sasaran keselamatan pasien rumah sakit - E

Download Report

Transcript sasaran keselamatan pasien rumah sakit - E

SASARAN KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT
Sasaran II : Peningkatan komunikasi
yang efektif
Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi,
tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
LINALDI ANANTA
MAYFUZA HUSAIN
MERITA ARINI
M. SANDI SETIAWAN
NADYA BARKARIYANA O.
PAMBUDI
PANGISTI DWI ANANINGSIH.
RAGIL TRIBHAKTI HUTOMO
RIZKI AZARIA
RUNTI ASTIWI
SOLIKAH SRININGSIH
SULISTYANTI DIAN R.
VIRDY KURNIAWAN
WINDY ARISTIANI
YUTHA PERDANA
SASARAN II : PENINGKATAN
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
• Standar SKP.II.
Rumah sakit mengembangkan pendekatan
untuk meningkatkan efektivitas komunikasi
antar para pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan SKP.II
• Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi
kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien.
• Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.
• Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan
terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau
melalui telpon.
• Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telpon ke
unit pelayanan.
Cont’
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan
suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk
perintah lisan dan telepon termasuk :
• mencatat / (memasukkan ke komputer) perintah
secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh
penerima perintah;
• kemudian penerima perintah membacakan
kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan;
• dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.
Cont’
• Kebijakan dan/atau prosedur
pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan
kembali (read back) bila tidak memungkinkan
seperti di kamar operasi dan situasi gawat
darurat di IGD atau ICU.
Elemen Penilaian SKP.II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon
atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh
penerima perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil
pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh
penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui
telepon secara konsisten.
Identifikasi Masalah Komunikasi di RS
• Masalah komunikasi lisan
– Salah terapi  perawat salah mengidentifikasi nama obat yang
didiktekan oleh dokter sec lisan
– Kesalahan dalam mengkomunikasikan komplikasi tindakan kpd
pasien
– Kesalahan komunikasi lisan saat konsul dokter via telp, atau info
dari lab atau radiologi via telp
– Dokter menyerahkan edukasi pasien pada koas yg kdg blm
berpengalaman
• Masalah komunikasi tertulis
– Salah membaca terapi dokter krn tulisan dokter yang buruk
• Dokter yang terburu2 dlm melayani pasien
Masalah yang dihadapi
• Resistensi / penolakan dari dokter senior
• Keluhan dokter ttg penurunan kecepatan
pelayanan dan banyaknya pasien yg bs
dilayani jika SOP diberlakukan
• Subyektifitas penerima informasi  krn
pengalaman dan pengetahuan krg, latar
belakang berbeda
• Teknologi komunikasi spt telp krg baik
Kegiatan yang akan dilakukan
• Masalah komunikasi lisan :
– Konfirmasi ulang saat konsul / komunikasi lisan dgn dokter
– Pelatihan2 komunikasi yang efektif di RS sec menyeluruh
(dokter, perawat, dll)
– Kebijakan2 komite medis u/ tingkatkan komunikasi efektif
• Masalah komunikasi tulisan :
– Penerapan SIM dalam penulisan resep
• Dokter yg terburu2
– Menambah jml SDM / dokter
– Membatasi jml pasien
Hambatan yg dihadapi
• Monitoring dan evaluasi berjalannya SOP
Definisi komunikasi efektif
• Komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang
yg terlibat dalam komunikasi.
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI,
TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI
• Standar SKP.IV.
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi,
tepat-prosedur, dan tepat- pasien.
Maksud dan Tujuan SKP.IV
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada
operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan
dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan
ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak
efektif atau tidak adekuat antara anggota tim
bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam
penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada
prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.
Cont’
• Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak
adekuat, penelaahan ulang catatan medis
tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung
komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan
resep yang tidak terbaca (illegible
handwriting) dan pemakaian singkatan adalah
merupakan faktor-faktor kontribusi yang
sering terjadi.
Cont’
• Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini.
• Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang
digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO
Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s
Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong
Procedure, Wrong Person Surgery Penandaan lokasi
operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas
satu pada tanda yang dapat dikenali.
Cont’
• Tanda itu harus digunakan secara konsisten di
rumah sakit dan harus dibuat oleh operator /
orang yang akan melakukan tindakan,
dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat
akan disayat.
• Penandaan lokasi operasi ditandai dilakukan pada
semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel
struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel
level (tulang belakang).
Cont’
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
− Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang
benar;
− Memastikan bahwa semua dokumen, foto
(imaging), hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi label dengan baik, dan
dipampang;
− Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan
khusus dan/atau implant-implant yang
dibutuhkan.
Cont’
• Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan
semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan.
• Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan
akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai,
dan melibatkan seluruh tim operasi.
• Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan secara ringkas, misalnya
menggunakan ceklist.
Elemen Penilaian SKP.IV
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat
dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien
di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
“sebelum insisi / time-out” tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur / tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan
pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
Identifikasi Masalah
• Tidak tepat lokasi
– Kesalahan dalam menulis rekam medis atau membaca foto
rontgen
• Tidak tepat prosedur
– Kuantitas SDM (tim OK) kurang shg mengganggu
kelangsungan op
– Kualitas tenaga medis terutama koas + residen krg baik
– Sarana dan prasarana tdk memenuhi syarat (bangunan,
alat2 Op, lampu / penerangan, prosedur sterilisasi / CSSD)
• Tidak tepat pasien
– Salah identifikasi krn nama pasien sama
Masalah yang dihadapi
• Kendala biaya utk pemenuhan saranaprasarana
• Terbatasnya tenaga medis anestesi
• Belum adanya kebijakan (mis utk CSSD,
mendatangkan SDM yg dibutuhkan)
• Blm ada pendataan / record ttg kekurangan /
kesalahan di OK
Kegiatan yang dilakukan
• Audit klinik harus berjalan dengan baik
• Kebijakan yang tegas dari manajemen
– Utk menyekolahkan tenaga medis
– Menambah tenaga medis
– Reward and punishment
– Perbaikan dan pembuatan gedung yg baru
– Monitoring dan evaluasi
Hambatan yg dihadapi
• Rasa sungkan / ketidakberanian dari pihak
manajemen
Bentuk & Karakteristik Komunikasi
Efektif
Mencakup :
1. Komunikasi verbal efektif
􀂄 Jelas dan ringkas
• Penggunaan contoh untuk membuat penjelasan lebih
mudah dipahami.
• Mengulang bagian yg penting. Penerima pesan mengetahui
“apa, siapa, mengapa, kapan, dimana, bagaimana.
• Ringkas dengan menggunakan kata2 yang mengekspresikan
ide secara sederhana.
􀂄 Perbendaharaan kata
• (sampaikan pesan dengan istilah yg dimengerti klien).
Cont’
• Arti denotatif dan konotatif
• Intonasi
• Kecepatan berbicara
2. Komunikasi nonverbal
􀂄 Penampilan fisik
􀂄 Sikap tubuh dan cara berjalan 􀂄 Ekspresi
wajah dan kontak mata.
􀂄 Sentuhan (kasih sayang, dukungan
emosional dan perhatian diberikan melalui
sentuhan dan sesuai dg norma sosial).
Proses dan unsur2 komunikasi efektif
Dalam proses komunikasi untuk mendapatkan hasil
yang efektif perlu diperhatikan unsur2 dari
komunikasi, yaitu:
􀂄 Komunikator (pandai menggunakan bahasa,
intonasi, simbol dan mimik yang menarik simpati
dan empati dari komunikannya)
􀂄 Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dg
kebutuhan dan diminati oleh komunikan)
􀂄 Media (sesuai dg pesan yg ingin disampaikan dan
sesuai dg kebutuhan komunikan)
Cont’
• 􀂄 Perhatikan gangguan2 yg mungkin akan
menghambat proses komunikasi
• 􀂄 Komunikan (latar belakang, dll)
• 􀂄 Pengaruh / umpan balik
SOP OK
•
Prosedur pengelolaan dan pelayanan kamar operasi secara rinci diatur dalam tiaptiap SPO. SPO di IBS meliputi:
SPO pasien sewaktu tiba di kamar operasi meliputi:
a. SPO pemeriksaan identitas pasien sewaktu tiba di kamar operasi
b. SPO pemastian teknik serta lokasi operasi
c. SPO izin operasi (informed consent).
SPO pencatatan meliputi:
a. SPO pencatatan kecelakaan/kegagalan
b. SPO pelaporan kepada yang berwenang
SPO Penjadwalan pasien meliputi:
a. SPO Penjadwalan operasi elektif
b. SPO Penjadwalan operasi darurat
c. SPO menunda opersai
d. SPO menambahkan pasien pada jadwal operasi yang sudah ada
SPO ketidaksesuaian penghitungan bahan dan/atau alat sebelum dan sesudah operasi.
SPO Laporan operasi dibuat dalam rekam medis pasien
SPO Pelaksanaan pengendalian infeksi dikamar operasi
SPO Pemeliharaan dan perbaikan peralatan di kamar operasi
SPO pelayanan anestesi di kamar operasi pada masa pra, saat dan pasca operasi.