Maha Bhuta, pada saat meninggal lima elemen ini akan menyatu kembali ke asalnya,
dan badan halus yang berupa roh yang meninggalkan badan kasar akan disucikan
pada saat upacara Ngaben. Dan karma/ hasil perbuatan yang dilakukan selama hidup,
akan selalu melekat dan akan berpengaruh kepada kehidupan selanjutnya dan saat
reinkarnasi.
Tradisi Omed-omedan
•
Bali memang punya banyak sekali tradisi, salah satunya Tradisi Omedomedan dimana Ciuman Massal yang dilakukan Muda-Mudi Bali. Sehari pasca Nyepi, sebuah
banjar di Desa Sesetan, Denpasar, Bali selalu menggelar tradisi unik yang hanya satu-satunya
di Pulau Dewata. Banjar Kaja yang terletak di sebelah selatan kota Denpasar ini
memiliki tradisi Omed-omedan atau festival ciuman antar pemuda dan pemudi banjar
setempat.
Festival diawali dengan persembahyangan bersama di Pura Banjar dan seluruh peserta wajib
mengikuti prosesi ini supaya diberi kelancaran dan keselamatan saat ciuman nanti. Usai
sembahyang para muda-mudi ini dibagi dua kelompok. Yang pertama adalah kelompok pria,
dan satunya lagi adalah kelompok wanita.Setelah itu, baru di dimulai.
Ogoh - ogoh
Atraksi Ogoh-ogoh merupakan tradisi adat bali yang
banyak menarik perhatian wisatawan lokal maupun
mancanegara.Tradisi ini biasanya di laksanakan setiap
satu tahun sekali.Tepatnya pada hari Ngerupuk,atau
sehari menjelang Hari Raya Nyepi.
Sore hari saat upacara Ngerupuk para pemuda desa di
Bali melaksanakan ritual mengarak Ogoh - ogoh, sebuah replika
raksasa berwujud mahluk menyeramkan yang melambangkan
Bhuta Kala atau kekuatan negatif yang selalu mengganggu
ketentraman hidup manusia., karena dibalik nilai ritual yang
dimilikinya,atraksi Ogoh - ogoh juga merupakan perwujudan dari
daya kreasi dan inovasi seni para seniman muda. Setelah prosesi
pawai, Ogoh-ogoh biasanya dibakar di pinggiran desa sebagai
perlambang pengusiran Butha Kala dari lingkungan desa
setempat. Memang tidak ada manuscript dalam kitab Hindu yang
menyebutkan adanya peranan Ogoh - ogoh dalam menyambut
hari Nyepi, namun tradisi ini telah ada secara turun-temurun di
Bali dan menjadi atraksi menarik yang patut disaksikan.
Tradisi Perang Ketupat di Bali
•
Satu lagi tradisi unik di Bali yaitu Perang Ketupat yang dirayakan satu tahun sekali
di desa Kapal, Kabupaten Badung. Tujuan diadakan prosesi ini sebagai wujud
terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen dan untuk doa
keselamatan dan memohon kesejahteraan bagi umat manusia. Lama prosesi
perang ketupat atau Aci Rah Penganngon ini sekitar 30 menit di jalan raya,
sehingga arus lalu lintas sementara dalam waktui 30 menit ditutup, upacara diikuti
oleh warga desa kapal. Tradisi ini memnag unik sehingga banyak disaksikan
wisatawan.
Ritual Agung Briyang
•
•
Ritual Agung Briyang di rayakan setiap 3 tahun sekali pada purnamaning sasih kedasa
kalender Hindu Bali, perayaan ini hanya ada di desa tua Sidetapa Buleleng, lokasi desa ini
sekitar 40 km barat laut kota Singaraja. Tujuan mengadakan upacara Agung Briyang adalah
untuk melawan dan mengusir roh-roh jahat. Peserta ritual ini adalah laki-laki warga Sidetapa
yang menggunakan busana khas tradisional Bali terbaik. Tradisi unik unik ini masih turuntemurun oleh warga setempat, pernah suatu hari semestinya ritual ini harus dirayakan, tidak
dilakukan maka terjadi banyak bencana yang terjadi.
Ritual Agung Briyang dilakukan di tengah halaman Pura Agung Candi, laki-laki berdiri di
depan api, dan membersihkan aneka senjata yang mereka bawa seperti, keris, pedang,
tombak, dll dan untuk mengusir dan melawan roh-roh jahat.
Bahasa Bali
•
•
•
•
•
•
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih
spesifik dari anak cabang Bali-Sasak.
Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat,
dan sedikit di ujung timur pulau Jawa.
Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada
yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar.
Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan
di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah
dengan berkasta lebih tinggi, yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat
menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar
dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau
antara bangsawan dengan abdi dalemnya,
Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram,
sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa
desa di kabupaten Banyuwangi.
Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga
menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata osing yang
berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh
kurang lebih 4 juta jiwa.